Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Imam Abdullah Al Aydarus Akbar; Panutan Para Wali dari Tarim

Avatar photo
43
×

Imam Abdullah Al Aydarus Akbar; Panutan Para Wali dari Tarim

Share this article

Bertepatan pada tanggal 10 Dzulhijah tahun 811 H, Imam Abdullah Al Aydrus Akbar terlahir ke dunia, sosok ulama besar yang nantinya akan memimpin para wali di muka bumi.

Di hari itu sang kakek Imam Abdurahman Assegaf merasa gembira sehingga mengatakan, “Dia adalah seorang sufi dan gelarnya Al-Aydrus.”

Beliau menyandang gelar Al-Aydrus dikarenakan kealiman dan kezuhudannya yang melampaui para wali lainnya. Bahkan beliau telah mencapai ke derajat yang tidak satu pun digapai oleh selainnya.

Ijtihadnya dalam menuntut ilmu sudah dimulai sejak kecil, tepatnya ketika beliau berumur tujuh tahun. Beliau kerap melakukan ibadah puasa dan hanya berbuka dengan kurma. Beliau juga pernah lebih dua puluh tahun tidak tidur baik malam maupun siang, sehingga derajat beliau menjadi Syaikhul Akbar.

Nasab dan Sanad Keilmuan Abdullah Al-Aydrus

Nama lengkap beliau adalah Abdullah Al Aydrus bin Abu Bakar As-Sakran bin Al-Imam Al-Qutb Assegaf Syaikh Muhammad Maula Ad-Abdurrahman bin Dawilah bin Syaikh Ali Shohibud Dark bin Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam dan terus bersambung kepada Baginda Nabi Muhammad Saw.

Semangatnya yang membara dalam menuntut ilmu tak pernah padam. Beliau menimba ilmu dari pamannya Syeikh Umar Al Muhdar. Beliau juga mempelajari buku-buku Imam Ghazali terutama kitab Ihya’ Ulumuddin. Dikisahkan beliau hampir hafal kitab tersebut karena beliau sering membacanya hingga khatam.

Dengan keilmuan yang tinggi, beliau tidak pernah memandang dirinya lebih baik dari mahluk Allah yang lain. Beliau selalu tawadhu’, selalu duduk di atas tanah dan senantiasa sujud di tanah sebagai pertanda bahwa dirinya tidak ada apa-apanya di hadapan Allah Swt.

Telah banyak ulama-ulama besar yang pernah menjadi guru beliau. Di antaranya adalah Syaikh Muhammad bin Umar Ba’alawi, Syaikh Sa’ad bin Ubaidillah bin Abi Ubei, syaikh Abdullah Bagasyin dan masih banyak lagi. Sedangkan muridnya ialah di antaranya saudara kandung sendiri yaitu Syaikh Ali bin Abi Bakar Sakran, Syaikh Umar bin Abdurahman Shahibul Hamra’, Syaikh Abdullah bin Ahmad Bakatsir.

Beliau menuturkan, “Bagiku, pujian dan celaan, kenyang dan lapar, pakaian mahal dan murah, semua itu terlihat sama saja dan tidak bernilai apa-apa.” Walau begitu, beliau adalah orang yang dermawan hingga menyedekahkan lima ratus dinar dan dua dirham kepada orang yang membutuhkan.

Beliau tidak pernah mampu terlelap dalam tidurnya, karena setiap kali beliau berbaring dan ke sebelah kanan, maka yang dilihatnya adalah surga. Begitupun jika berbaring ke sebelah kiri, maka beliau akan neraka. Semua ini adalah hal wajar yang dialami oleh para wali Allah swt.

Banyak para wali besar yang memuji beliau di antaranya kakek beliau sendiri Imam Arifin Syeikh Abdurrahman Assegaf, ayah beliau sendiri Imam Abu Bakar Sakran, paman beliau Syeikh Umar Al Muhdar dan paman-paman beliau lainnya yang merupakan para maha guru di antaranya Ahmad, Syeikh dan yang lainnya,

Beliau selalu menganjurkan kepada murid dan sahabatnya untuk membaca dan mengkaji kitab Ihya karya Imam Ghazali, kitab yang mengandung seluruh ilmu yang dibutuhkan oleh seorang hamba agar mampu mencapai kepada ridha Rabbnya.

