Saat-saat ini, alat bantu masker dan
pembersih (sabun) memainkan peran yang begitu hebat demi keberlangsungan dunia.
Penemuan keduanya, seiyanya sedikit bisa menopang banyak negara yang remuk
redam setelah dihantam wabah Covid-19
sejak Maret tahun lalu. Perintah “Jaga jarak, rajin mencuci tangan dan menggunakan
masker “ adalah tameng zirah terefektif untuk mengelabui virus cerdik tak kasat
mata itu.
Tapi apakah pikiran kita sampai
menanyakan siapa sosok penemu masker dan alat
pembersih (sabun) itu? Dia adalah cendekiawan muslim kimia bernama Al-Jaldaki.
Dia memiliki nama utuh Ali bin Muhammad
Aidamir Izz Al-Din Al-Jaldaki. Sebagian sumber menyatakan bahwa asal penyebutan
Al-Jaldaki dinisbatkan pada sebuah desa di Khurosan, Iran bernama “Jaldak”.
Izz al-Din Aidamir
Ali al-Jaldaki adalah salah satu ulama dari abad kedelapan H (abad keempat
belas M). Meskipun banyak penyelidikan telah dijalani, tanggal pasti kelahiran
atau kematiannya belum juga bisa diputuskan. Tetapi beberapa referensi membocorkan
tentang kontribusi besar Al-Jaldaki dan tahun kemangkatannya pada 743 H (1343
M) di Mesir.
Al-Jaldaki sering
bepergian antara Kairo dan Damaskus bahkan sebelum kematiannya, ia bersinggah
di Damaskus pada tahun 739 H (1339 M), dan di Kairo pada 741 H (1341 M), dan
terdapat konsensus di antara para sarjana sejarah bahwa Al –Jaldaki
berkewarganegaraan Mesir.
Sanjungan
Khair al-Din al-Zirikli
(w. 1976), sejarawan Syiria berkata dalam bukunya Al-A’lam: “Dia adalah Ali bin Muhammad bin Aidamir al-Jaldaki,
Izzu al-Din, seorang ahli kimia yang bijak. Dia menulis kitabnya di Damaskus pada tahun 740 H, dan
satu lagi di Kairo pada akhir Syawal 742 H.”
Sementara, Sumber
Ensiklopedia Islam menyebut bahwa Al-Jaldaki menulis bukunya Nataij Al-Fikr fi Ahwali al-Hijr di
Kairo dan kitab Al-Badr al-Munir fi
Ma’rifat Asrori al-Iksir di Damaskus. Al-Jaldaki dianggap sebagai salah
satu ulama jenius di bidang kimia, dan kebenaran dari perkara ini dibuktikan
dengan statusnya sebagai salah satu ilmuwan peletak dasar-dasar kimia bagi
mereka yang datang setelahnya.”
Adapun prof. J.
Holmyard mengatakan dalam bukunya The
Makers of Chemistry: Al-Jaldaki, yang menghabiskan sebagian hidupnya di
Kairo, dianggap sebagai salah satu ilmuwan yang memainkan peran besar dalam
ilmu kimia. Al-Jaldaki menaruh minat yang besar dalam membaca apa saja tentang
ilmu kimia. Hasil dari upaya pembacaan dan analisisnya itu akhirnya
ia mengambil suatu cara untuk membangun metode ilmiah yang disebut
dengan etika ilmu kimia arab dan kimia Islam.
Al-Jaldaki gemar melakukan
eksperimen ilmiah di bidang kimia, meskipun sebagian besar karyanya analitis,
ia tetap salah satu ilmuwan besar di mana dunia modern beserta ilmuwan hari ini
berutang banyak kepadanya.
Masker
dan Sumbangsih Besar lain Al-Jaldaki
Pertama, Al-Jaldaki memberikan penjelasan rinci tentang
metode dan tindakan pencegahan yang diperlukan dari resiko menghirup gas akibat
reaksi kimia. Jadi dia adalah orang pertama yang memikirkan inovasi penggunaan
masker di laboratorium kimia.
Abd Al-Razzaq Nofal
mengatakan dalam bukunya Muslim and
Modern Science: “Al-Jaldaki adalah sarjana pertama yang mengingatkan akan
bahaya menghirup gas dan asap akibat reaksi kimia, dan perlunya mengambil
tindakan pencegahan yang memadai.”
Kedua, Al-Jaldaki juga mempelajari studi komprehensif
tentang alkali dan buah jeruk. Dengan segala jasanya ia mampu memberikan
beberapa perbaikan pada metode pembuatan sabun yang dikenal pada saat itu.
Al-Jaldaki menambahkan beberapa bahan kimia untuk mengurangi efek zat kaustik
yang bisa merusak pakaian.
