Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Mukjizat Ludah Rasulullah

Avatar photo
43
×

Mukjizat Ludah Rasulullah

Share this article

Jumlah
mukjizat Rasulullah banyak. Salah satu macamnya adalah mukjizat hissiyah
(fisik). Dan di antara fisik Rasulullah yang mengandung mukjizat adalah
ludahnya.

Ibnu
Hajar Al-Asqalani (773-852 H) dalam kitab Al-Ishâbah fî Tamyîz al-Shahâbah bertutur
tentang kisah Basyir bin Aqrabah al-Juhani. Kisah ini termasuk hadis fi’li
dan qauli karena mengandung perkataan dan perbuatan Rasulullah.

Saat
itu, Basyir dan ayahnya, Aqrabah datang kepada Rasulullah. Beliau bertanya
kepada ayahnya: “Siapa yang bersamamu Aqrabah?” Ia menjawab: “Putraku,
Bahir
(
بَحِيْرٌ)”. Beliau memanggilku: “Mendekatlah”.
Lantas aku mendekat kepada Rasulullah sehingga aku duduk di samping kanan
beliau. Lalu beliau mengusap kepalaku dengan tangannya. 

Sembari
mengusap, beliau bertanya kepadaku: “Siapa namamu?” “Bahir ya
Rasulullah
”, Jawabku. Beliau membalas: “Bukan, tapi namamu Basyir
(بَشِيْرٌ). Pada saat
itu, ada kekakuan pada lidahku. Lalu Rasulullah meludahi mulutku. Maka saat itu
juga, kekakuan lidahku terlepas. Seiring berjalannya waktu, semua rambut
kepalaku memutih, kecuali bagian rambut yang pernah Nabi letakkan tangannya di
situ, bagian tersebut masih berwarna hitam.

Di
Indonesia, kita mengenal kasus seperti Basyir dengan istilah cadel atau pelo.
Rata-rata kasus pada umumnya adalah kesulitan mengucapkan huruf ‘R’ dan berubah
menjadi huruf ‘L’. Fenomena ini dalam bidang linguistik disebut dengan rhotacism
atau ketidakmampuan seseorang dalam melafadzkan salah satu huruf.

Basyir
adalah salah seorang sahabat yang beruntung. Ia mendapatkan sentuhan langsung
Rasulullah sehingga hilang kekakuan dalam lidahnya dalam mengucapkan huruf syin
(ش).
Gegara kesulitannya dalam mengucapkan huruf tersebut, namanya justru berubah
menjadi Bahir menggunakan huruf ha’
(ح). Dan nama itu pula yang akhirnya diperkenalkan ayahnya kepada
Rasulullah. 

Yang lebih menarik, dengan izin Allah, Rasulullah dapat
menyembuhkan kekakuan lidah Basyir dengan meludahi mulutnya. Jika bukan
Rasulullah yang melakukannya, maka sikap tersebut termasuk pelecehan bahkan
merendahkan martabat orang lain. Apalagi meludahi bagian wajah, termasuk dosa
yang sulit dimaafkan dalam bermu’amalah sesama manusia. Tidak ada seorang pun
yang terima dengan perlakuan seperti ini.

Namun dengan cara yang ‘gharib’ ini, Allah ingin
menunjukkan kepada umatnya bahwa Rasulullah mempunyai kekhususan berupa mukjizat
dari tubuhnya yang dianggap ‘kotor’. 

Hal senada diutarakan Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki
(1944-2004 M) dalam kitab ‘Mafâhîm Yajibu an Tusahhah’ yang memperbolehkan
bertabarruk lewat rambut, air bekas wudhu, ludah bahkan keringat Nabi. Bahkan
sahabat sekelas Khalid bin Walid turut serta merasakan keberkahan saat
meletakkan beberapa helai rambut Nabi di pecinya. Ia mengaku tidak pernah
mengalami kekalahan dalam perang selama rambut Nabi diletakkan di dalam
pecinya.

Maka bisa ditarik benang merah bahwa benda yang keluar
dari Rasulullah tidak bersifat kotor dan menjijikkan, justru sebaliknya,
mendatangkan keberkahan. Rambut, air bekas wudhu, ludah dan keringat menjadi
mulia lantaran berasal dari sebaik-baik makhluk Allah, yaitu Rasulullah.

Di samping itu, dalam tata bahasa Arab, kata ‘bahir
(بَحِيْرٌ) memiliki
arti yang tidak cocok untuk disematkan pada nama seseorang. Kata tersebut
berkedudukan sebagai isim fa’il dari kata
(بَحِرَ). Dalam
kamus Al-‘Asry karya Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, makna kata tersebut
adalah bingung karena takut dan atau sangat haus. Sedangkan pelakunya (fa’il)
berarti orang yang bingung dan atau orang yang sangat haus.

Jauh berbeda dengan kata ‘basyir’ (بَشِيْرٌ) yang bermakna pembawa berita gembira. Tentu perbedaan ini membawa dampak
bagi pemilik nama. Selain menghilangkan kekakuan lidah, Rasulullah juga
mendoakan pemilik nama agar tidak menjadi manusia yang mengalami kebingungan
hidup ataupun senantiasa merasa haus. Rasulullah justru mengharapkannya sebagai
pembawa berita gembira tentang ajaran Islam bagi manusia lainnya.

Peristiwa ini menandakan bahwa Rasulullah tahu tentang
makna kebahasaan dalam tata bahasa Arab. Karena semenjak diutus, perbendaharaan
kosa kata bahasa Arab semakin bertambah melalui ayat Al-Qur’an, sabda Nabi dan
sya’ir-sya’ir yang digaungkan atas nama Islam.


Mukjizat
tetaplah mukjizat. Tetap di luar jangkauan akal manusia. Perilaku Nabi terhadap
Basyir termasuk di luar kebiasaan manusia biasa. Mungkin kita tidak bisa
mengikuti ‘sunnah’ Nabi yang satu ini. Karena akan berdampak buruk bagi pelaku
maupun korbannya. Namun, tidak mustahil di antara umat ini ada yang bisa
mengamalkannya. Percaya ataukah tidak, itu urusan masing-masing. Wallâhu
A’lamu Bisshawâb.

Kontributor

  • Andi Luqmanul Qosim

    Mengenyam pendidikan agama di Ta'mirul Islam Surakarta dan Universitas Al-Azhar Mesir. Sekarang aktif sebagai pengajar di Fakultas Syariah IAIN Salatiga dan Guru Agama di SMAN 1 Parakan Temanggung.