Sayyidina Husein lahir pada Sya’ban, tahun 4 H. Beliau memiliki 5 anak: Ali Akbar, Ali Asghar, Ja’far, Fathimah, dan Sukainah.
Nabi Muhammad saw. sendiri yang memberi nama Sayyidina Husein. Sebelumnya, beliau juga memberi nama sayyidina Hasan.
Sayyidina Ali karramallahu wajhahu bercerita:
Setelah Hasan lahir, aku menamainya Harb. Setelah itu, Rasulullah datang lalu bertanya, “Perlihatkan kepadaku, cucuku. Kau beri nama apa dia?”
Sayyidina Ali menjawab, “Aku menamainya Harb.”
Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Jangan beri nama dia Harb. Beri dia nama Hasan!”
Setelah itu, Sayyidina Husein dilahirkan, Rasulullah saw. pun datang lagi sembari bertanya, “Perlihatkan kepadaku, cucuku. Engkau beri nama apa?”
Aku pun berkata, “Aku menamainya Harb. Kemudian beliau bersabda, “Jangan namakan dia Harb. Beri dia nama Husein!”
Rasulullah saw. mengunjungi Sayyidina Husein dan Sayyidina Hasan setiap kali jiwa beliau diliputi rasa cinta kepada anak laki-laki. Beliau sangat merindukan keturunan dari dirinya. Rasulullah saw. tidak sanggup melihat keduanya disakiti. Juga tidak suka mendengarkan tangisan keduanya di waktu mereka berdua kecil, sebagaimana seringkali anak-anak kecil menangis di waktu belia.
Suatu hari Rasulullah keluar dari rumah Sayyidah Aisyah menuju rumah Sayyidah Fathimah. Beliau mendengar Sidna Husein menangis lalu bersabda, “Wahai Fathimah, tidakkah engkau mengetahui bahwa tangisannya menyakiti diriku?!”
Rasulullah saw. berkata kepada Sayyidah Fathimah, “Berikan cucuku kepadaku!” Maka Rasulullah mencium keduanya dan mendekap keduanya. Dan beliau tidak pergi kecuali mereka berdua telah tertawa dan meninggalkannya dalam keadaan tertawa.
Suatu hari di salah satu waktu shalat Isya’, Nabi Muhammad saw. membawa Sayyidina Hasan atau Husein, lalu meletakkannya. Kemudian, beliau bertakbir untuk shalat, dan memanjangkan sujud. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadist:
“Aku mengangkat kepalaku, tiba-tiba seorang bayi berada di atas punggung Rasulullah saw dan beliau dalam keadaan sujud. Maka aku kembali lagi sujud. Setelah shalat, seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, engkau sujud dalam shalat sangat lama, hingga kami menduga terjadi sesuatu atau engkau sedang diberi wahyu.’
“Rasulullah menjawab, ‘Tidak ada apa-apa. Hanya saja, cucuku menaiki punggungku, dan aku tak ingin keburu-buru.’”
Rasulullah berkhotbah kepada kaum muslimin, tiba-tiba Sayyidina Hasan dan Sayyidina Husein datang dengan mengenakan baju merah dan mereka berdua sangat mengesankan beliau.
Rasulullah saw. turun dari mimbar, membawa dan meletakkan mereka berdua di sisi beliau. Kemudian, beliau mengucapkan:
“Shadaqallahu al-‘Azhim. إنما أموالكم وأولادكم فتنة“
“Aku melihat dua bayi itu berjalan dan membuatku berkesan. Dan aku tak sabar sampai aku memotong khotbahku lalu mereka berdua kunaikan ke atas mimbar.”
Sayyidina Husein telah berhaji sebanyak 25 kali dalam keadaan berjalan. Beliau berkata, “Ketahuilah, bahwa hajat-hajat manusia yang diemban oleh kalian adalah nikmat-nikmat Allah kepada kalian. Jangan menyia-nyiakan nikmat-nikmat itu, sehingga ia berubah menjadi bencana.”
Beliau juga berkata, “Barangsiapa dermawan, akan mulia. Barangsiapa bakhil, akan hina. Barangsiapa tergesa-gesa kepada saudaranya dalam kebaikan, kelak ia juga akan mendapati kebaikan.”
