Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Kisah Seorang sahabat Masuk Islam di Tangan Tabi’in

Avatar photo
29
×

Kisah Seorang sahabat Masuk Islam di Tangan Tabi’in

Share this article

Seperti yang telah kita ketahui, Sahabat Rasulullah SAW adalah adalah orang yang hidup di masa Nabi dan beriman kepada ajaran agama yang dibawa oleh beliau. Sedangkan Tabi’in adalah generasi umat Islam setelah para sahabat.

Dengan kata lain, Tabi’in adalah murid para sahabat Nabi SAW, atau orang-orang yang beriman kepada Rasulullah SAW namun tidak pernah berjumpa dengan beliau.

Dalam sejarah tercatat bahwa para sahabat berhijrah untuk pertama kalinya ke negeri Habasyah (Eritrea, Ethiopia, dan Somalia saat ini). Ini sebelum hijrah ke Madinah.

Baca juga: Muṣ’ab bin ‘Umair, Sahabat Nabi Paling Perlente

Di antara rombongan pertama yang berjumlah sekitar 80-an sahabat ini adalah Utsman bin Affan RA dan istrinya, Ruqayyah binti Rasulullah SAW, Abu Hudzaifah RA dan istrinya, Zubair bin Awwam RA, Mush’ab bin ‘Umair RA, Abdurrahman bin ‘Auf RA, dan Ja’far bin Abi Thalib RA, sebagaimana yang disebutkan dalam Sirah Ibnu Hisyam, 1/330.

Mendengar berita ini, orang Quraisy tidak tinggal diam, mereka mengirimkan utusan kepada Raja Habasyah, yakni Raja An-Najasyi.

Mereka membawa beberapa hadiah untuk Raja Najasyi, dengan tujuan agar sang raja tidak melindungi para sahabat Nabi yang hendak mencari perlindungan. Di antara utusan orang Quraisy tersebut adalah Abdullah bin Abi Rabi’ah dan Amr bin ‘Ash (saat itu belum memeluk agama Islam) yang dikenal berkawan dekat dengan raja.

Walhasil, Raja Najasyi menolak permintaan dari Amr bin ‘Ash, dan rombongan orang-orang Islam dipersilahkan untuk tinggal di negerinya dan akan dilindungi. Dengan begitu, orang-orang Quraisy merasa kecewa dengan sikap sang raja, dan kembali ke Makkah dengan tangan kosong.

Amr bin ‘Ash bersama Khalid bin Walid terkenal sebagai orang yang sangat memusuhi Islam ketika mereka masih kafir. Namun keduanya akhirnya memeluk agama Islam secara bersamaan, tepatnya pasca perjanjian Hudaibiyah yang terjadi akhir tahun ke 6 H.

Kisah Menarik Masuk Islamnya Amr Bin ‘Ash

Dalam Musnad Ahmad diceritakan bahwa setelah selesai dari peperangan Khandaq, Amr bin ‘Ash mengumpulkan orang-orang Quraisy.

Dia berkata, “Sebaiknya kita menemui Raja Najasyi dan kita terus di sisinya. Kalaulah Muhammad menang atas kaum kita (kafir Quraisy), kita telah berada di Habasyah dan dalam perlindungannya, dan itu lebih baik daripada kita di bawah kekuasaan Muhammad. Sebaliknya, kalau kaum kita yang menang, kita telah dekat dan kenal dengan raja Najasyi, sehingga tidaklah orang-orang Islam menemui kita selain dengan membawa kebaikan semata.”

Kemudian ia bersama orang Quraisy lainnya pergi ke Habasyah. Ternyata di sana ia melihat seorang utusan dari Rasulullah SAW bernama Amr bin Umayyah Adh-Dhamri RA yang menemui Raja Najasyi dan hendak pamitan untuk balik ke Madinah. Dia diutus untuk menyampaikan perihal keadaan Rasulullah SAW dan umat Islam di Madinah kepada Ja’far bin Abi Thalib RA yang masih tetap tinggal di Habasyah.

Baca juga: Momen-momen Spesial Baginda Rasulullah Mendidik Sahabat

Melihat hal itu, Amr bin ‘Ash meminta Raja Najasyi agar menyerahkan utusan Rasulullah SAW tersebut untuk dibunuh.

Mendengar permintaan tersebut, Raja Najasyi marah besar dan dipukullah Amr bin ‘Ash hingga mengalami rasa takut yang luar biasa. Kemudian ia memohon maaf kepada sang raja, lalu mengatakan, “Wahai paduka raja, kalaulah engkau tidak berkenan dengan permohonanku, aku tak akan memintanya kembali.”

Raja Najasyi kemudian menjawab, “Apakah kamu memintaku untuk menyerahkan utusan dari seseorang yang telah didatangi malaikat teragung (Jibril AS) yang pernah mendatangi Nabi Musa AS dengan maksud untuk kamu bunuh? Celakalah kau hai Amr bin ‘Ash, taatlah kau kepadaku dan taatilah dia (Muhammad SAW). Demi Allah, ia ada dalam kebenaran, dan Allah pasti akan memenangkannya atas siapa saja yang menyelisihinya sebagaimana Musa yang mengalahkan Fir’aun dan bala tentaranya.”

Mendengar penjelasan tersebut, Amr bin ‘Ash pun meminta agar dibaiat untuk memeluk agama Islam, sehingga ia menjadi seorang muslim di tangan seorang Raja Najasyi yang lebih dulu memeluk agama Islam, yang sejatinya belum pernah dan tidak pernah berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW sampai akhir hayatnya.

Setelah itu, Amr bin ‘Ash kembali ke Makkah dan menemui Khalid bin Walid beberapa saat sebelum Fathu Makkah. Mereka berdua datang ke Madinah untuk berbaiat kepada Rasulullah SAW.

Beliau pun berujar kepada Amr bin ‘Ash:

يَا عَمْرُو، بَايِعْ، فَإِنَّ الْإِسْلَامَ يَجُبُّ مَا كَانَ قَبْلَهُ، وَإِنَّ الْهِجْرَةَ تَجُبُّ مَا كَانَ قَبْلَهَا

“Wahai Amr, berbaiatlah, sebab Islam telah menghapus dosa-dosa yang telah lalu, dan hijrah telah menghapus kesalahan sebelumnya.”

Setelah menjadi seorang muslim, Amr bin ‘Ash memberikan kontribusi yang besar terhadap perkembangan Islam. Di antaranya dengan beberapa penaklukan seperti Baitul Maqdis, Mesir, dan wilayah-wilayah lainnya. Wallahu A’lam.

Kontributor

  • Arif Khoiruddin

    Lulusan Universitas Al-Azhar Mesir. Tinggal di Pati. Pecinta kopi. Penggila Real Madrid.