Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Akhir Hayat Imam Al-Bukhari dan Karamahnya Setelah Wafat

Avatar photo
41
×

Akhir Hayat Imam Al-Bukhari dan Karamahnya Setelah Wafat

Share this article

Dalam kitab Tarikh Baghdad, Khatib Al-Baghdadi (392-463
H) menceritakan kisah Abdullah As-Samarqandi tentang akhir hayat Imam
Al-Bukhari
. Abdullah bertutur bahwa sang muhaddits pergi menuju ke
desa Khartanak yang berjarak 2 farsakh (antara 10-11 km) dari kota Samarkand.
Sesampainya di desa itu, ia langsung menuju ke tempat saudaranya dengan menaiki
tunggangannya.

Saat malam hari tiba, tepatnya setelah menyelesaikan
shalat Tahajud, aku mendengar ia berdoa: “Ya Allah, dunia yang seluas ini
sudah terasa sempit olehku. Maka dari itu, cabutlah nyawaku!
” Tidak sampai
sebulan setelah itu, beliau wafat dan dikuburkan di desa itu.

Saudara Imam Al-Bukhari yang dimaksud adalah Abu Mansyur
Ghalib bin Jibril. Ia bercerita: “Menjelang wafatnya, Imam
Al-Bukhari
singgah beberapa hari di rumah kami. Ia kemudian sakit. Kian
hari sakitnya kian bertambah parah. Karena sakitnya, ia mengirim utusan ke kota
Samarkand supaya salah satu keluarganya mau menjemputnya pulang.”

Abu Mansyur melanjutkan: “Tak lama setelah itu, utusan
dari keluarganya datang untuk menjemputnya. Lalu Imam Al-Bukhari berkemas
dengan membawa barang secukupnya. Saat itu, ia hanya menggunakan pakaian tipis serta
menggunakan surban di kepalanya. Lantas, ia naik tunggangannya dengan bantuanku
serta sahabatku. Aku memegangi salah satu lengannya, dan sahabatku memegangi
salah satu lengan lainnya.”

Saat baru berjalan sekitar 20 langkah, Imam Al-Bukhari
berkata pada kami: “Turunkan aku! Sungguh aku tidak sanggup lagi.” Beliau
lantas berdoa dan tidur. Setelah itu, kami tidak melihatnya terbangun dari
tidurnya. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sang maestro hadits
meninggal di hadapan saudaranya dan utusan keluarganya.

Setelah itu, Abu Mansyur meneruskan kisahnya: “Di saat
Imam Al-Bukhari wafat, kami melihat keringat yang keluar dari badannya.
Keringat itu kemudian kami usap dengan pakaiannya. Selain itu, ia berwasiat
kepada kami agar mengkafaninya dengan 3 lapis kain berwarna putih tanpa
menggunakan baju dan surban. Wasiat itu kami laksanakan.”

Imam Al-Bukhari meninggal pada malam Sabtu di waktu
Isya’. Akhir bulan Ramadhan. Keesokan harinya adalah perayaan hari raya Idhul
Fitri. Ia dikebumikan pada hari raya setelah shalat dhuhur tahun 256 H. Usianya
saat itu 62 tahun kurang 13 hari.

Karamah Imam Al-Bukhari Sesudah Wafat

Selain terkenal sebagai muhadddits, Imam
Al-Bukhari juga masyhur sebagai ahli ibadah. Bahkan ketika akan menuliskan hadits,
ia akan terlebih dahulu melaksanakan shalat shalat istikharah 2 rekaat.

Seperti dikenang salah seorang muridnya,
al-Firbari. Imam Al-Bukhari suatu ketika berkata mengenai mula-mula penulisan Shahih
Al-Bukhari
, ‘Saya menyusun kitab al-Jami’ as-Shahih ini di Masjid
al-Haram, Makkah. Dan saya tidak mencantumkan sebuah hadits pun kecuali sesudah
melaksanakan shalat istikharah dua rakaat, memohon pertolongan kepada Allah dan
sesudah meyakini betul bahwa hadits itu benar-benar sahih.