Ketiga, Al-Jaldaki memiliki pandangan penting tentang
kimia, antara lain: bahwa bahan kimia tidak berinteraksi satu sama lain kecuali
dengan keseimbangan tertentu, dan ini adalah kunci utama dalam hukum penyatuan
kimia.
Hal tersebut
disampaikan oleh Prof.
C. Holmyard
dalam bukunya yang berjudul Kimia sampai era Dalton: Al-Jaldaki
menyimpulkan dengan sangat baik bahwa material tidak berinteraksi satu sama
lain kecuali pada tingkat dan bobot yang tetap.
Keempat, ia juga berhasil melakukan pemisahan emas dari
perak dengan bantuan senyawa asam nitrat, yang bisa melarutkan perak sehingga
hanya menyisakan emas murni saja.
Kelima, Al-Jaldaki
menjelaskan dalam bukunya detail dari berbagai jenis distilasi, metode
distilasi yang digunakan saat ini, seperti kertas saring, distilasi di bawah
penangas air dan distilasi ganda. Selain itu, ia mampu menjelaskan bahan kimia
secara rinci baik karakteristik maupun sifat-sifatnya.
Kitab-kitab
Al-Jaldaki
Dalam bukunya George
Sarton setidaknya mencatat sepuluh lebih buah karya yang telah ditulis oleh
al-jaldaki.
1. Al-Badr Al-Munir fi
Ma’rifat Al-Iksir.
2. Bughyat al-Khobir fi
Qonun Tholab al-Iksir.
3. Al-Burhan fi Asrori
‘Ilm Al-Mizan.
4. Ghoyat As-Surur.
5. Durroh Al-Ghowas wa
Kanz Al-Ikhtisos fi Ma’rifat Kl-Khowas.
6. Kasyf As-Sutur.
7. Al-Misbah fi ‘Ilm
Al-Miftah.
8. Nataij Al-Fikr fi Ahwal
Al-Hijr.
9. Nihayat At-Tholab fi
Syarh Al-Muktasab wa Ziro’ihi Ad-Dzahab.
10.
Anwar Ad-Dur fi Idhoh Al-Hijr.
11.
At-Taqrib fi Asrori Tarkib Al-Kimiya’.
Al-Jaldaki
dan Joseph Proust
Para sarjana Arab
menyatakan bahwa kontribusi Al-Jaldaki dalam ilmu kimia diabaikan oleh mata
dunia hanya karena bukunya ditelantarkan di perpustakaan internasional dalam
bahasa Arab dalam bentuk manuskrip.
Mungkin karena itulah,
mengapa pada 1214 H (1799 M) Joseph
Proust mengumumkan inovasinya menyoal hukum perbandingan tetap dalam serikat kimia.
Kemudian para sarjanawan barat
mematenkannya dan para pelajar
sains di seluruh dunia mulai mempercayai hal itu.
Hukum Perbandingan
Tetap itu berbunyi:
“Perbandingan massa
unsur-unsur dalam senyawa adalah selalu tetap walaupun berasal dari daerah yang
berbeda dan dibentuk dengan cara yang berbeda”
Tetapi, bukankah
rumusan hukum di atas sudah jauh –jauh hari dipikirkan oleh Al-Jaldaki?
Ketika para ilmuwan
menyangkal tuduhan ini, dan mencoba menghubungkan inovasi tersebut dengan
pemilik aslinya, Al-Jaldaki, tanggapan dari para sarjana Barat menyatakan bahwa
rumusan-rumusan pemikiran Al-Jaldaki di bidang kimia sudah usang dan ikut
terkubur dalam manuskripnya di perpustakaan umum.
Urusan yang lain, sarjana
Barat mengakui bahwa Al-Jaldaki adalah ahli
kimia pertama yang memisahkan emas dari perak, dengan menggunakan asam nitrat. Dan
metode ini masih digunakan sampai sekarang. Mereka juga mengakui bahwa yang
pertama mencanangkan tentang keselamatan di laboratorium kimia, dan yang
pertama pula menggunakan masker saat melakukan percobaan kimia adalah
Al-Jadlaki.
Al-Jaldaki telah
melakukan jasanya yang luar biasa untuk ilmu kimia, karena dia memberikan
penjelasan rinci tentang eksperimen ilmiah yang dia lakukan, di samping apa
yang telah dilakukan oleh para sarjana Arab dan Muslim lainnya.
Sumber:
–
Al-A’lam,
Khair Al-Din
Az-Zirikli
–
Al-Madkhol
ila Tarikh al-ulum, George
Sarton
–
Abd
ar-Rozaq Noufal, Al-Muslimun wa Al-‘Ilm al-Hadits
–
Holmyard,
The Maker of chemistry