Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Imam As-Suyuthi: Akan Ada Ujian Besar Tiap Akhir Abad

Avatar photo
34
×

Imam As-Suyuthi: Akan Ada Ujian Besar Tiap Akhir Abad

Share this article

Dalam kepengurusan masalah agama, Allah sudah menjamin akan datangnya para pembaharu dalam agama-Nya setiap 100 tahun. Keterangan ini berlandaskan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Sunan-nya, Imam Hakim dalam Al-Mustadrak, Abu Nu’aim dalam kitab Al-Hilyah, dan lainnya.

Rasulullah Saw. bersabda:

إن الله يبعث لهذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها أمر دينها

“Setiap akhir seratus tahun Allah mengutus kepada umat ini seseorang yang akan memperbaharui agama ini (dari penyimpangan).”

Para ahli hadits sepakat bahwa hadits ini shahih. Salah dua di antara mereka ada Al-Hafidz al-‘Iraqi dan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqolani.

Selain dinilai shahih dan para perawinya yang tsiqat, keterangan ini diperkuat dengan perhatian ulama dalam memantau para pembaharu di setiap masanya. Misalnya, setelah meriwayatkan hadits ini, Imam Hakim memperkuat dengan keterangan tentang siapa ulama pembaharu di masanya. “Karena pada setiap akhir seratus tahun Allah mengutus pembaharu dalam agama-Nya, maka Allah mengutus pada masa ini Umar bin Abdul Aziz,” tuturnya.

Tidak hanya Imam Hakim, ulama lain pun ikut memerhatikan para pembaharu di masanya. Bahkan, ulama Indonesia, Syekh Maimun Zubair menulis kitab khusus yang menyebutkan para pembaharu Islam, yang diberi judul Al-‘Ulama al-Mujaddidun.

Siapa sajakah yang menjadi pembaharu Islam ini?

Al-Imam Badr Ad-Din Al-Ahdal menyebutkan dalam kitab Ar-Risalah Al-Mardhiyyah, nama-nama para pembaharu; pada abad pertama ada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (W. 101 H); abad kedua ada Imam Muhammad bin Idris Asy-Syafi’i (W. 204 H); abad ketiga ada Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (W. 324 H) dan seterusnya.

Yang unik, Imam As-Suyuthi memiliki pandangan tersendiri dalam memahami hadits ini. Dalam kitab At-Tanbiah, beliau menulis suatu faedah yang berjudul: “Ujian Besar Pada Akhir Setiap Seratus Tahun”.

Dalil adanya bencana ini adalah riwayat yang tertata dalam kitab tafsir Ibnu Abi Hatim jilid 8 nomor 2467:

عن عبد الله بن عمرو بن العاص رضي الله عنهما قال: ما كان منذ كانت الدنيا رأس كل مائة سنة إلا كان عند رأس المائة أمر

Dari Abdullah bin Amr bin Ash Ra., beliau berkata: semenjak munculnya dunia, pada akhir setiap seratus tahun akan ada masalah besar yang akan datang.

Ibnu ‘Asakir dalam kitab Tarikh-nya menjelaskan panjang lebar pembahasan ini, dan menyebutkan bahwa di antara masalah yang besar adalah keluarnya Dajjal.

Setelah mengemukakan riwayat di atas dan menyesuaikan dengan hadits tentang ulama pembaharu per seratus tahun, Imam As-Suyuthi berpendapat:

 قلت: و الذي فهمت من هذا الأثر مع ذلك الحديث أنه لا بد عند رأس كل مائة سنة من محنة شديدة، فيقرنها الله بمنحة عظيمة، و هو الذي يبعثه لتجديد الدين و احيائه، رحمة منه بعباده، و جبرا لما حصل من الوهم بتلك المحنة، و لذالك ادخل ابو داود الحديث في (كتاب الملاحم) إشارة إلى ذلك، و أنه إذا وقعت فتنة جبرها الله بمن يجدد الدين

Aku (Imam Suyuthi) berkata: Perihal yang dapat aku pahami dari riwayat ini dan hadits yang telah lewat, bahwa pada setiap akhir seratus tahun pasti ada bencana yang besar, kemudian Allah barengi dengan pemberian yang luar biasa; yaitu ulama yang akan memperbaharui agama dan menghidupkannya kembali. Pemberian ini sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, dan menambal akan keraguan yang dihasilkan dari bencana tersebut.

Oleh karena itu, Imam Abu Daud dalam Sunan-nya memasukkan hadits tentang ulama pembaharu dalam Bab Fitnah-fitnah sebagai isyarat, “Jika muncul fitnah di agama Islam, maka Allah akan mengirimkan ulama yang akan memperbaharuinya (memperbaikinya).” Baca kitab At-Tanbiah bi man yab’asthuhu Allah ‘ala ro`si kulli sanah, hal 314.

Sebagai contoh kecil, pada abad kedua, Khalifah Al-Ma’mun (W. 218 H) mengangkat isu bahwa Al-Qur’an adalah makhluk. Banyak ulama disiksa, dipenjara, bahkan dibunuh. Bersamaan dengan ujian ini, Allah menjadikan Imam Asy-Syafi’i muncul pada zaman itu. Beliau menyelamatkan akidah yang sudah tercemar dan mengembalikan ajaran agama seperti semula.

Ketika telah usai menyebutkan contoh-contoh bencana yang terjadi pada rentang waktu abad pertama hingga abad ketujuh, Imam As-Suyuthi menyebutkan 3 bencana yang ada pada masanya. Salah satunya adalah merebak kebodohan ke penjuru negeri.

Seandainya Imam As-Suyuthi melihat zaman ini, apa yang akan dikatakan oleh beliau?

Kebodohan yang merajalela, kemalasan yang mendarah daging, zina yang menjadi konsumsi publik, dan berbagai maksiat lainnya telah menjadi salah satu bencana pada zaman ini. Lebih-lebih hadirnya paham Wahabi sebagai perusak keyakinan umat, menambah kekacauan yang ada. Jika masyarakat awamnya kompak untuk mengembalikan masalah agama kepada ahlinya (ulama), maka kekacauan ini akan dapat diminimalisir.

اذا وسد الأمر إلى غير أهله فلينتطر الساعة

Jika sebuah perkara dipasrahkan kepada selain pakarnya, maka tunggulah kehancuran.

Kairo, 14 Agustus 2020

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.