Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Tiga Tujuan Perayaan Maulid Nabi Menurut Syekh Ramadhan Al-Buthi

Avatar photo
19
×

Tiga Tujuan Perayaan Maulid Nabi Menurut Syekh Ramadhan Al-Buthi

Share this article

Perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw ketika datang bulan Rabiul Awal sudah menjadi kegiatan rutin dan aktifitas yang dilakukan oleh orang Islam di seantero dunia termasuk di Indonesia. Setiap daerah memiliki caranya sendiri terkait bagaimana cara memperingati hari kelahiran Rasulullah.

Memperingati hari lahir Nabi Muhammad sejatinya sikap syukur atas segala rahmat dan karunia Allah Swt. Bagaimana tidak, sedangkan kelahiran Baginda Nabi adalah rahmat terbesar yang diberikan oleh Allah kepada seluruh alam.

Sebagai seorang yang bersiap menyambut perayaan Maulid Nabi, tidak ada salahnya untuk kembali merefleksi diri terkait apa tujuan dan inti dari peringatan maulid nabi Muhammad Saw. Sehingga nantinya niat dan motif dari peringatan Maulid yang dilakukan tepat secara niat dan tujuan.

Hal ini berpengaruh pada lebih banyaknya manfaat yang akan didapat. Dalam term Islam, ada yang dinamakan wasilah atau sarana dan ghoyah atau tujuan. Wasilah adalah cara, metode dan bentuk amal yang bisa berbeda-beda antara satu individu dengan yang lain. Sedangkan ghoyah adalah tujuan atau muara yang sama dari bermacam-macam wasilah.

Baca juga: Perhatian Abu Bakar Syatha pada Majelis Maulid Nabi dalam Kitab I’anah ath-Thalibin 

As-Syahid Syekh Ramadhan al-Bhuti, seorang mufakkir brilian dari Suriah menjelaskan terkait apa tujuan atau ghoyah dari peringatan maulid nabi Muhammad Saw.

Syekh Ramadhan Al-Bhuti menjelaskan bahwa perayaan Maulid Nabi adalah wasilah atau momen yang harus dimanfaatkan untuk esensi tujuan (ghoyah) dari perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Menurut al-Bhuti, ada tiga tujuan inti dari perayaan Maulid Nabi Muhammad Saw.

Pertama, adalah memperbarui dan memperdalam cinta kepada Nabi Muhammad Saw.

Moment perayaan Maulid bertujuan untuk mengingatkan seorang muslim agar terus menerus menambah dan memperbarui cintanya kepada Sang Nabi. Cinta kepada Nabi, diibaratkan al-Bhuti, laksana obat yang ampuh bagi segala penyakit hati. Di samping itu, cinta kepada Nabi Muhammad Saw adalah syarat sempurrnanya iman seseorang kepada Allah Swt.

Hal ini sebagaimana disebutkann dalam hadits, bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian  sampai aku lebih dicintai daripada harta, anak dan seluruh manusia yang lain.

Kedua, adalah memperbarui baiat setia mengikuti Nabi Muhammad Saw.

Di dalam al-Quran surat Al-Imran ayat 3, Allah Swt berfirman yang artinya, Katakanlah (wahai Muhammad)  jika kalian mencintaik Allah maka ikutilah aku niscaya kalian dicintai oleh Allah.”

Ayat di atas menunjukkan bahwa bukti seseorang beriman dan mencintai Allah Swt adalah dengan mengikuti ajaran nabi Muhammad Saw.  Berbaiat kepada Nabi Muhammad adalah dengan mengkuti sunnah-sunnah Nabi yang suci dan bersabar dalam menjalaninya.

Baca juga: Tradisi Masyarakat Maroko Merayakan Maulid Nabi

Ketiga, adalah akhlak mulia. Dalam artian, hal terindah yang dianugerahkan oleh Allah Swt kepada Nabi Muhammad adalah akhlak kemanusiaan yang luhur nan baik.

Akhlak mulia menurut al-Bhuti adalah senjata pertama dan terampuh dalam laju dakwah Islam sejak dulu. Akhlak mulia adalah buah pertama yang begitu melimpah yang tumbuh dari pohon Islam. Menandakan kadar Islam dan Iman seorang musim dari perangai dan akhlaknya.

Ketiga hal ini adalah aspek yang harus diperhatikan dan diperjuangkan sebagai landasan inti tujuan perayaan Maulid Nabi.

Jika dicermati lagi ketiga aspek tadi memiliki hubungan yang erat antara satu dengan yang lain. Ia mencakup tiga rukun agama yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Maka ketiganya layak direnungkan sampai sekira saat dan setelah perayaan maulid, ketiga aspek ini benar-benar lebih meresap dan tumbuh dalam jiwa muslim. Yaitu memperbarui cinta dan baiat kepada Nabi Muhammad Saw serta mengimplementasikan akhlak mulia yang tergambarkan di dalam pribadi beliau.

Disarikan dari khotbah Syekh Ramadhan al-Bhuti di Belgia dalam naseemalsham.

Kontributor

  • Choirul Anam Muhammad

    Alumni Imam Syafi’i College Mukalla-Yaman, mahasiswa aktif pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Twitter : anamchoirul_9