Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah patah hati Sayidah Khadijah

Avatar photo
98
×

Kisah patah hati Sayidah Khadijah

Share this article

Hidup memang tidak pernah ideal bagi siapa pun, bahkan untuk Nabi Muhammad dan keluarganya. Sekalipun Sayidah Khadijah, sebagai perempuan utama dan sosok yang sangat dihormati dalam Islam.

Meskipun memiliki status yang tinggi dan menjadi salah satu sayidah nisa’ lil ‘alam, beliau juga mengalami derita dan patah hati yang begitu pahit. Namun, penderitaan itu hanyalah menjadi selingan dari kebahagiaan hakiki yang diperoleh sebagai buah kesabaran.

Sebagaimana pernah diceritakan Ustadzah Halimah Alaydrus tentang keteguhan hati Sayidah Khadijah, istri dan pendamping setia Nabi Muhammad, terutama saat ditinggal putra-putranya. Beliau adalah sosok yang sangat kuat dan sabar. Ummu al-mukminin tersebut mengalami patah hati yang sangat mendalam ketika kedua putranya Qasim dan Abdullah, meninggal dunia dalam usia yang masih kecil.

Qasim merupakan putra kedua Nabi dan Sayidah Khadijah, yang meninggal dunia tepatnya ketika berumur dua tahun. Namun, beberapa riwayat mengatakan bahwa usianya lebih dari atau kurang dari itu. Qasim dilahirkan sebelum Nabi Muhammad diangkat menjadi utusan Allah.

Sayidah Khadijah juga memiliki putra yang lain, yaitu Abdullah. Putranya tersebut meninggal bahkan di saat air susunya masih mengalir deras. Beliau sangat bersedih dengan kepergian putra kecilnya yang menjadi penyejuk hatinya ini, sebab saat itu usia beliau sudah mencapai 53 tahun yang tidak memungkinkan untuk memiliki putra kembali setelah kian lama tidak hamil.

Abdullah juga menjadi satu-satunya putra yang lahir setelah risalah Islam turun. Padahal saat itu, Sayidah Khadijah sangat senang karena akan dijaga seorang putra, di mana beliau tidak muda lagi dan di tengah ketegangan serta kebencian orang-orang kafir Quraisy yang ingin mencelakai Nabi dan keluarganya. 

Abdullah adalah putra yang paling mirip dengan Nabi, dengan ketampanan wajahnya, bersih, dan wangi hingga orang-orang jatuh hati kepadanya dan menjulukinya Thahir dan Thayyib. Selama 3-4 bulan, Abdullah menjadi hiburan bagi Sayidah Khadijah dan Nabi Muhammad di masa-masa paling berat, di mana Nabi kadang keluar rumah, namun ketika pulang tidak selamat sebab disakiti kaum musyrikin Makkah di awal-awal Islam. Apalagi saat itu putri-putrinya sudah pada menikah, kecuali Sayidah Fatimah yang kala itu masih usia anak-anak.

Satu waktu Nabi Muhammad pernah mendapati Sayidah Khadijah sedang menangis sesenggukan. Perempuan kuat dan mandiri itu, yang keyakinan dan keimanannya sangat tinggi, namun sebagai seorang ibu tentu beliau boleh merasakan kesedihan mendalam sebab kehilangan putranya. Melihat istri tercintanya yang selalu ceria dan membahagiakan dirinya sedang sedih, membuat Nabi ikut sedih, hancur, dan nelangsa.

Nabi Muhammad kemudian menghampiri dan menghibur Sayidah Khadijah. Beliau saw kemudian berkata kepadanya dengan suara yang penuh kasih,

لا تحزني، لقد أراد الله بك الخير

“Jangan sedih, sungguh benar-benar Allah menginginkan untukmu kebaikan.”

Beliau juga mengabarkan kepada Ibunda Khadijah bahwa Allah telah memilih Sayidah Khadijah sebagai ummu al-mukminin (ibunya seluruh kaum mukmin). Mendengar kabar dari Nabi, beliau pun meneteskan air mata yang membuat Nabi Muhammad menyeka air mata istrinya dengan tangannya. Beliau saw berkata pada Ibunda Khadijah dengan penuh lemah lembut:

الآخرة يا خديجة الآخرة خير وأبقى والآخرة خير لك يا خديجة من الأولى، ولسوف يعطيك ربك يا خديجة عطاء ترضين به نفسًا وترضين به خاطرك

“Akhirat, ya Khadijah, akhirat itu lebih baik dan tidak ada penghabisannya, dan akhirat itu lebih baik bagimu, dan Tuhanmu akan memberikanmu wahai Khadijah, apa yang jiwamu sukai dan perasaanmu inginkan.”

Kata-kata Nabi Muhammad ini akhirnya membuat hati Sayidah Khadijah tenang. Beliau menerima ketetapan yang telah digariskan dan senantiasa mengulang-ulang rasa syukur kepada Allah. Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam setiap ujian hidup, ada hikmah dan kebaikan yang menanti di balik derita dan patah hati. Sayidah Khadijah menginspirasi untuk selalu bersyukur dan tetap optimis, meskipun hidup tidak berjalan sesuai harapan.

Kontributor