Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

Masa Depan Pendidikan Al-Azhar di Afghanistan usai Dikuasai Taliban

Avatar photo
27
×

Masa Depan Pendidikan Al-Azhar di Afghanistan usai Dikuasai Taliban

Share this article

Para ulama dari Universitas Al-Azhar yang bertahun-tahun mengajar di Afghanistan berharap pesan tolerasi Islam yang telah mereka tanamkan di sana tetap bertahan usai kelompok Taliban berkuasa kembali. 

Syekh Syauqi Abu Zaid, Kepala Misi Al-Azhar mengatakan, “Harus ada kehadiran Al-Azhar di Afghanistan, agar kami dapat berkomunikasi dengan masyarakat dan generasi muda di sana untuk menyebarkan pesan toleransi Islam.” 

Universitas Islam Sunni yang telah berusia 1.000 tahun itu telah memulai misi pendidikan di Kabul pada 2007 dengan mengirim 23 ulama. Masa tugas umumnya berakhir selama tiga tahun. Mereka yang selesai bertugas, akan diganti dengan yang baru.

Dua tahun kemudian pada 2009 tercapai MoU antara Al-Azhar dan Kementerian Pendidikan untuk mendirikan Ma’had Al-Azhar (lembaga pendidikan setara SMA dan MA) di Kabul.

Reuters melaporkan, delegasi Misi Al-Azhar yang dikirim ke Afghanistan bertugas mempromosikan apa yang mereka sebut dengan tradisi damai Islam di negara yang agama diperalat kelompok gerilyawan untuk mengangkat senjata selama beberapa dekade.

Sebanyak 700 pelajar laki-laki dibina Al-Azhar di Kabul. Selama bertahun-tahun ribuan melanjutkan studi agama dan bahasa Arab lebih lanjut di universitas Al-Azhar di Kairo. 

Sedianya bila tak ada rintangan, mereka berencana akan membuat pusat pendidikan untuk anak perempuan di Kabul.

Baca juga: Mengapa Ulama Moderat Jadi Sasaran Teroris di Afghanistan?

Kepala Misi Al-Azhar itu berharap bahwa Taliban akan memenuhi janji untuk membiarkan anak perempuan belajar.

“Taliban termasuk bagian dari rakyat Afghanistan, dan seperti yang saya dengar dari media dan dari kontak kami dengan para profesor, rektor universitas dan beberapa tokoh penting bahwa pemikiran Taliban telah berubah, mereka akan menghargai kaum perempuan dan mengatakan akan mengizinkan pendidikan bagi perempuan asal mengikuti cara yang sesuai syariat Islam.” lanjutnya. 

Akhir Agustus, Syekh Abu Zaid dan seluruh anggota Misi Al-Azhar yang bertugas di Afghanistan dievakuasi dari Kabul oleh pihak berwenang Mesir. 

“Saya tidak senang ketika melihat pesawat Mesir mendarat di bandara Kabul,” kata beliau, menggambarkan perasaannya sebelum dia dan 42 warga Mesir lainnya dievakuasi ke Kairo.

Syekh Muhammad Amr Wardani, juru bicara Majma’ al-Buhuts al-Islamiyah (Akademi Riset Penelitian Islam) Al-Azhar menyebutkan bahwa kelanjutan pengiriman delegasi misi ke Afghanistan untuk menyelesaikan tugasnya tergantung pada persetujuan pemerintah Mesir dan bila kondisi keamanan di sana sudah stabil.

Baca juga: Pandangan Syekh Yusri tentang Kelompok Taliban

Beliau mengatakan bahwa warisan yang ditinggalkan al-Azhar di setiap negara “tidak akan berubah walaupun penguasa dan pemerintahan berganti”.

Warisan Al-Azhar adalah warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Bukan sekadar informasi sementara, tapi sudah menjadi cara berpikir. Jika Afghanistan sudah stabil sesuai keinginan rakyat dan Taliban mundur dari ide-idenya, maka Al-Azhar tidak keberatan dengan misinya kembali.” kata Syekh Amr Wardani.

Sumber: Reuters dan Masrawy.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.