Buku

Sehari di Surga: Catatan Perjalanan Syekh Ali Ath-Thanthawi di Indonesia

17 Aug 2020 11:35 WIB
4599
.
Sehari di Surga: Catatan Perjalanan Syekh Ali Ath-Thanthawi di Indonesia

"Surga di dunia bukanlah Suriah ataupun Lebanon. Akan tetapi ada di Jawa! Siapapun yang melihatnya akan mengetahui bahwa saya berkata benar. Yang belum melihat, cukup mendengar penjelasan tentangnya. Melihat langsung tidak sama dengan hanya mendengarkan.”

Demikian ungkap Syekh Ali Ath-Thanthawi, penyair kenamaan asal Suriah atas keindahan Indonesia.

“Dua hari (selama aku hidup 50 tahun), tak kutemukan hari yang paling indah dan membahagiakan serta membekas dalam jiwaku seperti ketika aku menjelajahi Jawa, dari barat hingga timur dengan kereta. Dari Jakarta menuju Surabaya. Aku tidak menyangka akan melihat di sepanjang jalan dan mendengar bahwa di dunia ada jalan seindah itu!"

Syekh Ali Ath-Thanthawi menceritakan perjalanannya selama di Indonesia. Beliau menceritakan banyak hal unik yang beliau potret dalam bukunya, ٍٍShuwar min Asy-Syarq: Fi Indunisiya. Beliau menerangkan keindahan pulau Jawa yang dipenuhi banyak pohon kelapa, bambu serta rindang hijau pepohonannya dan alunan lembut angin sepoi di sawah-sawahnya.

Beliau juga menceritakan makanan-makanan khas Indonesia seperti Gudek dan selainnya. Di sebuah hotel, beliau melihat orang-orang mengambil makanan dan sambal. Beliau mengikuti apa yang mereka ambil. Ketika mencicipi sambal tersebut, beliau berkata:

وإذا هذا الشيء الأحمر نار حامية

“Sambal itu neraka yang panas!” Ucap beliau mubalaghah. Selama sehari beliau tidak makan apapun karena rasa pedas yang lengket di bibir beliau.

Syekh Ali Thantawi tak luput  memerhatikan dan mempelajari keunikan dari setiap daerah yang dikunjungi.

Ketika mengunjungi Jogja, beliau menjelaskan iklim keilmuan yang bagus di sana. Beliau menjelaskan bahwa Jogja adalah kota keilmuan. Beliau menyinggung tentang Madrasah Muallimin, Pesantren Krapyak, dan hal-hal unik yang ada di sana.

Sebelum NU memviralkan Islam Nusantara, jauh sebelum itu Syekh Ali Thanthawi telah menuliskan dalam salah satu bagian dari buku beliau:  "Islam Indonesia".

Intinya, Syekh Ali menjelaskan tentang bagaimana Islam masuk ke Indonesia; tentang penjajah; tentang organisasi-organisasi seperti NU, Muhammadiyah, Tarbiyah Islamiyah; dan tentang Ibnu Bathuhah yang konon pernah ke Sumatera dan mencicipi kelapa.

Beliau juga menuliskan sebuah temuan yang mengatakan bahwa sejak zaman Dinasti Abbasiyah, Islam sudah masuk ke Indonesia. Hal itu bisa dibuktikan dengan kuburan yang ada di Sumatera. Kuburan itu milik Waliyullah Abdullah bin Muhammad bin Abdul Qadir bin Abdul Aziz bin Abu Ja'far Mansur, khalifah Abbasiyah kedua. Abdullah datang dari India menuju Sumatera.

Dalam Islam Indonesia, Syekh Ali Thanthawi juga berharap universitas-universitas di Arab menjadikan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipelajari di kampus. Dan alhamdulillah, di Al-Azhar Kairo Mesir, hal itu telah tercapai!

