Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Imam Al-Jazuli: Pengarang Dalail Al-Khairat yang Fana dengan Shalawat

Avatar photo
48
×

Imam Al-Jazuli: Pengarang Dalail Al-Khairat yang Fana dengan Shalawat

Share this article

Imam Al-Jazuli juga dikenal dengan Al-Qazuli. Nama yang dinisbatkan kepada desa di mana beliau dilahirkan, yakni desa Jazulah atau Qazulah. Sebuah desa di wilayah distrik Sous, salah satu provinsi di Maroko.

Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah Muhammad bin Abdurrahman bin Sulaiman Al-Jazuli. Warga Maroko lebih akrab menyebut nama beliau dengan Sidi Ben Sulaiman Al-Jazuli atau Imam Al-Jazuli rahimahullah.

Imam Al-Jazuli lahir pada tahun 807 H. Seperti halnya yang lain, sebagai anak- anak yang hidup pada awal abad 9 Hijriyah di bawah pemerintahan Bani Marin.

Desa Jazulah merupakan desa yang kental dengan nuansa pendidikan agama. Beliau menghabiskan masa kecilnya belajar di sana, sebelum kemudian berangkat menimba ilmu di Kota Ilmu, Fes.

Di Fes ini beliau benar-benar ditempa dengan berbagai ilmu dari para ulama di sana. Dari ilmu syariat, thariqat, hingga hakikat. Sampai pada akhirnya menemukan jalan kewaliannya dengan senantiasa bersalawat kepada Al-Mahbub Nabiyullah Muhammad SAW.

Imam Al-Jazuli adalah seorang yang fakih dalam Madzhab Maliki. Beliau juga disebut-sebut sebagai penghafal kitab Al-Mudawanah karya Imam Malik bin Anas (w: 179 H), kitab pokok kedua setelah Al-Muwaththa’.

Alih-alih menjadi seorang ahli fikih, Al-Jazuli segera beralih ke jalan sufi. Beliau bertemu dan mengambil thariqah Imam Asy-Syadzili dari Sidi Muhammad bin Abdillah Amghar(w: 537 H).

Baca juga: Imam Asy-Syadzili, Perekam Jejak Sang Guru Maulaya Abdussalam Bin Masyisy

Syekh Abdullah At-Talidi (w: 1439 H) menyebutkan bahwa setelah pertemuannya ini Al-Jazuli berkhalwat selama 14 tahun. Baru kemudian turun berdakwah dan mengajar masyarakat.

Ada belasan ribu jumlah murid beliau. Kepada mereka beliau ajarkan Thariqah Sadziliyah. Di samping itu juga, beliau perintahkan mereka untuk memperbanyak membaca Kitab Dalail Al-Khairat sebagai wirid sehari-hari. Dari sini kemudian ajaran beliau dikenal dengan nama Thariqah Syadziliyah Jazuliyah.

Dalail Al-Khairat dan Puasa Ndalail

Kitab Dalail Al-Khairat adalah salah satu karya agung beliau. Satu kitab yang berisi kumpulan wirid shalawat kepada Rasulullah SAW. dan juga sebagai salah satu pokok thariqah yang beliau ajarkan. Ia adalah kitab yang amat berharga yang manfaat dan keberkahannya masih bisa kita rasakan hingga kini.

Bershalawat dan fana dalam mahabbah kepada Allah SWT dan Rasul-Nya merupakan pokok ajaran Imam Al-Jazuli, di samping ziarah para wali, berlepas dari daya dan kekuatan diri serta bersandar hanya kepada Allah swt.

Manuskrip kitab Dalail Al-Khairat. Kitab ini akrab dan populer di dunia pesantren Indonesia.

Hal ini, jelas tersurat dalam pembukaan kitab Dalail karya beliau:

اللهم إني أبرأ من حولي وقوتي إلى حولك وقوتك إني اتقرب إليك بالصلاة على سيدنا محمد عبدك ونبيك ورسولك سيد المرسلين

Ya Allah aku berlepas dari daya dan kekuatanku menuju daya dan kekuatan-Mu. Aku mendekat kepada-Mu dengan shalawat atas junjungan kami Muhammad, hamba-Mu, nabi-Mu, utusan-Mu, sayyid para utusan.

Dalam Kitab Mumti’ Al-Asma disebutkan bahwa Imam Al-Jazuli berkata, “Aku melihat Rasulullah SAW bersabda kepadaku,  ‘Aku adalah penghias para nabi, dan engkau adalah penghias para wali.’”

Imam Abu Abdillah Al-Qashar (w: 1012 H) menyatakan bahwa Syekh Imam Al-Jazuli berada dalam cinta yang sangat mendalam kepada Rasulullah SAW. Sehingga dikatakan padanya: “Kelebihanmu atas umat semasamu, itu karena engkau banyak bershalawat kepada kekasihku, Muhammad SAW.”

Di Indonesia khususnya kaum santri, hampir dipastikan mengenal kitab Dalail Al-Khairat ini. Kitab yang hingga saat ini masih menjadi amalan yang diwariskan secara berijazah dari para kyai. Ijazah ini seringkali disertai amalan puasa dalam jumlah hari tertentu.

Tak jarang pula ijazah puasa ini dibarengi dengan amalan ‘ngoyek’ atau ‘ngrowod’. Yakni tidak makan nasi dalam jangka waktu tertentu, umumnya tiga tahun. Sehingga kemudian terkenal di kalangan santri dengan ‘puasa ndalail’.

Namun lebih daripada itu semua, membaca Kitab Dalail adalah membaca shalawat sebanyak-banyaknya. Shalawat adalah ibadah, shalawat adalah dzikir juga mahabbah kepada Rasulullah SAW.

Imam Al-Jazuli wafat pada tahun 870 H. Di desanya Jazulah dan dimakamkan di sana. Namun setelah 77 tahun kemudian, jasad beliau dipindahkan ke kota Marrakesh, ibukota Maroko.

Makam Imam Al-Jazuli Pengarang kitab Dalail Al-Khairat.

Diriwayatkan bahwa ketika proses pemindahan tersebut, jasad beliau masih utuh dan tak berubah sama sekali. Rambut dan jenggotnya bahkan persis waktu ketika beliau wafat. Bahkan ketika jari tangan ditekankan ke wajah beliau, masih ada gerak merah darah mengumpul dan hilang ketika jari diangkat, selayaknya seorang yang masih hidup.

Kini makam Imam Al-Jazuli ada di kota Marrakech, bersama 7 wali besar di kota Merah tersebut. Keberadaan makam tujuh wali ini antara lain menjadikan Marrakech juga dikenal dengan sebutan Kota Tujuh Wali. Dan beliau satu dari mereka. Rahimahummullah. Wallahu a’lam.

Kontributor

  • Muhammad Makhludi

    Tinggal di Cilacap Jawa Tengah Block 60. Seorang khadam kampung. Pernah nyantri di Leler dan Universitas Cady Ayyad Maroko.