Scroll untuk baca artikel
Talaqqi Akbar
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Kesantunan Indonesia dalam Persaudaraan Manusia

Avatar photo
118
×

Kesantunan Indonesia dalam Persaudaraan Manusia

Share this article
PBB ikuti jejak Paus Fransiskus deklarasikan Hari Persaudaraan Manusia Internasional
PBB ikuti jejak Paus Fransiskus deklarasikan Hari Persaudaraan Manusia Internasional, yang diperingati pada tanggal 4 Februari.

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata:

الناس صنفان إما أخ لك في الدين أو نظير لك في الخلق

Manusia ada dua jenis ; entah dia saudara dalam agama (se-agama) atau setara/sederajat denganmu dalam penciptaan”

Kalam hikmah dari Sayyidina Ali ibn Abi Thalib tersebut, masih terus didengungkan dari setiap generasi hingga saat ini. Pesan tersebut beliau sampaikan kepada Malik al-Asytar ketika ia mengangkatnya sebagai pengampu (gubernur) Mesir kala itu.

Inilah nilai Islam yang sebenarnya, sebagai agama yang membawa keselamatan bagi pemeluknya dan bagi sekalian kaum yang hidup berdampingan bersama kaum muslimin. Hidup berdampingan dengan orang-orang yang berbeda agama dan yang tidak merugikan serta mengancam kehidupan kaum muslimin.

Agama Islam melarang menghina orang lain yang berbeda keyakinan dan pemikiran.

Allah SWT berfirman:

وَلَاتُجَادِلُوْآ اَهْلَ الْكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنٌ …

“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang baik …” (QS. Al-“Ankabut: 46)

Bahkan Al-Qur’an memperingatkan umat Islam lebih dari satu ayat agar tidak melanggar hak orang lain, baik secara moral maupun materiil. Sebaliknya, umat Islam ditekankan untuk membangun kerjasama , solidaritas, memperbaiki hubungan antar manusia serta menebarkan cinta kasih.

Persatuan dan Persaudaraan Manusia

Persatuan antar manusia dalam kehidupan berbangsa, tidak hanya persatuan antar umat Islam atau bahkan hanya persatuan antar sesama anggota organisasi atau kelompok semata. Persatuan kita dalam kehidupan berbangsa merupakan persatuan seluruh rakyat Indonesia. Demi kesatuan negara Indonesia yang telah diperjuangkan oleh seluruh elemen bangsa Indonesia dari seluruh wilayah dan dari berbagai latarbelakang agama serta suku bangsa.

Persatuan dan kesatuan Indonesia, hendaklah dibangun dengan kesantunan. Sebagaimana telah dicontohkan oleh para pendahulu kita di masa lampau. Salah satu contoh yang dapat kita teladani adalah dengan melihat “soko guru” (tiang utama) Masjid Agung Demak yang dikenal dengan sebutan “soko/saka tatal.” Potongan-potongan kayu yang dalam istilah Jawa disebut “tatal” dengan berbagai ukuran, disatukan dalam satu ikatan kecil yang kemudian masing-masing satuan ikatan tadi disatukan lagi dalam ikatan besar.

Potongan-potongan kayu yang tersusun tersebut berasal dari berbagai daerah di pulau Jawa kala itu, yang dibawa oleh beberapa utusan. Hal tersebut menandakan bahwa kekuatan sebuah ikatan yang disatukan dengan sentuhan kesantunan (kebaikan), InsyaAllah akan menghasilkan sebuah ikatan kesatuan yang kuat dan saling menguatkan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

اَلْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرِقَةُ عَذَابٌ

“Berjama’ah (bersatu) adalah rahmat, sedangkan berpecah belah adalah adzab.” (HR. Ahmad dan Ibnu Abi Ashim)

Allah SWT berfirman:

وَلّا تَكُوْنُوا كَالَّذِيْنَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَىٰئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ

“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan adzab yang berat.” (QS. Ali ‘Imran: 105)

Indonesia adalah negara yang meraih kemerdekaannya melalui perjuangan panjang. Banyak pihak yang terlibat di dalamnya, yang terdiri dari berbagai suku serta agama serta aliran kepercayaan yang ada di Indonesia.

