Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Logika Gus Baha Memahami Neraka

Avatar photo
44
×

Logika Gus Baha Memahami Neraka

Share this article

Gus Baha dalam salah satu pengajiannya menyebutkan bahwa neraka bukanlah habitat yang pas untuk kita tinggali. Sehingga apa pun kondisinya, orientasikan segala sesuatu hanya kepada Allah agar bisa husnul khotimah.

Dalam kitab Manaqib Aisyah al-Shidiqiyah, Gus Baha membeberkan rencana cerdik seoarang wali apabila nanti ia akan dijebloskan ke neraka. Dan beliau mengamini rencana itu sebagai rencana yang bagus.

“Wahai neraka! Awas saja jika kamu berani membakar saya” tantang wali itu kepada neraka “kamu sungguh tidak sopan! Ini adalah kalimat Laa ilaha illallah, kamu itu makhluk Allah kok berani membakar kalimat tauhid?”

“Betapa buruknya kamu sebagai seoarang makhluk!!”

Baca Juga: 

Pembelaan wali itu memiliki arti bahwa neraka itu statusnya sebagai makhluk Allah SWT. Bagaimanapun ia dicitrakan begitu bengis dan ngeri, tetap saja ia cipataan Allah. Dan normalnya neraka mesti sopan kepada dzat yang menciptakannya.

Nabi juga pernah bersabada: “Barang siapa berkata Laa ilaha illalllah maka ia akan masuk surga.”

Maka menjadi aneh dan tidak logis jika neraka (yang makhluk) sampai membakar kalimat thayyibah tersebut. Kali lain, Nabi juga pernah bersabada bahwa neraka tidak akan berani memakan bekas-bekas sujud.

Persoalannya sekarang, kebanyakan sujud yang kita lakukan itu terkadang tidak ikhlas dan belum diresapi betul-betul. Nah, itu yang menyebabkan kalimat tauhid gampang terlepas di qalb (hati) seorang hamba.

Baca Juga: Resep Jitu Gus Baha, Melihat Kematian Sebagai Hal yang Biasa Saja

Kiai muda asal Rembang itu juga meriwayatkan bagaimana sayyidna Ali mencela seorang muballigh yang gemar menyifati neraka dengan sangat menggebu-nggebu saat menyampaikan dakwahnya.

“Wahai muballigh bodoh!! Kamu menyifati neraka sampai begitu dahsyatnya. Seakan-akan neraka itu sesuatu yang besar. Padahal Pencipta neraka lah yang lebih agung dan lebih besar.” jelas sayyidina Ali

“Apa berani neraka dengan Penciptanya?” tanya sayyidina Ali kepada muballigh itu

“Tidak” jawabnya

“Maka dari itu, sifatilah Allah saja. Ketika mengaji ajaklah manusia untuk menyifati Allah, karena Allah itu maha besar. Bukan malah sebaliknya.”

Dari kisah ini kita bisa petik dua poin penting. Pertama, neraka itu statusnya sebagai makhluk. Dan yang namanya makhluk itu tetap memeliki sifat dhaif (lemah).

Kedua, bagaimanapun ia dipersonakan dengan begitu gigantik dan besar, tetap Allah yang jauh lebih agung dan berkuasa.

Agar kalimat tauhid itu bercokol kuat di hati seorang hamba, Gus Baha memberi wejangan agar sebaiknya apa pun yang dikerjakan di semesta dunia ini orientasinya selalu kepada Allah.

Kontributor