Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Kilas Pandang Buku Khamratulḥān wa Rannatul Alḥān Karya Syekh Abdul Ghani Al-Nabulsi

Avatar photo
63
×

Kilas Pandang Buku Khamratulḥān wa Rannatul Alḥān Karya Syekh Abdul Ghani Al-Nabulsi

Share this article
Kilas Pandang Buku Khamratulḥān wa Rannatul Alḥān Karya Syekh Abdul Ghani Al-Nabulsi
Kilas Pandang Buku Khamratulḥān wa Rannatul Alḥān Karya Syekh Abdul Ghani Al-Nabulsi

Buku “Khamratulḥān wa Rannatul Alḥān” merupakan salah satu karya Syekh Abdul Ghani Al-Nabulsi (1641-1731 M), seorang ulama dan sufi besar dari Damaskus pada era Utsmaniyah.

Syekh Abdul Ghani An-Nablusi sendiri merupakan ulama ensiklopedis, ahli fikih, sufi, dan penyair. Ia terkenal dengan pemikiran tasawufnya yang mendalam dan refleksi spiritualnya, serta memiliki penguasaan luas dalam ilmu-ilmu Islam seperti fiqh, tafsir, hadis, dan filsafat.

Buku ini membahas makna sufi terkait dengan khamar (anggur), musik, dan lantunan nada, namun bukan dalam arti harfiah. “Khamar” dalam konteks sufi adalah simbol ekstasi spiritual, yaitu keadaan mabuk karena cinta dan kedekatan dengan Allah. Al-Nabulsi menggunakan bahasa kiasan dan simbolisme untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman spiritual yang dialami oleh seorang sufi.

Topik Utama dalam Buku Ini:

  1. Khamar Sufi (Anggur Spiritual)

Khamar yang dimaksud bukanlah minuman memabukkan dalam arti fisik, melainkan simbol ekstasi spiritual yang dialami oleh seorang sufi. Konsep ini banyak digunakan oleh para sufi besar seperti Ibnu Al-Faridh, Ibnu Al-Arabi, Al-Hallaj, dan Jalaluddin Rumi. Ketika seorang sufi mencapai tingkat kedekatan tertentu dengan Allah, ia akan merasa “mabuk” oleh cahaya dan kehadiran-Nya, sehingga melupakan dunia fana.

  1. Musik dan Lantunan Nada Sufi

Al-Nabulsi membahas pentingnya sama’ sufi (musik sufi) dalam membangkitkan hati dan menyegarkan jiwa. Ia menjelaskan bagaimana musik dan nyanyian rohani dapat membawa seorang sufi ke dalam keadaan ekstasi dan fana dalam cinta ilahi. An-Nablusi juga mengulas berbagai pandangan ulama tentang musik, serta menjelaskan bahwa musik yang membawa manusia lebih dekat kepada Allah tidaklah terlarang.

  1. Ekstasi dan Mabuk Spiritual

Buku ini menjelaskan bagaimana seorang sufi mengalami keadaan ekstasi dan mabuk spiritual, di mana ia kehilangan kesadaran terhadap dunia materi dan masuk ke dalam dimensi ilahi. Dalam menjelaskan ekstasi, An-Nabulsi banyak menggunakan istilah-istilah sufi seperti “ghaibah” (ketidakhadiran dari dunia), “sukr” (mabuk spiritual), “fana” (lenyap dalam Allah), dan “baqa” (kekal dengan-Nya).

  1. Pengalaman Sufi antara Akal dan Cinta

An-Nabulsi menjelaskan bahwa pengalaman sufi tidak bisa dipahami hanya dengan akal, melainkan melalui cinta dan rasa spiritual. Ia menggambarkan bagaimana seorang sufi harus meninggalkan logika duniawi dan merasakan manisnya cinta ilahi.

Kedudukan Buku dalam Dunia Tasawuf

Buku “Khamratul ḥān wa Rannatul Alḥān” adalah salah satu karya penting dalam sastra sufi, yang mencerminkan mazhab tasawuf cinta (tasawuf ‘isyqi), dalam kacamata sejarawan aliran tasawuf ini disebut juga dengan tasawuf falsafi, seperti yang dikembangkan oleh Ibnu Al-Faridh, Rumi, Ibnu Al-Arabi, dan Attar.

Buku ini menegaskan pentingnya pengalaman spiritual dalam tasawuf, di mana cinta ilahi menjadi jalan utama menuju Allah. Al-Nabulsi juga menunjukkan bagaimana tasawuf tetap berkembang dalam ruang dan waktu yang berbeda, dengan tetap mempertahankan nilai-nilai syariat dan pengalaman mistik yang mendalam.

Pentingnya Kitab Khamratul Aḥān wa Rannatul Alḥān dalam Kehidupan Modern

Meskipun kitab Khamratul Aḥān wa Rannatul Alḥān ditulis pada era Utsmaniyah, nilai-nilainya tetap relevan dan berharga dalam kehidupan modern. Kitab ini mengandung pesan-pesan spiritual dan filosofis yang dapat membantu kita menghadapi tantangan zaman sekarang.

Tasawuf, sebagaimana dijelaskan oleh An-Nabulsi, menawarkan jalan spiritual yang dapat membantu manusia kembali kepada dirinya sendiri serta merenungkan makna hidup yang lebih dalam.

Di era sekarang, banyak orang kehilangan makna spiritual yang mendalam, agama sering kali dipandang sekadar serangkaian ritual tanpa makna batin. Kitab ini mengajarkan bahwa hubungan dengan Tuhan bukan hanya soal menjalankan ibadah secara kaku, tetapi juga menjalin hubungan cinta yang mendalam dengan-Nya. Secara tersirat, buku ini ingin mengatakan bahwa tasawuf adalah jalan mengharmonisasikan hukum syariat dengan pengalaman spiritual, sehingga ibadah bukan sekadar kewajiban, tetapi lahir dari cinta yang tulus kepada Allah.

Tasawuf sangat menekankan keterbukaan spiritual dan penerimaan terhadap perbedaan, yang sangat relevan di era konflik ideologi dan sektarianisme seperti sekarang ini. Kitab ini mengajarkan bahwa kasih sayang dan cinta lebih utama daripada perpecahan dan permusuhan. Pandangan tasawuf semacam ini bisa menjadi solusi dalam dunia yang penuh konflik, di mana banyak orang lebih fokus pada perbedaan daripada persatuan.

 

📲 Info & pendaftaran: +62 821-3176-1874

🔵 Link pendaftaran :
https://lynk.id/kampussanad

Kunjungi :
www.instagram.com

Kontributor