Kita tahu bahwa Imam Al-Bukhari termasuk manusia yang
berkududukan sebagai ‘illiyin. Orang-orang yang bermartabat tinggi dan
mulia di hadapan Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al-Muthaffifin ayat
18-21. Kesungguhan dan keuletan Imam Al-Bukhari dalam menelusuri hadits-hadits
Nabi mengantarkannya sebagai orang pilihan/ kekasih Allah. Hadits-hadits yang
ditulis dan diselidikinya menjadi amal jariyah yang tak pernah terputus
baginya.

Maka dari itu, Abu Mansyur kembali bertutur seraya menceritakan
karamah Imam Al-Bukhari dengan berkata: “Saat kami mulai menguburkannya, kami
mencium bau semerbak dari liang lahatnya. Harum baunya melebihi harum minyak
wangi. Kejadian itu berlangsung beberapa hari. Kemudian ada benda putih persegi
panjang terbang di langit dan jatuh di depan makamnya. Orang-orang berselisih
tentang apa yang mereka lihat sambil berdecak kagum.”

Karena banyak yang menyaksikan kejadian itu, mereka datang
berbondong-bondong mengambil tanah makamnya sehingga terlihat liang lahatnya.
Saking banyaknya, kami benar-benar tidak sanggup menjaga makamnya. Kami
memutuskan untuk melindungi makamnya menggunakan kayu besar sebagai pagar
sehingga orang-orang itu tidak bisa lagi masuk ke dalamnya.

Lantaran tidak mampu menerobos ke dalam, mereka lantas
mengambili tanah yang ada di sekitar pagar. Adapun bau harumnya, masih saja
semerbak dan menyebar selama beberapa hari.

Kabar ini juga terdengar oleh penduduk kota. Mereka terkejut
dan keheranan dengan kejadian tersebut. Lalu muncullah orang-orang yang dulu
pernah berselisih dengan Imam Al-Bukhari. Mereka kemudian datang menziarahi
makamnya secara bersama-sama. Mereka menyatakan taubat dan menyesal atas
kejelekan syariat yang mereka lakukan saat berselisih dengan Imam Al-Bukhari.

Di waktu yang hampir bersamaan, Abdul Wahid bin Adam
At-Tawawisy mengalami hal yang berbeda. Ia bercerita: “Aku pernah mimpi bertemu
Rasulullah yang sedang bersama jamaahnya. Saat beliau berdiam diri di suatu
tempat, aku menyambanginya dengan mengucapkan salam. Beliau kemudian menjawab
salamku. Aku beranikan diri bertanya pada beliau: “Mengapa engkau berdiam
diri di sini wahai Rasulullah
? Beliau menjawab: “Aku sedang menunggu
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari
.” Beberapa hari setelah mimpiku itu, aku
mendengar kabar kematian Imam Al-Bukhari. Aku lalu mengingat-ingat mimpiku,
ternyata waktu ia wafat sama dengan waktu dimana aku mimipi bertemu Rasulullah.

Masya Allah, sungguh indah akhir hayat Imam Al-Bukhari.
Ilmunya bermanfaat bagi seluruh umat Islam. Wafatnya memberikan decak kagum.
Karamahnya setelah wafat pun diperebutkan manusia saat itu. Namun justru yang
lebih membahagiakan adalah kematiannya telah dinanti kekasihnya, baginda Rasulullah.
Karena ia telah menuliskan setiap kata, tindakan dan pernyataan selama
perjalanan hidup Nabi. Wa’llahu A’lam.

Kontributor

  • Andi Luqmanul Qosim

    Mengenyam pendidikan agama di Ta'mirul Islam Surakarta dan Universitas Al-Azhar Mesir. Sekarang aktif sebagai pengajar di Fakultas Syariah IAIN Salatiga dan Guru Agama di SMAN 1 Parakan Temanggung.