Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Gus Baha angkat bicara tentang orang yang berfatwa modal terjemahan

Avatar photo
48
×

Gus Baha angkat bicara tentang orang yang berfatwa modal terjemahan

Share this article

KH. Bahauddin Nursalim atau popular disapa Gus Baha dalam salah satu pengajiannya mewanti-wanti perihal larangan mengambil hukum dari ayat-ayat Al-Quran berdasarkan modal terjemahan. Penarikan kesimpulan yang sembarangan dan ugal-ugalan ini hukumnya haram besar.

Menyimpulkan fatwa maupun mengambil hukum bukanlah perkara gampang. Seorang mufti misalnya, dibebankan harus menguasai dispilin keilmuan-keilmuan yang banyak dan super ketat. Tidak hanya paham hukum saja, ia juga mesti cakap melihat realita yang dinamis, dan tentunya mempertimbangkan maqashid syariah.

Baca juga: Gus Baha jelaskan etika bertamu ke kiai, kamu harus tahu!

Produk hukum yang lahir dari orang yang hanya modal terjemahan saja sudah bisa dipastikan berujung fatal, keliru, dan ngaco. Besar dipastikan juga, ia menafsiri ayat-ayat al-Quran dengan sikap ceroboh yang dibumbui hawa nafsu.

Gus Baha kemudian mengudarkan satu contoh ayat yang menjelaskan bahwa Allah meniupkan sebagian ruh-Nya kepada Nabi Adam.

“Ayat ini termasuk mutasyabihat. Kita tidak tahu persis maknanya tetapi kita tahu persis kaidahnya.” jelas Gus Baha dilansir dari Channel Santri Gayeng

Baca juga: Jangan Meminta Fatwa pada Orang yang Tidak Memiliki Tiga Syarat Ini

Dalam bahasa Arab terdapat kaidah “Idhofah li tasyrif”, yaitu penisbatan kepada Allah karena sesuatu ini mulia dan terhormat. Masjid misalnya, sejelek dan serusak apapun bangunan masjid ia tetap akan disebut Baitullah (rumah Allah). Tidak peduli kontruksinya miring atau dibangun oleh seorang yang korup, ia tetap dinamakan Baitullah. Karena alasan tempat ibadah terhormat inilah maka kita perlu menyebutnya Baitullah.

Begitu halnya dengan penggalan ayat di atas tadi. Nabi Adam adalah makhluk terhormat sehingga sesutau yang ditiupkan kepadanya disnisbatkan pada ruh Allah. Maksud ini jangan pernah dibayangkan dan dimaknai bahwa ada ruhnya Allah yang terbagi kemudian diberikan kepada Nabi Adam.

Baca juga: Habib Ali Al-Jufri: Musibah Besar Jika Bukan Ahlinya Berfatwa

Ini penting untuk dipahami bersama agar setiap daripada kita jangan pernah bermain-main dalam memaknai ayat Al-Quran. Cukuplah menakar diri sendiri dan bercermin. Sekiranya sebagai hamba yang terbatas ilmunya, langkah terbaik adalah mengikuti para alim ulama yang kredibel dan wawasan ilmunya luas. Meskipun penjelasannya sangat rinci dan panjang.

Kontributor