Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Ibnu Hajar al-Asqalani Hobi Meminjamkan Buku Hingga Kehilangan Ratusan Jilid Kitab

Avatar photo
45
×

Ibnu Hajar al-Asqalani Hobi Meminjamkan Buku Hingga Kehilangan Ratusan Jilid Kitab

Share this article

Ibnu Hajar al-Asqalani merupakan salah satu ulama besar yang dimiliki oleh umat Islam. Kredibilitasnya dalam keilmuan sudah tidak diragukan lagi. Bahkan, julukannya adalah Syaikhul Islam, Guru besar Islam.

Gelar Syaikhul Islam bukan asal gelar tentunya. Ibnu Hajar al-Asqalani menguasai berbagai disiplin keilmuan. Mulai fikih, hadis, tafsir, dan lain sebagainya.

Namun dari sosok besar Ibnu Hajar al-Asqalani sebagai ulama, ada satu sisi dalam diri beliau yang menarik untuk digali. Beliau terkenal sebagai sosok sangat terbuka kepada siapapun yang hendak meminjam buku darinya. Apalagi kepada murid-muridnya. Setidaknya hal tersebut pernah disaksikan sendiri oleh salah satu muridnya, Imam As-Sakhawi.

Dalam salah satu kitabnya al-Jawahir wa al-Durar fi Tarjamat Syaikhul Islam Ibnu Hajar, beliau menceritakan bagaimana keterbukaan sang guru kepada siapapun yang hendak mengambil ilmu darinya.

Murah Hati dalam Ilmu dan Kitab

Kalau ada orang datang hendak meminta ajari suatu ilmu, maka dengan senang hati beliau ajari. Jika ada yang datang hendak meminjam kitab dan buku, maka beliau pun tak keberatan meminjamkannya.

Imam Sakhawi sendiri sudah berkali-kali membuktikan kemurahan hati gurunya itu dalam meminjamkan buku. Bahkan dalam kondisi sakit pun, beliau masih menyempatkan untuk meminjamkan buku yang ia punya.

Baca juga: Mengenal Uns Khatun, Istri Ibnu Hajar Al-Asqalani

Ibnu Hajar seorang kolektor buku yang hebat. Ia memiliki banyak sekali koleksi buku dan literatur lain yang ia simpan rapi di perpustakaan pribadinya. Ia pun juga sempat dipercaya sebagai penjaga perpustakaan Mahmudiyyah, karena pengetahuan literaturnya sangat kaya.

Walaupun bertugas sebagai petugas perpustakaan, akan tetapi setiap kali ada muridnya yang hendak meminjam buku di perpustakaan, Ibnu Hajar selalu menawarkan untuk meminjam bukunya terlebih dahulu, sebelum meminjam di perpustakaan..

لا تأخذ من كتب الخزانة الا ما ليس فى كتبي

“Jangan meminjam di perpustakaan, kecuali koleksi buku yang saya tidak punya!” ungkap Ibnu Hajar.

Rela Pinjamkan Sunan Ibnu Majah

Di antara kisah yang menunjukkan kemurahan Ibnu Hajar dalam meminjamkan bukunya adalah, suatu ketika datang Qadhi Bahauddin putra dari seorang ulama besar  Maroko, Ali al-Qatthan al-Fasi (w. 628 H). Dia sedang mencari satu manuskrip kitab induk hadis Sunan Ibnu Majah. Dia berinisiatif mendatangi Abu Hamid al-Qudsi yang konon mempunyai kitab tersebut di Khaniqah Baybars, sebuah tempat perkumpulan sufi di Mesir.

Usahanya sia-sia setelah berkali-kali meminta Abu Hamid untuk berkenan meminjamkan koleksinya. Abu Hamid tidak berkenan meminjamkannya. Dia berdalih koleksi tersebut merupakan manuskrip langka. Ia tak bisa meminjamkannya begitu saja.

Ia pun mendatangi Ibnu Hajar untuk melanjutkan pencariannya. Sesampainya di tempatnya, Ibnu Hajar tak perlu berpikir lama langsung memberikan koleksi Sunan Ibnu Majah miliknya. Padahal ia sendiri pada waktu itu juga sangat membutuhkannya sebagai referensi dalam menulis kitab yang sedang ditulisnya. Namun, ia tidak memperdulikan itu. Ia tetap meminjamkan bukunya tersebut.

Menerima Gadaian Buku

Kisah lain yang menunjukkan kemurahannya dalam meminjamkan buku adalah,

suatu ketika datang Qadli Zain Abdul Basith untuk menggadaikan sebagian bukunya. Kala itu ia sedang dilanda kesulitan, sedangkan ia tak mempunyai apapun selain koleksi bukunya. Oleh sebab itu ia memutuskan meminta bantuan kepada Ibnu Hajar yang pasti menerima gadaian berupa buku. Benar saja, niatnya tersebut disambut baik oleh Ibnu Hajar. Ibnu Hajar bersedia membantunya. Ia pun menyerahkan bukunya kepadanya.

Keesokan harinya Ibnu Hajar meminta izin kepada sang Qadhi untuk berkenan mengizinkan dia meminjamkan buku gadaian tersebut kepada orang-orang yang membutuhkannya.

Baca juga: Karamah Ibnu Hajar Al-Haitami Saat Dicereweti Istrinya

Begitulah kemurahan Ibnu Hajar dalam meminjamkan bukunya. Beliau meyakini bahwa salah satu cara yang efektif dalam menyebarkan ilmu adalah dengan meminjamkan koleksi bukunya. Dengan cara itu, dia akan terhindar dari ancaman menyimpan ilmu sebagaimana yang telah diajarkan Nabi.

Beliau juga menyadari bahwa salah satu hal yang menjadikan keilmuan umat Islam berkembang hingga saat ini adalah dengan berkembangnya dunia buku. Tidak mungkin, kemajuan ilmu yang dipakai hingga saat ini, hanya mengandalkan transfer ilmu secara lisan dan verbal, tentu peran terbesar dalam  eksistensi intelektual Islam ada pada budaya literasinya. Bagaimana tranformasi ilmu berjalan secara efektif lewat buku.

Sebagaimana yang dikatakan imam Waki’:

 أوّل بركة الحديث إعارة الكتب

“Awal mula keberkahan ilmu hadis datang dari budaya peminjaman kitab (hadis).”

Kitab Hilang Dipinjam Tak Kembali

Namun karena kemurahannya atas kitab-kitabnya, Ibnu Hajar pun harus membayar mahal resiko yang ia terima. Ia pernah kehilangan banyak sekali buku, gara-gara banyak di antara para peminjam bukunya yang sengaja tidak mengembalikannya.

Imam As-Sakhawi mencatat pada tahun 750 H setidaknya lebih dari 150 jilid kitab milik Ibnu Hajar hilang tak pernah kembali. 20 tahun setelah kewafatan sang guru, ia pun menyaksikan sendiri bagaimana buku-buku koleksi sang guru ia temukan dalam koleksi teman-temannya sendiri.

Kontributor

  • Ahmad Yazid Fathoni

    Santri, Pustakawan Perpustakaan Langitan, suka menggeluti naskah-naskah klasik.