Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Gus Baha: Ikhlas Itu Mudah

Avatar photo
54
×

Gus Baha: Ikhlas Itu Mudah

Share this article

KH. Bahauddin Nur Salim atau akrab disapa Gus Baha pernah menyampaikan dalam salah satu ceramahnya bahwa seorang yang hanya mengandalkan ilmu syariat tanpa dibarengi dengan ilmu hakikat, akan gampang ujub, riya, dan sombong.

Sejatinya mereka yang mengandalkan ilmu syariat, menurut Gus Baha, bukan tidak berupaya untuk meninggalkan dan menjauhi sifat-sifat tercela. Hanya saja mereka berpersepsi bahwa untuk melakukan hal tersebut sangatlah sukar.

Setiap kali beribadah selalu berusaha untuk menjadi orang yang ikhlas, akan tetapi usaha mereka selalu pupus ditengah jalan. Semua itu diakibatkan rendahnya pengetahuan mereka akan ilmu hakikat.

Padahal jika mau diilmuni (dipelajari), kata Gus Baha dengan logat jawanya, ikhlas itu sangat gampang. Bahkan beliau berkata jika orang tidak ikhlas dalam beribadah maka ia termasuk orang yang bodoh dan tolol.

Baca juga: Logika Gus Baha Memahami Neraka

Imam Ibnu Athoillah As-Sakandari yang dalam kitab Hikam-nya menuturkan:

كيف تطلب الأجر ممن هو مهديه إليك

“Bagaimana mungkin engkau menuntut imbalan kepada Dzat yang telah memberikanmu hidayah?!”

Statemen Ibnu Athoillah di atas sering dikutip oleh Gus Baha untuk mendasari pernyataannya terkait ikhlas.

Beliau menyampaikan bahwa seorang Salik atau Abid sangat tidak pantas mengharapkan apalagi balasan berupa apapun kepada Allah atas ibadah yang mereka kerjakan. Alasannya, segala hal yang dilakukan baik ibadah atau semacamnya tidak akan pernah tercapai kecuali itu dibarengi dengan taufiq dan hidayah-Nya.

Jika mau berpikir bahwa kita bisa shalat, puasa, zakat dan perbuatan baik lainnya, itu merupakan anugerah dan nikmat dari Allah Swt. Bukan menuntut balasan yang harus kita lakukan, akan tetapi sudah sepatutnya kita bersyukur kepada-Nya.

Analogi Ikhlas dalam Sedekah

Kyai yang dikenal dengan gayanya yang sangat sederhana itu mencontohkan masalah ini dengan seseorang yang bersedekah dengan harta hasil keringatnya. Jika dia berpikir bahwa hartanya adalah miliknya, maka sudah pasti dia akan merasa kesulitan untuk bisa ikhlas, bahkan nyaris tidak mungkin. Sebab dia akan selalu menisbatkan perbuatannya kepada dirinya sendiri.

Akan tetapi jika dia menganggap bahwa harta yang ditangannya hanyalah titipan maka mudah saja dia bisa ikhlas dalam bersedekah, karena dia sadar bahwa di dalam hartanya ada bagian yang menjadi hak orang lain. Dan dia yakin bahwa perbuatan baiknya terjadi sebab taufiq dari Allah.

Logikanya sederhana. Ada orang tersesat di dalam perjalanan dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Tiba-tiba ada seseorang yang berbaik hati menolongnya dengan cara mengarahkan serta mengantarnya pada tujuannya.

Apa yang dilakukan orang yang dibantu tersebut? Dia malah meminta imbalan atas bantuan yang diberikan kepadanya.

Kita sebagai orang yang berakal tentu akan mengklaim dia sebagai orang yang tidak waras. Begitu juga dengan perbuatan baik yang kita lakukan semuanya merupakan anugerah dari sang pencipta sehingga sangat tidak pantas jika kita masih meminta balasan.

Gus Baha mengatakan bahwa tidak alasan bagi yang mengetahui logika ini untuk mengatakan sulit atau bahkan tidak untuk menjadi orang yang ikhlas dalam beribadah.

Baca tulisan menarik lainnya tentang Gus Baha di sini.

Kontributor

  • A Nur Syafiudin

    Staf pengajar di Pondok Pesantren Assa'idiyah Kokop Bangkalan. Mahasiswa aktif semester 1 STAI Al-Hamidiyah, nyantri di PP Roudlotut Tholibin kota Probolinggo dan PP Sidogiri Pasuruan.