Kisah Durrah binti Abu Lahab mengajarkan bahwa seseorang tidak akan memikul beban dosa orang lain. Sekalipun itu adalah ayah dan ibu kandungnya sendiri. Manusia tidak tergantung pada orang tuanya, tetapi tergantung dirinya dan amalnya sendiri.
Durrah adalah putri Abu Lahab paman Nabi Muhammad Saw. Ayah dan ibunya itu awalnya sangat mencintai Nabi. Bahkan budak miliknya yang bernama Tsuwaibah sampai dimerdekakan karena membantu proses persalinan Sayyidah Aminah melahirkan Baginda Nabi.
Namun karena menolak ajakan Rasulullah untuk memeluk Islam, Abu Lahab dan istrinya menjadi kafir. Lebih dari menyangkal dakwah keponakannya, mereka berdua juga berbuat jahat dan menyakiti Nabi. Hingga al-Quran secara lugas membalas cemoohan yang Abu Lahab lontarkan kepada Rasulullah dalam surat Al-Lahab.
Ulama Mesir Syekh Ali Jum’ah menuturkan bahwa keteguhan Durrah yang beriman kepada Rasulullah patut dijadikan pelajaran oleh setiap kaum muslimin. Lahir dari orang tua yang membenci dan menyakiti Nabi, diejek oleh beberapa sahabat yang lain, beliau tetap sabar dan selalu mengadukan perkara ini kepada Nabi Muhammad SAW.
Syekh Ali Jum’ah mengisahkan suatu ketika Durrah sedang bersama Aisyah. Mereka berdua melihat Rasulullah hendak wudhu. Lalu keduanya dengan sigap menyiapkan air agar dipakai wudhu Nabi. Walhasil, Durrah lebih dahulu sampai kepada Nabi dan langsung menuangkan air untuk Nabi agar berwudhu dari air yang dikucurkannya. Momen itu mengena di memori Durrah tepatnya saat Nabi berkata kepadanya, “Kamu bagian dariku dan aku bagian darimu.”
Berapa kali Durrah menerima cibiran karena menjadi putri dari orang tua yang menyakiti Nabi? Lebih dari sekali. Bagaimana Nabi menghibur dan membelanya dari mereka yang menyinggung perasaannya?
Syekh Ali Jum’ah menceritakannya dalam video berikut: