Syekh Yusri Rusydi Jabr al-Hasani hafidzahullah mengatakan hakekat kebahagiaan bagi seorang mukmin tidak terkait dengan urusan duniawi.
Banyak orang mengira bahwa kebahagiaan terletak pada perkara dunia. Ketika dirinya melihat seorang yang memiliki harta lebih, memiliki rumah yang banyak dan di mana-mana, dia menganggapnya orang yang bahagia.
Sesungguhnya kebahagiaan itu adalah apa yang telah baginda Nabi SAW sabdakan kepada kita:
إن الله عزَّ وجل بقسطه، جعل الفرح والروح في الرِّضا واليقين وجعل الغم والحزن في الشَّك والسّخط
Artinya: “Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla telah menjadikan kebahagiaan dan kelapangan hati pada keridhaan dan keyakinan, dan Allah telah jadikan kekhawatiran dan kesedihan pada sebuah keraguan dan ketidakridhaan.”(HR. Al Mundziri)
Ini pengertian kebahagiaan menurut baginda Nabi SAW yang telah diajarkan kepada umat.
Rasulullah SAW orang yang paling sayang terhadap kita. Beliau adalah orang tua bagi ummatnya. Sebagiamana beliau bersabda,
إِنَّمَا أَنَا لَكُمْ بِمَنْزِلَةِ الْوَالِدِ
Artinya, “Sesungguhnya kedudukanku adalah seperti ayah bagi kalian.”(HR. Abu Dawud)
Beliau layaknya orang tua yang selalu mengharapkan kebahagiaan bagi anak-anaknya. Baginda mengajarkan makna kebahagiaan sesuai dengan pandangan seorang Nabi, seorang utusan Allah yang mengetahui kemaslahatan hamba-Nya. Kebahagiaan ada pada makna keridhaan, yaitu ridha terhadap segala sesuatu yang telah Allah tuliskan untuk kita. Ridha terhadap apapun yang terjadi kepada kita, dengan qadha dan takdir-Nya.
Keridhaan merupakan hasil dari keimanan seorang mukmin yang beriman kepada Tuhan yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu yang terbaik untuk hamba-Nya.
Ketika seorang mukmin diberi karunia sebuah kenikmatan oleh Allah Ta’ala, maka hendaknya dirinya ridha dengan menggunakan kenikmataan itu pada hal yang Allah ridhai.
Ketika seorang diberi cobaan oleh-Nya, maka hendaknya ridha terhadap cobaan ini, yaitu dengan bersabar , sehingga dirinya mendapatkan pahala yang tidak ada batasnya.
Allah telah berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Artinya, “Sesungguhnya Allah memberikan pahalanya orang-orang yang bersabar dengan tanpa batas.” (QS. Az Zumar:10)
Sebaliknya, kesengsaraan adalah ketika seorang mukmin itu tidak ridha terhadap apa yang Allah berikan kepadanya.
Ketika Allah Ta’ala memberikan sebuah cobaan kepada seorang mukmin, maka ketahuilah bahwa Allah benar-benar telah mencintainnya. Allah akan memberikan ridha-Nya, jikalau dirinya juga ridha terhadap apa yang menimpanya. Hal ini sebagaimana dalam sabda baginda Nabi SAW
وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Artinya, “Dan sesungguhnya ketika Allah mencintai sebuah kaum, maka Allah akan memberikan cobaan bagi mereka. Maka barang siapa yang ridha (terhadap cobaan ini) maka baginya keridhaan Allah, dan barang siapa yang marah maka baginyapun murka Allah.” (HR. turmudzi).
Selagi kita yakin, bahwa tidaklah sesuatu di dunia ini terjadi melainkan atas kehendak Allah, maka hendaklah kita ridha, sehingga keridhaan ini akan menjadikan ridha Allah kepada kita, dan memasukkan kita kepada surga keridhaan di dunia sebelum masuk surga-Nya di akhirat nanti.
جنة المعارف قبل جنة الزخاريف
Artinya, “Surga kemakrifatan kepada Allah Ta’ala sebelum surga keindahan di akhirat.” Wallahu a’lam.
Simak tulisan menarik lainnya tentang Syekh Yusri di sini.