Beliau syahid pada hari Jumat, hari Asyura, pada Muharram tahun 61 H dalam usia 56 tahun.
Syahidnya Sayyidina Husein
Sebelum Sayyidina Husein ra. dibunuh, beliau mendendangkan syiir dari bahr Rajaz.
يا دهر أف لك من خليل ♡ كم لك بالإشراق والأصيل
من صاحبٍ أو طالبٍ قتيل ♡ والدهر لا يقنع بالبديل
وإنما الأمر إلى الجليل ♡ وكل حي سالك السبيل
O, Masa. Celakalah engkau! dari seorang kekasih.
Betapa banyak pagi dan senja berlalu, seorang kawan atau teman terbunuh. Sementara masa tak mampu menggantikannya. Keserahkan permasalahanku kepada Allah. Setiap yang hidup adalah pejalan menuju ketiadaan.
Sayyidina Husein mengulang syair itu tiga kali. Sayyidina Ali Zainal Abidin yang terbaring sakit menangis dan diam. Ia mengetahui bahwa bala akan datang.
Sayyidah Zainab mendengar syiir itu. Beliau berkata kepada sayyidina Husein,
“O! Sekiranya kematian meniadakan hidupku! Ibuku, Sayyidah Fatimah telah meninggal. Ayahku, Sayyidina Ali juga meninggal. Hasan, saudaraku juga. Wahai saudaraku yang masih tersisa!”
Sayyidah Zainab menangis sekencang-kencangnya. Sayyidna Husein menjawab,
“Wahai, saudariku! Jangan sekali-kali setan merampas sifat kesabaranmu!”
“Wahai, saudaraku. Izinkan aku mengorbankan diriku untukmu.” balasnya. Sayyidina Husein sedih. Air mata beliau mengalir.
Diriwayatkan setelah Sidna Husein dibunuh, kepala beliau dipenggal, mereka duduk sebagaimana semula dalam keadaan meminum. Maka tiba-tiba, sebuah pena yang terbuat dari besi, keluar dari tembok lalu menulis sebuah syair:
أترجوا أمة قتلت حسينا # شفاعة جده يوم الحساب
Apakah umat yang telah membunuh Sidna Husein # Masih mengharapkan syafaat kakeknya di hari kiamat?
Sayyidah Zainab, saudari beliau keluar dari kemah dan mendendangkan sebuah syair dengan suara yang keras.
ماذا تقولون إن قال النبي لكم # ماذا فعلتم وأنتم أخر الأمم؟
بعترتي وبأهلي بعد مفتقدي # منهم أساري ومنهم ضرجوا بدم
ماكان هذا جزائي إذ نصحت لكم # أن تخلفوني بسوء في ذوي رحمى
Apa yang kelak akan kalian katakan ketika Nabi bertanya: “Apa yang telah kalian lakukan, sementara kalian adalah umat paling terakhir?!
Apa yang telah kalian lakukan dengan keturunanku, keluargaku setelah aku tiada?! Sebagian dikejar-kejar, sebagian lagi ditumpahkan darahnya
Inikah balasan kepadaku manakala aku telah menasihati kalian. Kalian mengingkariku dengan berbuat buruk kepada orang-orang yang memiliki kelembutan.
Kepada Mulia sayyidina Husein
Beberapa sejarawan, seperti Maqrizi, murid Ibnu Khaldun mengatakan bahwa kepala mulia sayyidina Husein dipindah dari Asqalan, Palestina menuju Mesir tanggal 8 Jumadil Akhir tahun 548 M.
Syaikh Abdul Wahab Sya’rani juga menyebutkan dalam Thabaqatul Kubra bahwa kepala Sidna Husein dibawa ke Mesir. Dimakamkan di makam yang tempatnya sangat masyhur. Orang-orang yang membawa kepala beliau berjalan tanpa pakai sandal dari Gaza menuju Mesir karena rasa takdim kepada sayyidina Radhiyallahu Anhu. Āmin.
