Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Pembebasan An-Nasir Hasan dan Pengkhianatannya kepada Para Amir- Penolongnya

Avatar photo
21
×

Pembebasan An-Nasir Hasan dan Pengkhianatannya kepada Para Amir- Penolongnya

Share this article

Musim panas sudah hampir berakhir
tahun itu. Kalender menunjukkan bulan Oktober 1355 Masehi ketika Amir Syaikhu
dan Amir Syarghatmisy an-Nasiri bersama pasukannya mengkudeta Ash-Shalih Salih
dan Amir Taz dari pemerintahan Mamluk Mesir. Kedua amir ini ingin mengembalikan
An-Nasir Hasan ke puncak tahta Kesultanan Mamluk. Hasan pun dibebaskan dari
tahanan rumah di Citadel dan memulai pemerintahan periode keduanya.

Di awal periode keduanya an-Nasir
Hasan langsung melancarkan gerakannya untuk memonopoli kekuasaan eksekutif
Kesultanan Mamluk. Langkah pertamanya adalah menyingkirkan Amir Taz yang telah
menggulingkan dan memenjarakannya di periode pertama pemerintahannya. Namun
Syaikhu dan Syarghatmisy mengintervensi tindakan Hasan ini, sehingga Amir Taz
hanya diasingkan tanpa dipenjarakan. Akhirnya Hasan setuju menjadikan Taz
sebagai na`ib atau gubernur di Aleppo dengan tetap membatasi kekuasaannya.

Kebijakan memonopoli kekuasaan
eksekutif pada akhirnya berujung pada penyingkiran para amir yang terlalu kuat
pengaruhnya dan terlalu lemah. Dalam hal ini termasuk amir yang berjasa
membantunya menggulingkan ash-Shalih Shalih dan Taz dan membebaskannya dari
tahanan rumah yaitu Amir Syaikhu.

Bagian Pertama:
An-Nasir Hasan,
Sultan Muda di Tengah Kemelut Politik Mamluk

Tahun 1357 Syaikhu akhirnya dibunuh di
tengah pengasingannya di Aleppo. Setelah kematian Syaikhu, Hasan melakukan
pengasingan paksa kepada para mamluk pendukung syaikhu untuk menghindari
pemberontakan dari para pendukung Syaikhu. Gerakan ini dipimpin oleh Khalil bin
Qawsun. Para pendukung Syaikhu yang tidak diasingkan lantas dipenjara di
Alexandria.

Manuver politik Hasan ini berakibat
meninggalkan Amir Syarghatmisy sebagai satu-satunya amir terkuat di istana
Kesultanan Mamluk. Hal ini memunculkan potensi kudeta dari Syarghatmisy. Untuk
menghilangkan kemungkinan kudeta dari Syarghatmisy, Hasan pun menyingkirkan
Syarghatmisy yang juga pernah punya jasa membebaskannya dari tahanan rumah.

Waktu itu Mesir tengah berada di puncak
musim panas di bulan Agustus 1358 ketika Amir Syarghatmisy ditangkap dan bawa
ke Alexandria untuk dijebloskan ke penjara di sana. Ternyata penjara hanya
sebuah tempat untuk menyembunyikan niat yang lebih licik lagi dari Hasan. Di
penjara Alexandria itulah akhirnya Syarghatmisy dibunuh. Setelah seluruh amir
yang berada di lingkar kekuasaannya tersingkir, kini Hasan menjadi satu-satunya
pemilik kekuasaan tunggal di Kesultanan Mamluk.

Setelah Syarghatmisy tersingkir,
an-Nasir Hasan pun menyingkirkan tentara-tentara mamluk Syarghatamisy dari
pos-pos militer dan menggantinya dengan tentara-tentara mamluk miliknya. Ia
juga mempromosikan awlad an-nas untuk jabatan-jabatan dan posisi-posisi
penting di Kesultanan Mamluk. Awlad an-nas adalah keturunan para mamluk
yang tidak melalui proses perbudakan dan pembebasan. Promosi awlad an-nas ke
jabatan-jabatan dan posisi penting di Kesultanan Mamluk belum pernah terjadi
sebelumnya.

Sepuluh dari dua puluh empat jenderal
Mamluk yang memegang pangkat militer tertinggi yaitu amir mi`ah (Amir
dari seratus pasukan kavaleri mamluk) adalah awlad an-nas. Kasim Awlad
al-nas dan non-mamluk memegang banyak jabatan administratif senior, termasuk
banyak jabatan gubernur provinsi di wilayah Suriah termasuk niyabah
(gubernur) di Aleppo dan Safad. Kasim adalah pelayan atau budak yang telah
dikebiri untuk menjadikan mereka budak yang dapat diandalkan di istana kerajaan
di mana akses fisik ke penguasa dapat memberikan pengaruh yang besar. Di antara
mereka yang mencapai pangkat amir mi`ah adalah dua putra an-Nasir Hasan.

Bagian Kedua: Sultan An-Nasir
Hasan, Dari Wabah Hingga  Dijebloskan ke
Penjara

Alasan an-Nasir Hasan mempromosikan
para awlad an-nas ke jabatan-jabatan penting di Kesultanan Mamluk adalah
karena kepercayaannya yang tinggi pada kemampuan mereka menjalankan
administrasi kerajaan. Selain itu juga karena mereka dipercaya sangat lemah
untuk sampai melakukan kudeta dan pemberontakan. Para awlad an-nas
secara perilaku lebih baik dari pada para Mamluk. Di lain sisi mereka lebih
menguasai ilmu administrasi pemerintahan dibandingkan para Mamluk. Namun
eksperiman Hasan ini ternyata tidak bertahan lama. Hal itu karena hadirnya para
awlad an-nas ternyata tidak memperkuat posisi an-Nasir Hasan dan
mempertahankan kekuasaannya dari pemberontakan para Mamluk.

Pada 17 Maret 1361, ketika musim
dingin mulai berakhir dan musim semi menjelang, Hasan tewas dibunuh salah satu
mamluknya sendiri yang bernama Yalbugha al-Umari. Ia adalah pemimpin faksi Mamluk
penentang kebijakan an-Nasir Hasan meninggikan awlad an-nas ke
posisi-posisi penting di Kesultanan Mamluk. Jenazah an-Nasir Hasan tidak pernah
ditemukan sejak kematiannya tersebut. Kematian an-Nasir Hasan terus memicu
konflik internal yang kelak berakibat pada keruntuhan dinasti Mamluk Bahri.
An-Nasir Hasan wafat di usia 27 tahun, usia yang masih sangat muda untuk ukuran
seorang sultan.

Tamat.

Kontributor

  • Zulfahani Hasyim

    Alumni Universitas al-Azhar Mesir. Suka menerjemah kitab-kitab klasik. Sekarang tinggal di Banyumas Jawa Tengah.