Abu Al-Faraj Ibnu Al-Jauzi (W. 1201 M) merupakan seorang ulama ahli fikih dan sejarahwan asal Baghdad, Irak. Dia memiliki banyak sekali karya. Ada yang mencatat sampai 300-an judul. Yang populer di antaranya adalah Shaid Al-Khathir dan Zad Al-Ma’ad.
Namun Ibnu Al-Jauzi memiliki satu buku tentang kedungunan orang-orang dungu. Isinya mengocok perut dan tak jarang membuat pembaca menggelengkan kepala. Buku itu berjudul Akhbar Al-Hamqa wa Al-Mughaffalin.
Berikut beberapa cerita dungu dari orang-orang dungu dalam kitab yang ditulis sekitar 900 tahun lalu itu:
Seorang imam sedang memimpin shalat jamaah di masjid. Selesai membaca al-Fatihah, ia membaca surat Yusuf. Tiba-tiba jamaah membatalkan shalatnya dan pergi meninggalkan si imam sendirian.
Menyadari jamaahnya pergi, si imam langsung membaca, “Subhanallah, qulhuwallahu ahad (surat al-Ikhlash).”
Jamaah seketika itu juga langsung kembali lagi ke masjid dan shalat bersamanya.
Ada seorang Arab badui (kampung) shalat subuh di belakang imam. Si imam membaca surat al-Baqarah (sapi betina) sementara orang badui itu sedang terburu-buru untuk suatu urusan. Karena shalatnya lama, akhirnya orang kampung itu tidak jadi memenuhi hajatnya.
Besoknya, ia pergi pagi-pagi ke masjid dan si imam membaca Surat al-Fil (gajah). Orang badui itu langsung membatalkan shalatnya dan pergi begitu saja sambil bergumam, “Kemaren kamu membaca surat al-Baqarah dan tidak selesai-selesai sampai siang. Sekarang kamu malah baca al-Fil (gajah), kayaknya shalatmu tidak bakal selesai sampai malam.”
Ada orang Arab badui tengah melakukan shalat. Orang-orang di belakangnya lantas memuji-mujinya dan menyebutnya sebagai orang shaleh.
Si Arab kampung itu tiba-tiba membatalkan shalatnya dan berkata kepada mereka, “Oh iya, saya juga sedang puasa.”
Diriwayatkan dari Abu al-Aina bahwa seorang dari kota sedang shalat di barisan shaf pertama di belakang imam.
Imam tiba-tiba teringat sesuatu dan membatalkan shalatnya. Orang kota itu maju dan menggantikannya. Setelah itu, ia berdiri lama sekali sampai orang-orang di belakangnya kesal.
Mereka akhirnya membaca tasbih (untuk mengingatkan imam) tetapi orang itu tidak juga bergerak. Mereka pun menyingkirkan orang kota itu dan menggantinya dengan orang lain.
Habis dimarahi banyak orang, orang kota itu berkata, “Tadi ketika imam pergi, saya mengira dia bilang: jagalah tempatku sampai aku datang lagi ke sini.”
Asy-Sya’bi ditanya oleh seseorang tentang cara membasuh jenggot dalam wudhu. Asy-Sya’bi menjawab, “Masukkan jari-jarimu ke sela-sela jenggotmu.”
Orang itu berkata, “Aku takut jenggotnya tidak basah.”
Asy-Sya’bi berkata, “Ya sudah, rendam saja jenggotmu semalaman.”
Asy-Sya’bi, atau Amir bin Syurahbil al-Hamadani asy-Sya’bi, adalah seorang ulama fikih dan hadits generasi tabi’in.
Saat hidup, asy-Sya’bi pernah bertemu sahabat-sahabat senior seperti Ali bin Abi Thalib, Sa’d bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Usamah bin Zaid, Jarir bin Abdullah, Jabir bin Abdullah dan lainnya.
Di antara ulama yang mengambil riwayat dari asy-Sya’bi adalah pendiri mazhab Hanafi, an-Nu’man bin Tsabit atau Abu Hanifah. Asy-Sya’bi meninggal di Kufah (Irak) sekitar tahun 721 M.
Baca juga: Ketika Khalifah Al-Makmun Dibuat Ketawa oleh Nabi Palsu