Hadits tentang Sayyidina Husein
Ada hadist yang masyhur diucapkan di Mesir
أنا من حسين وحسين مني. أحب الله من أحب حسينا
“Aku bagian dari sayyidina Husein dan Husein bagian dari diriku. Semoga Allah mencintai siapapun yang mencintai sayyidina Husein.”
Syaikh Ali Jum’ah pernah mengatakan bahwa ketika Sidna Husein dibunuh, seseorang Yahudi mengatakan kepada para pembunuh tersebut, “Sungguh aneh. Apakah yang kalian lakukan kepada Nabimu?!”
Tentu sayyidina Husein bukan seorang Nabi. Tapi beliau bagian dari Rasulullah. Menyakitinya sama seperti menyakiti Rasulullah. Membunuhnya seakan-akan membunuh Nabi Rasulullah.
Ini menunjukkan bahwa Sidna Husein dan Rasulullah laiknya satu kesatuan.
ناجتْ شَجَاعةَ هذا الحِبِّ قافِيتِي
يا من بظهر رسول الله ملعبه
Syairku memanggil manggil keberanian sosok yang dicintai ini. Wahai seseorang yang punggung Rasulullah adalah tempat bermainnya!
Karomah di Makam Sayyidna Husein
Setiap kali Syaikh Sya’rawi ziarah ke makam Sidna al-Husein Alaihi al-Salam, beliau selalu mengucap salam dan mendengar balasan salam itu dari Sidna Husein.
Suatu hari beliau mengucapkan salam, tapi tidak mendapatkan respon sebagaimana biasa. Lalu beliau gundah hingga menangis.
Dalam mimpi, beliau didatangi Sidna Husein.
Beliau mengatakan, “Sya’rawi, jangan marah! Saat itu (pada saat beliau tidak membalas salamnya) saya sibuk menyambut kedatangan kakekku al-Musthafa saw.”
Habib Umar di tengah kesibukan beliau ketika ke Mesir menyempatkan diri menziarahi makam Sidna Husein. Habib Muhammad Quraih Shihab juga menyempatkan ziarah ketika kunjungan ke Kairo. Sayyid Ahmad al-Maliki juga mengatakan, “Demi Allah, di Sidna Husein penuh berkah. Jika kalian ditimpa kegundahan dan musibah, ziarahlah kalian ke Sidna Husein.”
Hal itu benar-benar mujarab. Seberat apapun masalah, kalau dibawa ke makam sidna Husein, akan mereda, meski tidak hilang.
Syaikh Syakrawi pernah mengatakan:
إن لمصر بابا سيدنا الحسين
“Pintu Mesir adalah sayyidina Husein.”
Hari ini peringatan maulid sayyidina Husein. Orang-orang dari luar Mesir datang jauh-jauh dari desa, menggelar perkemahan kecil guna untuk memeriahkan maulid sayyidina Husein. Kecintaan orang-orang Mesir kepada Ahlul Bait tulus dan murni tanpa membenci para sahabat sebagaimana dilakukan beberapa orang Syiah. Kecintaan mereka kepada Ahlul Bait Rasulullah sudah diakui oleh Sayyidina Ibnu Abbas ketika beliau menyuruh Sayyidah Zainab pergi ke Mesir. “Di sana ada kaum yang mencintaimu, karena kekerabatanmu dengan Rasulullah.”
Konon Mesir sendiri mendapatkan berkah dari doa sayyidah Zainab ketika memasuki Mesir.
يا أهل مصر.. نصرتمونا نصركم الله.. وآويتمونا آواكم الله. وجعل لكم من كل مصيبة فرجًا ومن كل ضيق مخرجًا
“Wahai penduduk Mesir. Engkau telah membantu kami, semoga Allah membantu kalian. Kalian telah menolong kami, semoga Allah menolong kalian. Semoga dalam setiap musibah dan permasalahan kalian ada kelapangan dan jalan keluar.”
Mumpung lagi di Mesir, sering-sering ziarah ke Sayyidina Husein. Madad Sayyidina Husein.
Buuts, 30 November 2021
Sumber:
- Thabaqāt al-Kubrā, Juz 1 Hal 81.
- Al-Husein Abu al-Syuhadā’, Abbas Mahmud al-Aqqad.