Duta
Besar Republik Indonesia untuk Mesir Lutfi Rauf mengatakan bahwa negaranya mengapresiasi upaya Al-Azhar
baru-baru ini yang mengaktifkan transformasi digital dalam sistem
pendidikan. Langkah universitas tertua di Mesir itu dinilai akan berkontribusi
meningkatkan kompetensi dan keahlian dalam menghadapi dunia virtual dan
mengikuti perkembangan zaman.
“Al-Azhar
merupakan institusi yang mampu menghadapi tantangan dari berbagai zaman, tidak
terkecuali era digital,” tutur Dubes Lutfi.
Pernyataan
Dubes Lutfi Rauf disampaikan dalam Konferensi Virual
Pertama yang diselenggarakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan untuk Siswa Wafidin
di Al-Azhar pada Selasa (6/4) kemarin. Konferensi virtual ini mengangkat tema, “Menuju
Model Baru Pendidikan Wafidin di Al-Azhar” di bawah perlindungan langsung Grand
Syeikh
al-Azhar, Dr. Ahmad at-Tayeb.
Acara
ini digelar mengingat atensi tinggi Al-Azhar dalam mendidik para pelajar
wafidin (asing non-Mesir terkhusus dari negara-negara yang tidak berbahasa asli
Arab) melalui pengembangan sistem
pendidikan secara komprehensif yang selaras mengikuti perkembangan zaman.
Sementara
itu, Hassanein Tawfiq, anggota Senat Mesir, menyampaikan terima kasih dan
penghargaannya kepada Al-Azhar di bawah kepemimpinan Imam Besar, Dr. Ahmed
Al-Tayeb, atas keseriusannya mengembangkan sistem pendidikan ini.
“Itu
terlihat dari besarnya perhatian al-Azhar mendidik pelajar asing yang
notabenenya menjadi salah satu elemen penting diplomasi soft power Mesir
di luar negeri,” terangnya seperti dikutip Shorouknews.
Dia
menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 telah mengubah konsep transformasi digital yang
sudah masuk ke semua lapisan masyarakat sehingga dunia digital menjadi
keharusan yang tak terhindarkan. “Mereka yang gagal mengejarnya, akan kesulitan
berkembang dan menemukan banyak kendala dalam memperoleh pendidikan yang
memadai,” imbuhnya.
Selanjutnya,
Dr. Mohamed El-Dessouki, Ketua Asosiasi Komputer Pendidikan Mesir mengatakan
bahwa pendidikan mahasiswa asing di Al-Azhar mengemban tugas dan misi membangun
duta besar untuk Al-Azhar dalam masalah agama dan dunia di seluruh belahan
dunia.
“Transformasi
digital dalam pendidikan al-Azhar adalah kesempatan emas untuk meningkatkan pemahaman
dan keahlian mereka serta mempersiapkan mereka berinteraksi dengan dunia dalam
arti modern,” tambahnya.
Dia
menambahkan bahwa kemampuan untuk memanfaatkan perangkat komunikasi digital
dalam menyebarkan ajaran dan pemikiran moderat Al-Azhar akan menyediakan waktu
dan ruang geografis yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mengaktifkan lulusan
pelajar sebagai duta besar al-Azhar.
Sejalan dengan itu, Dr. Gharib Zaher Ismail, Profesor Electroni Learning di Universitas Mansoura dan Ketua Dewan Direksi
Asosiasi Internasional untuk Pembelajaran
Elektronik,
mengusulkan agar dibentuk Universitas Virtual Al-Azhar.
Dia menekankan bahwa keberhasilan menggunakan inovasi
dan pengembangan teknologi dalam e-learning dan pemanfataan artificial
intelligence (kecerdasan buatan) dalam proses belajar–mengajar adalah harga mati untuk mampu mengembangkan masyarakat dengan cara mengedukasi manusia dan membangun
kemampuannya, sehingga ia mampu berkontribusi dalam revolusi industri 4.0.