Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Sunnahkah Berhubungan Badan pada Malam Jumat?

Avatar photo
33
×

Sunnahkah Berhubungan Badan pada Malam Jumat?

Share this article

Sependek pengamatan penulis yang jomblo ini, candaan yang paling sering terlontar pada malam Jumat adalah hal-hal yang berkaitan dengan berhubungan badan antara suami istri.

Sebetulnya, tidak ada dalil yang menunjukkan kesunnahan berhubungan badan pada malam Jumat. Namun, sebagian ulama ada yang menganjurkannya dengan berpatok pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim:

من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة ثم راح فكأنما قرب بدنة

“Barang siapa yang mandi pada hari Jumat dengan mandi janabah, kemudian ia berangkat (ke masjid), maka seakan-akan ia berkurban (mendekatkan diri kepada Allah) dengan seekor unta.”

Imam An-Nawawi berkata:

قوله صلى الله عليه وسلم “من اغتسل يوم الجمعة غسل الجنابة” معناه غسلا كغسل الجنابة في الصفات هذا هو مشهور في تفسيره

Makna sabda Rasulullah, “Barang siapa yang mandi pada hari Jumat dengan mandi janabah ,” adalah mandi dengan tata cara seperti mandi janabah.  “Inilah penjelasan yang masyhur tentang hadits tersebut,” imbuh beliau.

Imam An-Nawawi melanjukan,

و قالوا بعض أصحابنا : المراد غسل الجنابة حقيقة. و قالوا و يستحب له مواقعة زوجته ليكون اغض للبصر و اسكن لنفسه

Namun sebagian Ashab Syafi’iyah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan mandi janabah adalah mandi junub dalam pengertian sebenarnya (suami istri berhubungan badan). Bahkan mereka berkata, “Dianjurkan untuk mendatangi istrinya agar dapat lebih menjaga pandangan, dan menenangkan dirinya.”

“Pendapat di atas lemah atau justru batil,” nilai Imam An-Nawawi, “Pendapat yang benar tentang penjelasan hadits ini adalah yang kami paparkan pertama kali.” (Kitab Syarh Shahih Muslim, jilid 6, halaman 135)

Baca juga: 10 Cara Bertemu dengan Rasulullah dalam Mimpi Sesuai Anjuran Ulama

Ibnu Hajar Al-Asqalani juga menuangkan hal yang sama. Beliau berkata sebagai berikut:

و في رواية ابن جريج عن سمي عن عبد الرزاق: فاغتسل أحدكم كما يغتسل الجنابة. و ظاهره أن التشبيه الكيفية لا للحكم و هو قول الاكثر

“Dalam riwayat Ibnu Juraij dari Sumay dari Abdurrazaq, disebutkan bahwa hendaklah kalian mandi sebagaimana mandi janabah. Makna rajih (kuat) dalam hadits di atas adalah menyerupaka mandi hari Jumat dengan mandi jinabah dari aspek tata cara bukan dari segi hukum. Inilah yang menjadi pendapat kebanyakan ulama.

و قيل: فيه إشارة إلى الجماع يوم الجمعة ليغتسل فيه من الجنابة. و الحكمة فيه: أن تسكن نفسه في الرواح إلى الصلاة، و لا تمتد عينه إلى شيء يرا

Dan dikatakan bahwa dalam hadits tersebut, ada isyarat untuk mendatangi istri pada hari Jumat, agar dia mandi jinabah. Hikmah dalam isyarat tadi adalah agar ia bisa lebih tenang ketika berangkat shalat, dan matanya tidak melirik ke ara sesuatu yang terlihat pandangan.

Kemudian Ibnu Hajar menukil Imam An-Nawawi yang berkata sebagai berikut,

قال النووي: ذهب بعض أصحابنا إلى هذا و هو ضعيف أو باطل، و الصواب الاول. وقد حكاه ابن قدامة عن الْإمام أحمد، وَثبت أَيضا عن جماعة من التابعين، وقال الْقرطبي إِنه أنسب الْأقوال، فلا وجه لادعاء بطلانه، وإِنْ كان الْأول أَرجح

Imam An-Nawawi berkata, “Sebagian Ashab Syafi’iyyah condong pada pendapat kedua, padahal itu adalah pendapat yang lemah atau batil. Pendapat yang benar adalah yang pertama.” Ibnu Qudamah meriwayatkannya dari Imam Ahmad, dan juga dari sebagian generasi tabi’in.

Baca juga: Bolehkah Shalat Setelah Mandi Wajib Tanpa Wudhu?

Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa pendapat kedua ini merupakan pendapat yang lebih cocok, sehingga tidak ada celah untuk mengklaim kebatilannya meskipun pendapat pertama tetap yang lebih kuat. (Kitab Fath Al-Bari  Syarh Shahih Al-Bukhari, jilid 2, halaman 366)

Walhasil, mandi pada hari Jumat merupakan kesunnahan untuk berangkat menuju masjid dan berkumpul dengan sesama umat muslim. Hal itu tidak ada kaitannya dengan istri ataupun kegiatan yang lainnya. Wallahu a’lam.

Malam Jumat waktu Kairo, 25 September 2020.

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.