Buku
Judul Asli Kitab Shahih Al-Bukhari
Para penulis buku akan memberikan perhatian lebih saat menentukan judul dari buku yang mereka tulis. Judul tersebut akan menjadi pintu pertama bagi pembaca untuk memahami isi secara global akan pembahasan atau apa yang ditulis oleh empunya.
Dengan judul, pembaca akan paham kebutuhan dirinya untuk membaca buku tersebut. Oleh karenanya, penulis akan memberikan judul seteliti mungkin agar pembaca mendapatkan gambaran yang utuh dengan kalimat yang ringkas pada judul yang diberikan.
Tentang pentingnya judul buku, saya pernah membaca kitab Al-'Unwan Al-Shahih li Al-Kitab karya Duktur Hatim Al-'Auni. Beliau menceritakan sebuah kisah yang terjadi antara Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani (w. 189 H) dengan Iman Muhammad bin Idris Al-Syafi'i:
Suatu hari Muhammad bin Hasan Asy-Syaibani baru saja selesai menuliskan sebuah buku yang diberi judul dengan Al-Hujjah 'ala Ahli Al-Madinah.
Dia lalu mendatangi Imam Syafi'i dan berkata, "Aku baru saja menyelesaikan sebuah buku, maukah kamu melihatnya?"
Asy-Syaibani menawarkan kepada Imam Syafi'i.
Imam Syafi'i kemudian mengambil kitab tersebut dan membacanya sekilas. Tidak lama beliau langsung menutup kitab itu dan meletakkannya di atas meja. Asy-Syaibani terheran-heran dan bertanya, "ada apa?"
"Awalnya sudah salah! Kamu menulis kitab ini untuk Imam Malik namun kamu tulis judulnya atas nama penduduk Madinah, padahal di sana ada ahli fikih selain Imam Malik, seperti Fulan bin Fulan, dll!”
Kisah Imam Syafi'i menunjukkan bahwa kejamnya dosen saat revisi sudah tergambar sejak abad ke-3 dahulu. Bahkan ada riwayat lain dari cerita tersebut, setelah Imam Syafi'i melihat kitab tersebut dan membacanya, beliau langsung melempar kitab tersebut!
Judul Asli Kitab Hadits Shahih Al-Bukhari
Di antara gambaran yang bisa kita lihat dari detailnya memberi judul pada buku adalah apa yang dilakukan oleh Imam Al-Bukhari pada bukunya yang lebih kita kenal dengan Shahih Al-Bukhari.
Nama asli dari kitab susunannya itu sebetulnya diketahui pada masanya atau masa yang berdekatan dengan masa kepenulisan, namun setelah kitab tersebut makin viral dan kebetulan judulnya agak panjang, akhirnya para penulis ulang kitab itu hanya meringkasnya dengan menulis, “Shahih Al-Bukhari”.
Ringkas meringkas seperti ini legal. Bahkan judul yang sudah diringkas menjadi Shahih Al-Bukhari ini tertulis di kebanyakan manuskrip, karena memang sudah terlalu viral. Tapi repotnya, lama kelamaan jika hanya nama yang telah diringkas saja yang diketahui, makin sulit mengungkap nama asli dari Shahih Al-Bukhari. Karena judul asli dari Shahih Al-Bukhari akan mengungkapkan tujuan asal di balik kitab hadits ini ini ditulis, komponen tulisan, dan hal lain yang sangat penting untuk diketahui.
Untungnya, pada abad ke-4 ada Imam Al-Hafidz Abu Nashr Muhammad Al-Kalabadzi (w. 398 H) yang menulis buku Al-Hidayah wa Al-Irsyad fi Ma'rifah Ahli Al-Tsiqah wa Al-Sadad yang dikenal dengan Rijal Shahih Al-Bukhari kemudian menuliskan judul asli dari Shahih Al-Bukhari yang berupa: “Al-Jami' Al-Musnad Al-Shahih Al-Mukhtashar min Umur Rasulillah ﷺ wa Sunanihi wa Ayyamihi”.
Dengan nama yang persis seperti itu juga, Imam Nawawi menyebutkan dalam Syarah Shahih Al-Bukharinya dan kitab Tahdzib Al-Asma wa Al-Lughat.
Uniknya, dalam muqadimmah Fath Al-Bari karya Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, saat menerangkan judul asli Shahih Al-Bukhari, beliau luput menuliskan al-mukhtashar, sehingga Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah dalam salah satu kitabnya angkat bicara atas kelalaian tersebut. Beliau mengatakan, “Pasti Al-Hafidz Ibnu Hajar sedang mengalami suatu hal yang menganggu pikiran beliau. Masa kalimat sepenting itu bisa luput dari orang setelaten Ibnu Hajar?!”
Arti Judul Kitab Shahih Al-Bukhari
Jika kita artikan satu persatu judul Shahih Al-Bukhari tersebut, maka Al-Jami' maksudnya adalah Imam Al-Bukhari tidak menulis kitab ini hanya satu genre, tapi menulis beberapa pembahasan.
Oleh karenanya, kita akan menemukan bab akidah, hukum-hukum, adab, tafsir, sejarah, manaqib, fitnah akhir zaman, dan pembahasan lainnya.
Al-Musnad maksudnya adalah hadits yang disandarkan kepada Nabi ﷺ (al-marfu') dan tersambung sanadnya (al-muttasil). Adapun jika ada tidak marfu' itu hanya sebatas pendukung saja, bukan tujuan aslinya.
Al-Shahih maksudnya jelas, bahwa beliau tidak menuliskan hadits di kitab itu melainkan hadits tersebut sudah terbukti shahihnya. Hadits yang telah beliau pilih-pilih selama 16 tahun lamanya dan sudah ditunjukkan kepada maha guru hadits di masanya.
Al-Mukhtashar, maksudnya yang ringkas. Dulu saat mengaji kitab Al-Baits Al-Hatsits bersama Dr. Aiman Al-Hajjar, beliau menjelaskan bahwa Shahih Al-Bukhari merupakan ringkasan dari kitab beliau yang berjudul Al-Mabsuth.
Dalam kitab Al-Mabsuth, Imam al-Bukhari menyebutkan hadits yang telah beliau dapatkan tanpa melalui pemilahan dan seleksi. Sayangnya kitab tersebut tidak ditemukan keberadaannya hingga saat ini.
Di lain tempat Imam al-Bukhari juga mengatakan bahwa beliau sengaja tidak memasukkan semua hadits shahih yang ada pada beliau agar kitabnya tidak menjadi terlalu panjang. Lalu kemana hadits shahih yang beliau tidak tulis? Wallahu a’lam.
Untuk Al-Imam Muhammad bin Ismail bin Ibrahim Al-Bukhari, Al-Fatihah!
Minggu, 19 Desember 2021.
Simak tulisan menarik lainnya tentang kitab Shahih al-Bukhari di sini.
Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.