Kitab At-Tanbîhât al-Wâjibât li Man Yashna’u Al-Maulid bi Al-Munkarât ini adalah salah satu karya Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari (w. 1366 H/1947 M), Pendiri ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama. Kitab ini dicetak ulang di Dar as-Shâlih, Mesir, tahun 2016 lalu.
Bila kitab Mbah Hasyim Asy’ari di atas diartikan, kurang lebih berarti, “Peringatan-peringatan yang Wajib (Disampaikan) kepada Orang yang Merayakan Maulid Nabi dengan Pelbagai Kemungkaran”.
Dari judulnya dapat diketahui tujuan dari buku ini, bahwa Mbah Hasyim Asy’ari hendak mengingatkan orang-orang muslim agar menghindari kemungkaran-kemungkaran yang terjadi saat berlangsungnya acara Maulid Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam.
Kitab ini, memang beliau tulis sebagai reaksi atas berbagai kemungkaran yang beliau saksikan saat berlangsungnya perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam di Indonesia.
Sayangnya, di saat Mbah Hasyim memberitahu tentang buruknya hal-hal tersebut, orang-orang malah pergi menjauhi beliau. Padahal dengan adanya hal-hal negatif tersebut, acara maulid yang seharusnya bisa menjadi sarana mendapatkan pahala, justru mendatangkan dosa.
Baca juga: Belajar Mengajar dari Mbah Hasyim, Syekh Fudhali dan Imam Syafi’i
Kemudian, di dalam buku ini beliau juga memaparkan tentang bagaimana seharusnya perayaan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu `alaihi wa Sallam dilaksanakan sebagaimana dijelaskan para ulama.
Kitab ini diberi kata pengantar oleh Al-Allamah Syekh Yusuf Al-Dijwi ( w. 1946 M), salah seorang anggota Dewan Ulama Senior Al-Azhar pada masa Hadratusyaikh Hasyim Asy’ari.
Dalam pengantarnya, Syekh al-Dijwi juga mengeluhkan kondisi yang sama di Mesir kala itu yang seharusnya menjadi perhatian para ulama setempat. Adanya endorsement dari Syekh Yusuf al-Dijwi ini, menunjukkan hubungan yang baik antara ulama Indonesia dengan Al-Azhar kala itu.
Di dalam kitab ini juga disertakan biografi Hadratusyaikh yang cukup lengkap, yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Asad bin Ali bin Ahmad Syihab, seorang wartawan Indonesia produktif pada masanya.
Biografi ini sangat menarik karena penulis benar-benar menyaksikan langsung perjuangan Hadratusyaikh Muhammad Hasyim Asy’ari dalam melawan penjajah dan dalam berdakwah. Ia juga pernah berinteraksi langsung dengan beliau. Sehingga tidak berlebihan jika ia memberi judul biografinya:
العلامة محمد هاشم أشعري واضع لبنة استقلال إندونيسيا
Yang kurang lebih artinya: ‘Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari; Peletak Batu Pertama Kemerdekaan Indonesia.
Kitab tersebut bisa diundung di sini.
Baca juga: Dikit-dikit Dalil, Dalil Kok Sedikit
Di antara testimoni Sayyid Muhammad Asad terhadap Hadratusyaikh adalah beliau orang yang sangat terbuka, dialogis dan menerima perbedaan pendapat. Beberapa kali ia membantah perkataannya, namun Mbah Hasyim tidak terpancing emosi, bahkan menjawabnya dengan baik. Berbeda dari sejumlah tokoh yang ia temui. Dengan gaya dialognya yang bagus, banyak sekali orang yang masuk Islam dari berbagai agama yang berbeda-beda.
Dan di antara kata-kata Hadratusyaikh yang ia rekam adalah:
لا خير في أمة إذا كان أبناؤها جهلاء، و لا تصلح أمة إلا بالعلم
“Tidak ada kebaikan sama sekali pada suatu bangsa jika isinya adalah orang-orang bodoh. Dan satu bangsa tidak akan menjadi baik kecuali dengan ilmu.”
Kitab ini dilengkapi juga dengan komentar atau Ta’liqât dari Ustadz Ashif Abdur Qadir al-Jailani, sehingga kemudian judulnya menjadi;
التعليقات الواضحات على التنبيهات الواجبات لمن يصنع المولد بالمنكرات
At-Ta’lîqât al-Wâdhihât ‘ala At-Tanbîhât al-Wâjibât li Man Yashna’u Al-Maulid bi Al-Munkarât (Komentar-komentar yang Terang atas Peringatan-peringatan yang Wajib (Disampaikan) kepada Orang yang Merayakan Maulid Nabi dengan Pelbagai Kemungkaran).
Baca juga: Kisah Santri yang Mendapat Istri sebab Sepotong Terong