Dalam satu kesempatan, Gus Dur bertemu dengan salah seorang santri di Mekkah Arab Saudi. Kepadanya Si Santri bertanya:
“Gus, kenapa orang-orang India lebih pandai dibanding orang Indonesia?”
“Ya karena Aria Penangsang kalah perang sama Jaka Tingkir”.
Demikian dan seperti biasanya, Gus Dur menjawab enteng dan sekenanya.
Pertanyaan si santri bukan tanpa alasan. Pasalnya, sekian banyak ia saksikan kepandaian dari kawan kawan Indianya saat itu. Ditilik dari sejarah, juga betapa para ulama India telah membuktikan bahwa mereka memang pantas diperhitungkan dan diakui kehebatannya higga dalam skup international. Sedari dahulu hingga sekarang.
Sedikit contoh saja. Siapa yang tak kenal Syekh Waliyullah al-Dahlawi (w 1131 H), seorang ulama yang alim diberbagai bidang ilmu. Penulis al-Musawa dan al-Mushaffa Syarah al-Muwatha‘.
Kalangan pesantren juga pasti sangat mengenal ulama satu ini, seorang murid ulama besar Ibnu Hajar al-Haitami (w 974 H). Kitabnya adalah materi pokok hampir di seluruh pesantren salaf, Fathul Mu’in Syarah Qurrotul ‘Ain. Beliau adalah al-Makhdum al-Tsani, Syaikh Zaiduddin Al-Malibari. Beliau juga berasal dari India, tepatnya daerah Malibar.
Bahkan jika ada acara seminar internasional, suara ulama Asia selalu dan masih saja diwakili oleh mereka yang berasal dari India.
Walhasil, hingga saat ini India masih sangat kaya akan keilmuan dan kepandaian para ulamanya.
Demikian santri tersebut ketahui, sehingga ia pun memberanikan diri menanyakannya kepada Gus Dur. Bukankah Gus Dur selalu punya jawaban, meski tak jarang kita justeru tambah bingung dan bertanya tanya?
Perbendaharaan kata seorang Gus Dur sangat luas menyamudra. Gaya jawabnya yang khas selalu segar dan menyehatkan. Teka tekinya sangat menantang. Selalu ada ilmu baru meski lewat jalan berliku. Beliau cerdas namun tak ingin sendiri. Ia menginginkan kita semua juga cerdas memahami segalanya dan apa saja.
Jika kita telusuri, ternyata Aria Penangsang dan Jaka Tingkir sama sama murid dari anggota wali songo. Arya Penangsang adalah murid kinasih Sunan Kudus. Sedang Jaka Tingkir murid utama Sunan Kali Jaga.
Mereka terjatuh dalam pertempuran dunia politik saat itu. Sehingga terjadilah perang perebutan kekuasaan di antara mereka berdua. Pada akhirnya, Aria penangsang kalah, harus mengakui kesaktian dan kehebatan seorang Jaka tingkir.
Apa hubungannya dengan jawaban Gus Dur?
Sunan Kudus adalah sosok ulama yang sangat menonjol dalam disiplin ilmu fikih dan rajin belajar. Sementara Sunan Kali Jaga sangat menonjol dalam ilmu kedigdayaan dan hakikat serta ahli tirakat.
Namun, banyak yang terkecoh untuk menggapai ilmu dengan cara yang kurang tepat. Misalnya dengan cara bertirakat dengan harapan bisa mendapat jalan pintas menuju ilmu. Meski tak salah, namun cara demikian kurang tepat adanya.
Pada akhirnya, innamal ilmu bittaallum. Bahwa ilmu hanya didapat dengan cara belajar. Sementara tirakat dan riyadah seorang santri jika benar-benar dilakukan akan bermuara pada kesejatian dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq.
Sementara idealnya bahwa keduanya harus dilewati dan diamalkan oleh seorang santri. Belajar dengan sungguh sungguh dan mendekatkan diri kepada Sang Khaliq dengan ketaatan dalam berbagai bentuknya: salat, wirid, puasa, memuliakan ilmu, melayani guru dan lain sebagainya.
Teringat sebuah wejangan bijak:
العلم بالتعلم والبركة بالخدمة والمنفعة بالطاعة
Ilmu didapat dengan belajar, berkah diperoleh dengan pengabdian, dan manfaatnya digapai dengan ketaatan.
Gus Dur selalu punya jawaban. Meski jawabanya tak sesuai yang diinginkan oleh orang yang bertannya.
Ibarat seorang dokter ia tidak memenuhi permintaan atau keinginan pasien tapi memberikan apa yang terbaik untuknya.