Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kronologi Wafatnya Imam Nasa’i

Avatar photo
31
×

Kronologi Wafatnya Imam Nasa’i

Share this article

Dalam al-Bidayah wa al-Nihayah juga Siyar A’lam al-Nubala, al-Hafidz Abul Husain Muhammad bin al-Mudhaffar bercerita:

“Saya mendengar para Masyayikh kami di Mesir menggambarkan figur Imam Nasa’i sebagai ulama unggul dan figur seorang imam yang patut dikedepankan. Beliau adalah seorang ahli ibadah di siang dan malam hari, senantiasa sungguh-sungguh berusaha melaksanakan haji dan berijtihad.”

Riwayat lain menyebutkan bahwa Imam Nasa’i adalah orang yang menjalankan puasa Daud as., yaitu sehari puasa, sehari esoknya tidak.

Muhammad bin Musa dalam Tahdzibul Kamal, juga Imam al-Daruqutni menceritakan, kala umur Imam Nasa’i sudah uzur (Fadilah Maulana Syekh Yusri Rusydi menyatakan umur beliau sudah menginjak 80 tahun), masyarakat secara umum di Damaskus kala itu sangat fanatik dengan Muawiyah ra.

Maka Imam Nasa’i mengumpulkan hadits-hadits berkenaan dengan keutamaan Sayyiduna Ali bin Abi Thalib dalam kitab al-Khaṣāiṣ, berharap masyarakat di situ mendapatkan pencerahan baik (sebab kala itu Ahlul Bait keturunan Sayyiduna Ali menjadi bahan ejekan dan laknat oleh para khatib atas perintah penguasa Dinasti Umayyah).

Muhammad bin Musa juga mengatakan bahwa Imam Nasa’i juga berniat untuk mengumpulkan keutamaan-keutamaan Sayyiduna Abu Bakar, Umar, dan Usman ra. namun belum sempat beliau tulis.

Fadilah Mawlana Syeikh Yusri Rusydi menjelaskan bahwa pasca adanya kitab al-Khaṣāiṣ tersebut, orang-orang Damaskus ingin Imam Nasa’i juga mengumpulkan hadits-hadits berkenaan dengan keutamaan Muawiyah ra.

Namun dalam riwayat dan perjalanan pencarian hadits beliau, Imam Nasa’i tidak mendapati keutamaan Muawiyah kecuali bahwa Nabi saw. pernah bersabda kala beliau meminta Sayyiduna Abdullah bin Abbas ra. agar memanggil Muawiyah dan Sayyiduna Ibn Abbas berkata bahwa “Muawiyah sedangkan makan”, maka Baginda saw bersabda:

لا أَشْبَعَ اللَّهُ بَطْنَهُ

“Allah swt. tidak akan mengenyangkan perutnya”

Akibatnya, orang-orang Damaskus menganggap bahwa Imam Nasa’i telah merendahkan junjungannya itu. Sehingga mereka memukuli Imam Nasa’i yang sudah uzur tersebut hingga keluar masjid. Lalu dengan keadaan babak belur tersebut beliau keluar dari Damaskus menuju Mekkah.

Imam al-Daraqutni berkata: “Imam Nasa’i berniat haji menuju Mekkah namun ia mampir di Damaskus dan beliau mendapat cobaan di situ. Lalu dengan keadaan sakit, beliau melanjutkan perjalanan hajinya ke Mekkah. Beliau meminta Muhibbinnya pasca mendapatkan cobaan itu agar membawanya pergi ke Mekkah hingga beliau wafat syahid, yang menurut Fadilah Mawlana beliau dikubur di antara bukit Shafa-Marwa.

Imam al-Hakim berkata: “Sebagaimana Imam Nasa’i yang telah dianugerahi keutamaan-keutamaan, beliau juga di akhir hayat teranugrahi wafat syahid di Mekkah tahun 303H.”

رب فانفعنا ببركته واهدنا الحسنى بحرمته وأمتنا في طريقته ومعافة من الفتن

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.