Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

6 sahabat yang namanya diganti Rasulullah, termasuk Hasan dan Husein

Avatar photo
25
×

6 sahabat yang namanya diganti Rasulullah, termasuk Hasan dan Husein

Share this article

Rasulullah menasihati umatnya agar memilihkan nama yang baik untuk anak-anak mereka. Nama yang baik tentu mengandung arti yang indah, membahagiakan hati dan enak didengarkan.

Nama adalah doa. Karena itu Rasulullah saw. pernah mengganti nama beberapa sahabat yang berkonotasi negatif dengan nama yang indah. Beliau bersabda,

خير الأسماء ما عبد وما حمد

Artinya: “Sebaik-baik nama adalah nama yang disembah dan dipuji.”

Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw. pernah mengganti nama beberapa sahabat. Yang diganti namanya bukan hanya laki-laki, tetapi ada juga perempuan.

Berikut sejumlah sahabat yang nama mereka diganti oleh Rasulullah seperti dilansir dari Mashrawy:

1. Hasan dan Husein.

Ali bin Abi Thalis senang menamai putranya Harb yang berarti perang. Dalam riwayat Ibnu Al-Atsir yang menukil Musnad Ahmad, disebutkan bahwa ketika Hasan dilahirkan, Ali datang kepada Rasulullah. 

Nabi bersabda, “Perlihatkan cucuku kepadaku! Kamu beri nama siapa dia?”

Ali menjawab, “Kami menamainya Harb.”

Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Jangan! Namai dia Hasan.”

Hal yang sama berulang pada Husein. Ali memberi dia nama harb. Saat Nabi mengetahui hal itu, beliau langsung menggantinya dengan Husein.

2. Zaid Al-Khair.

Dia adalah Zaid bin Muhalhal Abu Mukannaf Ath-Thai. Pada masa jahiliah, dia kesohor dengan nama Zaid Al-Khail (sang kuda). Ketika dia sudah masuk Islam, Rasulullah mengganti namanya menjadi Zaid Al-Khair (sang kebaikan).

Ceritanya, Zaid datang ke Madinah untuk memperkenalkan diri. Dia seorang pemuka kaum jahiliah, termasuk di antara yang berparas rupawan, berperawakan tinggi dan bertubuh sempurna. Dia tiba bersama teman-temannya saat Nabi sedang menyampaikan khotbah.

Ternyata dia dan teman-temannya terkesan dengan kata-kata Rasulullah dan kagum melihat orang-orang muslim khidmat menyimak pidato beliau. Seusai Nabi berkhotbah, Zaid berdiri dengan disaksikan orang banyak lalu berkata dengan suara keras, “Hai Muhammad, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah.”

Nabi bertanya, “Siapa kamu?”

Zaid menjawab, “Aku Zaid Al-Khail bin Muhalhal.”

Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Bukan. Kamu adalah Zaid Al-Khair bukan Zaid Al-Khail. Segala puji bagi Allah yang telah melembutkan hatimu untuk menerima Islam.”

3. Safinah.

Rasulullah saw. memiliki maula dari kaum Arab badui. Maula adalah bekas budak yang dimerdekakan. Namanya Mahran, ada yang menyebut namanya Rabah. Kemudian Nabi memberi nama budak yang dimerdekakannya itu Safinah. 

Dengan alasan, dia pernah dalam perjalanan dan setiap orang yang kelelahan meletakkan barang-barangnya ke pundak dia sehingga dia memikul banyak sekali barang milik orang-orang musafir itu. Lalu dia berjalan melewati Nabi kemudian Nabi berkata, “Kamu Safinah.”

4. Zainab binti Abu Salamah.

Rasulullah saw. juga pernah mengganti nama-nama yang mengandung unsur kemakruhan karena beberapa alasan. Sahabat perempuan bernama Zainab binti Abu Salamah dahulu dipanggil Barrah yang berarti “orang yang sangat besar kebaikannya.”  Nama ini memuat anggapan diri yang bersangkutan suci. 

Zainab meriwayatkan bahwa Rasulullah mengganti namanya menjadi Zainab dan Zainab binti Jahsy juga karena sama-sama bernama Barrah.

Abu Daud meriwayatkan dari Muhammad bin Amr bin Atha ahwa Zainab binti Abu Salamah pernah bertanya kepada Muhammad bin Amr, “Kamu beri nama siapa putrimu?” Dia menjawab, “Barrah.”

Kemudian Zainab berkata, “Rasulullah saw. melarang nama ini.” Dia lalu menceritakan namanya sendiri yang semula bernama Barrah. Lalu Nabi bersabda, “Janganlah kalian menganggap diri kalian suci!”

5. Jamilah binti Tsabit.

Dia adalah putri Abu Al-Alflah dari kalangan Anshar, yang menjadi istri Umar bin Al-Khattab.

Ibnu Al-Atsir meriwayatkan bahwa nama dia semula adalah Ashiyah. Ketika masuk Islam, nama dia diganti Rasulullah menjadi Jamilah.

6. Hazen, sahabat yang menolak namanya diganti Rasulullah.

Sayyidah Aisyah meriwayatkan bagaimana keseriusan Nabi dalam mengganti sebagian nama sahabat karena nama-nama mereka mengandung arti yang buruk lalu mengubahnya dengan nama-nama yang baik. 

Said bin al-Musayyab menceritakan dari kakeknya bahwa nama memiliki pengaruh yang besar terhadap pemiliknya. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Said bin al-Musayyab dari ayahnya (al-Musayyab bin Hazen) bahwa kakeknya yang bernama Huzn datang kepada Nabi lalu ditanya oleh beliau, “Siapa namamu?”

Hazen menjawab, “Hazen.” Hazen artinya tanah yang tinggi dan keras sekiranya susah dilewati. 

Mendengar itu, Nabi bersabda, “Jangan nama itu. Ganti namamu dengan Sahl.” 

Namun dia berkata, “Aku tidak akan mengubah nama yang diberikan oleh ayahku.”

Cucu Hazen Said bin al-Musayyab bercerita, “Kakekku masih tetap menjadi orang yang kasar dan keras.”

Demikian beberapa sahabat yang namanya diganti oleh Rasulullah saw. Karena nama adalah doa, hendaklah kita memberi nama anak-anak kita dengan nama-nama yang baik. 

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.