Berdakwah dalam menyampaikan risalah Islam merupakan kewajiban kita setiap muslim. Namun dalam mengajak kepada agama Islam, kita tidak diperkenankan memaksa. Sebaliknya, yang harus kita lakukan adalah memberikan contoh yang baik agar orang lain yang bersama kita merasa damai dan terkesan yang pada akhirnya menghormati kita.

Allah SWT berfirman:

لَا إِقْرَاهَ فِي الدِّيْنِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ.

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh telah jelas antara jalan yang benar dari jalan yang sesat. Karenanya orang yang mengingkari thaghut dan mengimani Allah, sungguh telah berpegangan pada simpul tali yang sangat kuat dan tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Al-Baqarah: 256)

Dalam hal berdakwah-pun Allah SWT menyampaikan:

اُدْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبَّكَ بِالْحَكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِى هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ.

“Serulah (manusia) ke agama Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sungguh Tuhanmu adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap orang yang tersesat dari agama-Nya dan Allah adalah Dzat Yang Maha Mengetahui terhadap orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (QS. An-Nahl: 125)

Dalam sebuah testimoni seorang arsitek Belanda bernama Karl von Smith yang ter-arsip rapi dalam Kitab Al-‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari ; Wadhi’Lubnah Istiqlal Indunisiya, karya Muhammad Asad Shahab diceritakan tentang betapa santunnya Hadhratussyaikh Hasyim Asy’ari dalam membimbing arsitek Belanda tersebut hingga akhirnya bersyahadat memeluk Islam.

Beliau Hadhratussyaikh Hasyim Asy’ari berkata:

إِنَّكَ حُرٌّ فِي اخْتِيَارِ الدِّيْنِ الَّذِي تُرِيْدُهُ وَتَرْتَضِيْهِ لِنَفْسِكَ. وَأَنْتَ تَعْرِفُ الْإِسْلَامَ فَاخْتَرْ لِنَفْسِكَ عَقِيْدَةً وَدِيْنًا تُؤْمِنُ بِهِ بِشَرْطِ أَنْ يَكُوْنَ هَذَا الْإِيْمَانُ وَهَذِهِ الْعَقِيْدَةُ مَبْنِيَيْنِ عًلَى عِلْمٍ وَدِرَايَةٍ وَ وَعْيٍ وَيَقِيْنٍ بَعْدَ الدِّرَاسَةِ.

“Sungguh anda bebas memilih agama yang anda kehendaki dan anda relakan untuk diri anda. Anda sekarang sudah mengenal Islam. Maka, pilihlah keyakinan dan agama untuk diri anda yang anda yakini, dengan syarat bahwa keimanan dan keyakinan ini harus dibangun atas dasar ilmu, analisis, kesadaran dan keyakinan setelah benar-benar mempelajarinya secara tepat.”

Hargailah sesama anak bangsa Indonesia sebagai saudara sebangsa. Bersatulah dalam membangun negara tercinta Indonesia, sebagaimana dahulu mereka para pendahulu kita saling bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Kita adalah bangsa Indonesia yang santun. Seyogyanya selalu menjadi teladan dalam kesantunan berdakwah demi persatuan dan kesatuan Indonesia. Persatuan dan Persaudaraan Manusia secara umum akan mewujudkan perdamaian diantara semua elemen warga bangsa dunia. Perdamaian dunia sebagaimana esensi Islam yang menjadi Rahmat bagi sekalian alam.

Kontributor

  • Muhammad Arief Albani

    Alumni Pondok Pesantren Tebuireng Jombang. Saat ini aktif sebagai Pengrus LTM PCNU Banyumas dan ISNU Banyumas serta ketua Koperasi Nusantara Banyumas Satria (NUMas). Selain itu, aktif di PP Bani Rosul Bantarsoka, Purwokerto Barat, Banyumas Jawa Tengah.

Talaqqi Akbar