Beberapa pesantren tua kenamaan juga disebut oleh Syekh Ali Thanthawi. Di Sumatera beliau menyebut Sumatera Thawalib. Di Jawa, beliau menyebutkan Pesantren Tebuireng dan Pesantren Termas.

Syekh Ali Thanthawi juga tak luput mendeskripsikan perempuan-perempuan Indonesia. Beliau mengatakan tentang perempuan jawa sebagai berikut:

وهن من أحلى النساء حلاوة وإن لم يكن من أجملهن جمالا. حلوات كعرائس المولد في مصر التي تصنع من والسكر

"Mereka (perempuan Jawa) paling manis meskipun tidak termasuk yang paling cantik. Mereka seperti manisan-manisan yang ada di perayaan acara maulid Mesir, yang terbuat dari gula."

Barangkali dari sana, ada ungkapan: hitam-hitam gula jawa.

Beliau juga menaruh hormat kepada perempuan-perempuan tangguh yang ikut berjuang melawan penjajah. “Mereka tidak gentar akan mati.” kata beliau.

Syekh Ali Thanthawi sampai meneteskan air mata ketika mendapatkan cerita bahwa salah satu perempuan Indonesia meledakkan bom di dekat tank para penjajah hingga syahid. Beliau juga mengagumi sosok Kartini.

Beliau banyak memuji pahlawan-pahlawan Indonesia. Beliau sering memuji Sukarno dan menyifatinya sebagai من أخطب خطباء الدنيا (Rajanya para proklamator).

Beliau menyebutkan Jendral Sudirman, Bung Tomo, dan kyai-kyai yang meninggalkan kitab-kitabnya demi melaksanakan perang melawan penjajah.

Syekh Ali Thanthawi mengisahkan Indonesia laiknya cerpan (cerita panjang). Ada hal unik-unik yang barangkali tidak diketahui oleh orang Indonesia sendiri. Buku ini cukup untuk mengobati rindu kepada Indonesia.

Sehari di Surga

Yaum fi al-Jannah atau Sehari di Surga. Demikian judul sebuah bab dalam buku Fi Indunisiya ini.

Kita akan mengetahui sisi-sisi "surgawi" Indonesia, ketika menyadari betapa indahnya panorama alam semesta Indonesia dibandingkan negara-negara lain. Dan jauh lebih besar daripada itu, adalah nikmat kehidupan Indonesia yang damai yang tidak diliputi konflik peperangan. Semoga Allah menjaga Indonesia.

"Orang bilang tanah kita tanah surga

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman"

Selamat ulang tahun, Indonesia!

سما لك إندونيسيا شوق عاشقٍ

وإن كنتُ في بعدٍ فروحيَ تقربُ

[الشيباني]

Oh, alangkah memuncaknya rindu seorang pecinta kepadamu, Indonesia!

Meski aku jauh, ruhku dekat denganmu.

Madinatul Buuts, 17 Agustus 2020

Syihab Syaibani
Syihab Syaibani / 11 Artikel

Asal Pulau Dewata Bali. Sekarang menempuh studi di Universitas al-Azhar Kairo Mesir. Menyukai talaqqi, ziarah dan syair Arab.

Nasmay
24 September 2021
Bisa beli kitabnya dimana ya ??
Toyyibaj
27 September 2021
Bagus sekali artikelnya, menambah wawasan, semangat untuk memberikan wawasan yg lain oh iya maaf, saya gak tahu sebelum nya, ini yg di maksud syekh ali tontowi, beliau yg ada di tonto cairo mesir tah?
nafisabintang
12 July 2022
ternyata tanah tempat tinggal saya ini subhanallah, yang terkadang malah sering membandingkan sama negara lain.
Ozay
30 March 2023
Ijin bertanya apakah bener beliau ketua lembaga Rois jammiah Qur'an wa Sunnah ,and beliau menyarahkan kitab Al arbain karya imam annawawi

Baca Juga

Pilihan Editor

Saksikan Video Menarik Berikut: