Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Melihat Rasulullah Shallahhu ‘alaihi wasallam

Avatar photo
65
×

Melihat Rasulullah Shallahhu ‘alaihi wasallam

Share this article

Salah satu pertanyaan yang dihindari oleh Syaikhuna Abdul Aziz Syahawi adalah:

 

 

هل رأيت رسول الله ﷺ؟

“Apakah engkau pernah melihat Rasulullah ﷺ ?”

Seringkali beliau mendapatkan pertanyaan tersebut akan tetapi beliau selalu menjawabnya dengan jawaban yang sama. Sembari menundukkan kepala dan kedua matanya terlihat berkaca-kaca, seakan sangat malu kepada Baginda Rasulullah ﷺ, beliau menjawab :

لا تسألني هذا السؤال

“Jangan bertanya kepadaku hal ini.”

Suatu ketika beliau juga pernah ditanya,  “Manakah yang lebih baik antara menceritakan atau menyembunyikan cerita jika seseorang yang pernah melihat Rasulullah ﷺ?”

Beliau menjawab, “Tak mengapa diceritakan  karena itu adalah sebuah nikmat yang sangat agung juga kabar gembira, akan tetapi menyembunyikannya lebih baik karena ia termasuk karamah. Sedangkan menyembunyikan karamah itu  lebih baik daripada menampakkannya kecuali dalam keadaan darurat atau untuk tujuan yang benar.”

Di antara tanda-tanda Ru’ya (mimpi) yang benar :

1. Fisik Rasulullah ﷺ sesuai dengan apa yang telah diterangkan banyak ulama dalam kitab-kitab syama’il ﷺ.

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya al Fusul fi ikhtisori sirotirrosul ﷺ berkata :

(فإن الشيطان لا يتمثل بي) ،،،لكن بشرط أن يراه على صورته التي هي صورته في الحياة الدنيا.

Dalam hadis: (Karena sesungguhnya setan tidak dapat menyerupaiku).

Akan tetapi dengan syarat melihat Rasulullah  ﷺ sesuai dengan sifatnya ﷺ dalam kehidupan dunia (sesuai dengan ciri-ciri yang telah disebutkan oleh para ulama).

2. Tidak menyelisihi syariat.

Imam Jamaluddin as Samhudi as Syafi’i al Misri berkata dalam kitabnya Nasihatul Habib :

‎ إن النبي ﷺ إذا رئي في المنام فأمر بشيء أو نهى عن شيء، واجبٌ فيه أن يُعرضَ على كتاب الله وسنة نبيه ﷺ، فإن وافق عُلم أن الرؤيا حق وأن الكلام حق، وتكون الرؤيا تأنيسا للرائي وبشارةً له، وإن خالفت عُلِمَ أن الرؤيا حق، وأن الشيطان أوصل إلى سمع الرائي غير ما تكلم به النبي ﷺ.

“Sesungguhnya ketika melihat Rasulullah ﷺ dalam mimpi lalu beliau menyuruh untuk melakukan sesuatu atau melarangnya, maka perintah atau larangan itu harus dikembalikan kepada al-Quran dan sunnah. Jika hal itu sesuai dengan al-Quran dan sunnah maka mimpi itu benar dan apa yang beliau katakan juga benar, lalu mimpi itu datang sebagai pelipur dan kabar gembira baginya. Apabila perintah atau larangan itu menyelisihi al-Quran dan sunnah maka mimpi itu tetaplah benar, akan tetapi sesungguhnya setan membisikkan pada telinganya hal yang tidak disampaikan oleh Nabi ﷺ.”

Syaikhuna Syahawi berkomentar atas perkataan di atas:

Mimpi tersebut benar, akan tetapi orang yang sedang tidur sedang kehilangan kesadarannya tidak bisa dijadikan acuan atau sandaran hukum, dan bukan karena ragu akan kebenaran mimpi tersebut.

Di suatu kesempatan Syaikhuna Syahawi memberikan bocoran agar bisa melihat Rasulullah ﷺ di antaranya:

1. Memperbanyak shalawat.

2. Memperbanyak membaca kitab-kitab sirah nabawiyah

3. Selalu menghadirkan Rasulullah ﷺ dalam setiap hal.

4. Mendawamkan membaca satu bait burdah :

نَعَمْ سَرَى طَيْفُ مَنْ أَهْوَى فَأَرّقَنِي ۞ وَالْحُبّ يَعْتَرِضُ اللّذّاتَ بِالألمِ.

Cairo 12 Desember 2024

Kontributor

  • Ade Rizal Kuncoro

    Dari Madiun Jawa Timur. Alumni PP Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang. Sekarang menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits.