Dalam benak kita terkadang merasa bingung, mengenai waktu pasti al-Quran diturunkan. Umumnya Nuzulul Quran diketahui jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
Masyarakat Nusantara memperingatinya Nuzulul Quran pada tanggal tersebut. Namun ketika kita membaca al-Quran surat al-Qadr ayat 1, kita akan menemui ayat yang berbunyi:
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami menurunkan (al-Quran) itu di malam Lailatul Qadar.”
Melalui ayat ini, diketahui bahwa al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar. Jamak dikenal jika Lailatul Qadar itu berada di malam 10 akhir bulan Ramadhan.
Kita akan mendapati kontradiksi mengenai turunnya al-Quran. Ada yang berpendapat turun pada tanggal 17 Ramadhan, dan ada yang mengatakan turun pada malam Lailatul Qadar, yang notabene berada di tanggal 20 Ramadhan ke atas. Lantas yang benar bagaimana?
Keduanya sama-sama benar, jika kita bisa mengkrompoikannya. Jadi diperinci, al-Quran yang turun pada tanggal 17 Ramadhan itu adalah al-Quran yang diturunkan dari langit dunia menuju bumi yang ditempati manusia. Sedang yang turun pada malam Lailatul Qadar, adalah al-Quran turun dari Lauhul Mahfudz menuju langit dunia, atau yang biasa dikenal dengan Baitul Izzah. Pada waktu ini, al-Quran diturunkan langsung semuanya, tanpa proses gradual (tadriji).
Jika begitu, berarti al-Quran tidak langsung diturunkan ke bumi, sebab ditinjau dari tanggalnya maka seakan mundur. Dari Lailatul Qadar menuju 17 Ramadhan. Apakah benar demikian?
Iya, benar. Memang al-Quran tidak diturunkan langsung ke bumi. Ada masa vakum, sekitar 1 tahun. Yakni diturunkan ke langit dulu pada malam Lailatul Qadar, kemudian baru di tahun depannya, tepatnya tanggal 17 Ramadhan, al-Quran diturunkan ke bumi.
Hikmah al-Quran diturunkan dua kali
Imam Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan hikmah al-Quran diturunkan dua kali sebagai berikut:
الْأَوَّلُ: قِيلَ السِّرُّ فِي إِنْزَالِهِ جُمْلَةً إِلَى السَّمَاءِ تَفْخِيمُ أَمْرِهِ وَأَمْرِ مَنْ نَزَلَ عَلَيْهِ وذلك بإعلام سكان السموات السَّبْعِ أَنَّ هَذَا آخِرُ الْكُتُبِ الْمُنَزَّلَةِ عَلَى خَاتَمِ الرُّسُلِ لِأَشْرَفِ الْأُمَمِ قَدْ قَرَّبْنَاهُ إِلَيْهِمْ لِنُنَزِّلَهُ عَلَيْهِمْ وَلَوْلَا أَنَّ الْحِكْمَةَ الْإِلَهِيَّةَ اقْتَضَتْ وُصُولَهُ إِلَيْهِمْ مُنَجَّمًا بِحَسْبِ الْوَقَائِعِ لَهَبَطَ بِهِ إِلَى الْأَرْضِ جُمْلَةً كَسَائِرِ الْكُتُبِ الْمُنَزَّلَةِ قَبْلَهُ وَلَكِنَّ اللَّهَ بَايَنَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا فَجَعَلَ لَهُ الْأَمْرَيْنِ: إِنْزَالُهُ جُمْلَةً ثُمَّ إِنْزَالُهُ مُفَرَّقًا تَشْرِيفًا لِلْمُنَزَّلِ عَلَيْهِ ذَكَرَ ذَلِكَ أَبُو شَامَةَ فِي الْمُرْشِدِ الْوَجِيزِ
Hikmah mengapa al-Quran diturunkan langsung secara jumlah (semuanya, tidak diturunkan dengan proses gradual, seperti ketika diturunkan ke bumi) ke langit adalah untuk memuliakannya, juga memuliakan makhluk yang diperintahkan untuk menurunkannya, serta untuk menginformasikan kepada penduduk langit semuanya (7 lapis langit), bahwa kitab ini merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan kepada manusia. Dan kitab ini akan diturunkan kepada Nabi yang terakhir (Nabi Muhammad SAW), sebagai pedoman bagi umat yang termulia (umat Nabi Saw).
Kalau bukan karena adanya hikmah ilahiyyah (hikmah tertentu) yang menuntut untuk diturunkan secara gradual sesuai situasi, niscaya al-Quran akan diturunkan ke bumi secara jumlah (langsung semuanya) seperti halnya kitab-kitab suci terdahulu diturunkan.
Menurut Abu Syamah, al-Quran diturunkan dengan 2 proses, yakni jumlah (semuanya, ketika diturunkan ke langit) dan munajjan (tidak langsung semuanya, melainkan dengan bertahap) itu adalah karena untuk memuliakan makhluk yang diperintah untuk menurunkan al-quran (malaikat Jibril As). (Al-Itqan fi ulum al-Quran,h. 149)
Dengan paparan di atas, tidaklah kita mendapati adanya kontradiksi. Syekh Manna’ Khalil Al-Qathhan mengatakan:
فالراجح أن القرآن الكريم له تنزلان: الأول: نزوله جملة واحدة في ليلة القدر إلى بيت العزة من السماء الدنيا. والثاني: نزوله من السماء الدنيا إلى الأرض مفرقا في ثلاث وعشرين سنة
“Menurut pendapat yang unggul, al-Quran itu turun dua kali. Pertamanya turun secara keseluruhan, pada malam Lailatul Qadar ke Baitul Izzah. Kemudian kali kedua turun secara bertahap, ke dunia dalam durasi 23 tahun.” (Mabahits fi ulum al-Quran, h. 103)
Jadi, al-Quran diturunkan dalam dua fase, yang pertama diturunkan secara keseluruhan pada malam Lailatul Qadar (sepuluh akhir di bulan Ramadhan) di langit dunia. Kemudian pada fase kedua al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur ke bumi selama masa kenabian.
Fase pertama inilah yang dimaksud oleh surat al-Qadr ayat 1, sedang fase kedua ini adalah yang dimaksud oleh surat al-Baqarah 185, yakni awal mula diturunkan ke bumi adalah pada malam 17 Ramadhan. Wallahu a’lam bi al-shawab.