Sanad Media berkolaborasi dengan Majelis Al-Muwasholah akan menggelar Talaqqi Akbar di Masjid Istiqlal pada Jumat, 7 Februari 2025. Kajian ilmu bersanad ini menghadirkan Menteri Agama RI Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA dan Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i Al-Azhar, Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi.
Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi adalah salah satu ulama besar Al-Azhar dan Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i di Al-Azhar dan Mesir. Beliau berasal di kota Al-Mahallah al-Kubra, Provinsi Gharbiyah.
Syekh Asy-Syahawi tumbuh dari keluarga yang sarat dengan ilmu. Rumah keluarganya menjadi tempat berlindung bagi para penuntut ilmu dan orang-orang yang membutuhkan.
Syekh Abdul Aziz lahir pada 5 Mei 1945 di Desa Nimrah al-Basl, Al-Mahallah al-Kubra, Provinsi Gharbiyah. Ibunya telah mengambil baiat dari empat tarekat sufi (al-Barhamiyah, al-Rifa’iyah, al-Qadiriyah, dan al-Ahmadiyah). Beliau dikenal sebagai wanita yang salehah, ahli ibadah, dan penuh kasih terhadap kerabat dan tetangganya.
Pendidikan di Kuttab (Madrasah Al-Quran)
Syekh Abdul Aziz belajar di kuttab di bawah bimbingan Syekh Ahmad Al-Bisybishi, yang merupakan murid Syekh Abdul Hamid Asy-Syahawi. Syekh Al-Bisybishi dikenal sebagai sosok yang sangat bertakwa dan zuhud. Beliau mendidik murid-muridnya dengan metode yang sangat disiplin, yang barangkali tidak mudah diterapkan di masa sekarang.
Kegiatan belajar di kuttab dimulai sejak matahari terbit hingga waktu salat Asar, kecuali selama libur Idul Fitri dan Idul Adha. Para murid mendengarkan pelajaran, lalu mengulang pelajaran baru sebelum pulang untuk sarapan dan kembali ke kuttab.
Syekh Al-Bisybishi tidak memperbolehkan siswa yang belum hafal pelajaran sebelumnya untuk mempelajari pelajaran baru. Selain Al-Quran, kuttab juga mengajarkan berbagai ilmu dasar lainnya.
Belajar Ilmu Syariah dan Bahasa Arab
Setelah menghafal Al-Quran, Syekh Abdul Aziz mulai mempelajari ilmu-ilmu agama pada tahun 1957 di bawah bimbingan Syekh Abdul Hamid Asy-Syahawi, yang merupakan paman dari ayahnya. Beliau adalah seorang ulama yang sangat saleh dan ahli zuhud.
Dari pamannya ini, Syekh Abdul Aziz mempelajari ilmu nahwu, termasuk Syarah Ibnu Qasim atas Matan Abi Syuja’, Syarah al-Ajrumiyah, Syarah al-Azhariyah, serta Syarah Alfiyah Ibnu Aqil dan Suyuthi. Dalam bidang fikih, beliau mempelajari kitab an-Nihayah, al-Kifayah, al-Khatib, dan Tuhfah ath-Thullab, serta mempelajari ilmu arudh, qafiyah, balaghah, astronomi, logika, dan berbagai cabang ilmu lainnya.
Kecintaan pada Ilmu Tafsir dan Qiraat
Syekh Abdul Aziz sangat mencintai ilmu tafsir dan lebih menyukai Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurthubi, serta Tafsir Jalalain. Beliau memiliki kemampuan yang mendalam dalam kajian tafsir.
Selain itu, beliau juga mendalami ilmu qiraat dengan menguasai sepuluh qiraat kecil, membaca setiap khataman dengan riwayat yang berbeda, serta menghafal Matan Asy-Syathibiyah sebagaimana beliau menghafal Al-Quran.
Menguasai Mazhab Syafi’i
Sejak kecil, Syekh Abdul Aziz telah mempelajari Mazhab Syafi’i dan sangat menghormati imam-imam fikih lainnya. Beliau menegaskan bahwa para imam fikih adalah penjaga syariat Allah dan memiliki wewenang untuk memberikan fatwa yang memudahkan atau memperketat sesuai dengan kondisi yang tidak disebutkan secara langsung dalam nash.
Beliau juga menyampaikan bahwa Imam Syafi’i memandang Imam al-Laits bin Sa’ad sebagai orang yang lebih faqih dibandingkan Imam Malik, tetapi pendapat Imam al-Laits tidak banyak tersebar karena kurangnya dukungan dari murid-muridnya. Hubungan antara Imam Syafi’i dan Imam Ahmad juga menjadi contoh teladan bagaimana ulama saling menghormati dan belajar satu sama lain.
Pernikahan Syekh Abdul Aziz
Pada tahun 1960, ayahnya meminang putri dari pamannya untuk Syekh Abdul Aziz. Kala itu, harga emas adalah 21 qirsy per gram, dan perhiasan yang diberikan berjumlah 333 gram dengan nilai sekitar 70 pound Mesir. Beliau menikah pada tahun 1961, dan seluruh biaya pernikahan ditanggung oleh ayahnya yang mendedikasikan hidup Syekh Abdul Aziz untuk ilmu.
Karakter dan Kepribadian Syekh Abdul Aziz
Syekh Abdul Aziz dikenal sebagai salah satu tokoh besar dari ulama Syafi’iyah di Mesir. Beliau sangat mencintai ilmu dan para ulama, memiliki budi pekerti yang luhur, pandangan yang luas, serta selalu menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat. Beliau dikenal dengan sikapnya yang pemaaf, istikamah dalam ilmu, serta mampu menyelesaikan masalah fikih dengan cara yang paling mudah dipahami.
Nasihat untuk Para Penuntut Ilmu
Syekh Abdul Aziz memberikan nasihat kepada para penuntut ilmu untuk berpegang teguh pada manhaj Al-Azhar, baik dalam fikih, akidah, maupun tasawuf.
Beliau menekankan pentingnya mengikuti jalan para salafus saleh dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, serta mengikuti ajaran para imam fikih. Dalam akidah, beliau menegaskan bahwa Imam Asy’ari dan Imam Maturidi adalah pelopor ilmu tauhid yang patut diikuti.
Beliau juga menekankan agar setiap penuntut ilmu yang menyimpang dari manhaj Al-Azhar segera kembali kepadanya demi menjaga kemurnian ilmu dan agama.
Please login to comment