Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

TGB Zainul Majdi: Agamamu Tergantung Siapa Gurumu

Avatar photo
54
×

TGB Zainul Majdi: Agamamu Tergantung Siapa Gurumu

Share this article

Pendidikan adalah aspek penting dan fundamental dalam membentuk pengetahuan manusia. Dari sana juga akhirnya dihasilkan perilaku berdasarkan nilai-nilai yang ditanamkan di dalamnya.

TGB. Muhammad Zainul Majdi, Lc., M.A. berpendapat bahwa peran pendidikan merupakan hal vital pembentuk karakter seseorang. Apabila dalam institusi pendidikan agama yang ditanamkan nilai-nilai kebaikan maka akan arif pula buahnya, begitu juga sebaliknya.

Mudah kata “agamamu tergantung siapa gurumu.”

Dilansir dari Channel Najwa Shihab, ulama muda yang akrab disapa Tuan Guru Bajang ini menceritakan kisah yang mengagetkan saat ia berkhidmah sebagai Gubernur Nusa Tenggara Barat.

Mulanya ia ditanya oleh salah seorang tokoh dari PHDI (Parisada Hindu Dharma Indonesia) Lombok tentang slogan “Islam, Islam, Yes. Kafir, Kafir, No” yang digelorakan anak-anak sekolah TK Islam di dekat rumahnya. Selain mengepalkan tangan mereka juga mengacungkan tanganya ke depan.

“Tuan Guru, apakah memang begitu tuntunan dalam Islam?” tanya tokoh PHDI keberatan.

Selain meresahkan, slogan ini tentu menciderai semangat kebhinekaan dan keberagaman keyakinan dalam hidup bermasyarakat. Karena memang daerah itu lama di bawah Karang asem, sebuah kerajaan Hindu di bagian Lombok Timur.

Menurut ketua OIAA (Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar) Indonesia ini, hal itu termasuk pekerjaan rumah bersama yang mesti segera diselesaikan. Pasalnya ketika bicara tentang wasathiyah dan penangkalan terorisme maka seyogyanya pengajar mesti bersungguh-sungguh dengan apa yang diajarkan kepada anak-anak mulai tingkat pendidikan paling rendah.

Baca juga: Kembali ke Sunnah, Kembali ke Wasathiyah 

Jika ajaran-ajaran yang seperti tadi tetap subur dan langgeng, maklum bila produk pendidikan hanya akan menghasilkan tipikal individu yang suka mengkafirkan dan menimbulkan friksi (pergeseran) dalam hubungan sosial.

Sebab, pengetahuan itu mereka bawa sampai dewasa sebagai sesuatu yang mereka yakini. Sehingga cara mengekspresikan nilai-nilai keislaman tahunya hanya dengan meneriakan slogan-slogan yang sedemikian rupa.

Wasathiyah Al-Azhar

Sesi ini TGB juga menyampaikan ajaran wasathiyah pendidikan Al-Azhar saat dulu kuliah dengan (alm) Prof. Abdul Qobur Musthofa, salah satu syekh di jurusan tafsir. Pengajian itu membahas penggalan surat As-Saba’ ayat 28.

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia.(QS. As-Saba’ [34]: 28)

Setelah Rasulullah diutus, semua manusia di dunia tanpa terkecuali adalah umat nabi Muhammad saw. Hanya saja mereka terbagi menjadi dua bagian, ada yang ummatul ijabah (yang sudah bersyahadat) dan ummatud da’wah (yang belum bersyahadat).

Baca juga: Wasathiyah, Kunci Al-Azhar Bertahan Ribuan Tahun

Apabila engkau (Muhammad) keluar dari ruangan ini lalu kamu melihat seorang koptik maka pandangalah ia dengan pandangan kasih sayang.” terang Tuan Guru

Inilah cerminan nilai wasathiyah yang diajarkan pasa masayikh Al-Azhar kepada santri-santrinya. Pandanglah yang berbeda dengan kita dengan pandangan yang teduh dan sarat kasih sayang. Bukan pandangan bengis dan memvonis. Kita semua beragama tergantung dari siapa kita mengaji dan berguru. Sesederhana itu.

Kontributor