Al-Kibrit Al-Ahmar

Imam Abdullah AI-Aydrus memiliki sebuah karya tulis fenomenal yang terkenal dengan nama Al-Kibrit al-Ahmar. Di dalamnya terkandung sebuah nasihat-nasihat:

“Di antara waktu yang bernilai tinggi, dan merupakan pembuka perbendaharaan Ilahi, adalah waktu di antara Zuhur dan Ashar, antara Magrib dan Isya dan tengah malam terakhir hingga setelah Subuh.”

Beliau juga berkata di dalamnya, bahwa seluruh kebaikan bersumber dari sedikitnya bicara. Seorang wali Allah seringkali memiliki keistimewaan yang di berikan Allah kepadanya sebagai bukti kekuasaan-Nya.

“Waktu yang paling banyak curahan rahmatnya adalah antara Zhuhur dan Ashar, antara Maghrib dan Isya’, pertengahan malam akhir, dan setelah Subuh.”

“Segala kebaikan dan dasar utama setiap pangkat dan keberkahan terletak pada banyaknya mengingat alam kubur, kematian dan orang-orang yang telah mati.”

“Letak keridhaan Allah dan Rasul-Nya pada pembacaan kitab Ihya’ Ulumuddin.”

“Meninggalkan perbuatan mengumpat merupakan pengendalian diri, meninggalkan  adu domba merupakan kekuatan dan berprasangka baik merupakan bagian kewalian.”

Keistimewaan Abdullah Al-Aydrus

Imam Abdullah Al-Aydrus dikaruniai keistimewaan oleh Allah swt, yaitu dengan dapat berbicara dengan orang yang telah meninggal dunia, berjalan di atas air, berbicara dengan bahasa hewan, doanya mustajab seketika, melihat sesuatu yang sangat jauh hanya dengan membalikkan hijab, dapat melihat manusia yang mempunyai sifat seperti binatang sebagainmana wujud aslinya, dan lain sebagainya.

Sebagian ulama kasyaf pernah bermimpi bertemu Rasulullah Saw memuji Imam Abdullah Al-Aydrus dengan berkata: “Abdullah adalah anakku, rahasiaku, darah dagingku, hidupku, tulangku, serta pewaris sunnahku.”

Ada di antara ulama yang menulis secara khusus biografi beliau di antaranya Al Yafi’i dalam Al Miataini dengan judul kitab Aqdul Barahin Al Musyriqah, As Sayyid Syeikh Al Imam Umar bin Abdurrahman BA’alwy Shahibul Hamra’, Syeikh Abdullah bin Abdurrahman Ba Wazir dalam kitabnya At Tuhfah dan ulama-ulama lainnya, mereka menyebutkan sekelumit biografi beliau, kekeramatan dan kepribadiannya, juga mengenai beberapa isyarat sebelum kelahiran beliau.

Imam Abdullah Al-Aydrus berpulang ke rahmatullah pada hari Ahad ketika melakukan perjalanan ke kota Syihir, tanggal 12 Ramadhan tahun 865 Hijriyah. Jenazah beliau disemayamkan di pemakaman Zanbal. Dan Kubah Al-Habib Abdullah bin Syaikh Al-Aydrus terletak di ujung barat dari kubah Al-Habib Abu Bakar bin Abdullah Basyemeleh yang berada di sisi timur pemakaman Zanbal.

Referensi:

Syarah Ainiyyah Nadzom Imam Al-Quthub Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad, karya Habib Ahmad bin Zein Al-Habsyi.

Kontributor

  • Faisal Zikri

    Pernah nyantri di Daarul 'Uulum Lido Bogor. Sekarang meneruskan belajar di Imam Shafie Collage Hadhramaut Yaman. Suka membaca, menulis dan sepakbola.