Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Hukum membawa anak kecil ke masjid

Avatar photo
58
×

Hukum membawa anak kecil ke masjid

Share this article

Pada dasarnya memasukkan atau membawa anak kecil ke masjid hukumnya boleh dalam rangka pembelajaran dan pembiasaan.

Namun, walaupun boleh, orang tua harus memerhatikan tiga unsur ini, yakni 1) tidak ada kekhawatiran mengotori masjid, apalagi menajisi, 2) tidak mengganggu jemaah lain yang sedang beribadah, dan 3) tidak menjadikan masjid tempat bermain.

Inilah tiga hal yang harus diperhatikan jika ingin memasukkan anak kecil ke masjid. Jadi, hukumnya boleh apabila tiga unsur ini dilaksanakan.

Bermain dalam Masjid

Dasar para ulama memperbolehkan, bahkan cenderung menganjurkan, di samping sebagai pembelajaran dan pembiasaan, karena pada satu kesempatan Rasulullah tidak melarang Siti Aisyah kecil bermain di dalam masjid. Dalil inilah yang disebutkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumiddin juz 2 halaman 332.

Namun demikian, kata Imam al-Ghazali, bermain dalam masjid hukumnya boleh, tapi dengan syarat tidak sampai dijadikan tempat bermain. Berikut penjelasan beliau terkait hukum ini:

ولا بأس بدخول الصبي المسجد إذا لم يلعب ولا يحرم عليه اللعب في المسجد ولا السكوت على لعبه إلا إذا اتخذ المسجد ملعبا وصار ذلك معتادا فيجب المنع منه فهذا مما يحل قليله دون كثيره.

Artinya: “Tidak apa (boleh) memasukkan shobi (anak kecil) ke masjid dan tidak haram baginya bermain di dalam masjid, begitu juga tidak haram (bagi orang tua) berdiam atas bermainnya shobi, kecuali masjid tersebut dijadikan tempat bermain dan menjadi kebiasaan. Maka jika demikian, wajib melarangnya. Hukum ini termasuk dari halal dalam sekala kecil (bermain), tapi tidak dalam sekala besar (dijadikan tempat bermain).” ( lihta  Ihya’ Ulumiddin juz 2 halaman 332 [maktabah syamilah])

Jadi, Imam Ghazali menggolongkan permasalahan ini dalam kasus perkara halal jika porsinya sedikit, tapi hukumnya akan berubah jika dengan porsi yang berlebihan. Boleh bermain, tapi haram dijadikan tempat bermain.

Mengganggu dan Mengotori Masjid

Di samping tidak dijadikan tempat bermain, terkait kebolehan ini, para ulama mewanti-wanti supaya orang tua menjaga anaknya untuk tidak mengganggu jemaah lain dan tidak mengotori masjid, sebagaimana telah disinggung di muka.

Berkaitan dengan ini, Imam Ibnu Hajar al-Haitami pernah ditanya tentang hukum seorang lelaki yang mengumpulkan sekelompok anak keci dengan membawa papan tulis dan alas ke dalam masjid untuk belajar membaca al-Qur`an. Terkadang mereka mengeraskan suara sehingga membuat orang-orang shalat terganggu dan tidak sedikit dari mereka akan mengotori masjid dengan air.

Menjawab pertanyaan ini, Imam Ibnu Hajar menegaskan, bahwa membaca al-Qur`an dalam masjid merupakan ibadah agung. Beliau beralasan, masjid-masjid dibangun memang untuk dijadikan tempat berzikir kepada-Nya dan membaca al-Qur`an, sebagaimana dijelaskan oleh hadis sahih. Jadi, hukum apa yang dilakukan lelaki tersebut boleh dan bahkan termasuk ibadah agung. Beliau melanjutkan, hukum ini berlaku kepada siapa pun, baik orang dewasa atau selainnya—termasuk anak kecik sekali pun—dengan beberapa syarat.

Apa saja syarat tersebut? Sebagaimana yang telas dijelaskan, yakni tidak mengganggu dan mengotori masjid. Perhatikan redaksi berikut:

هذا كُلُّهُ حَيْثُ كان الْمُتَعَلِّمُونَ مُمَيِّزِينَ يُؤْمَنُ منهم تَنْجِيسُ الْمَسْجِدِ وَتَقْذِيرُهُ وَعَدَمُ التَّشْوِيشِ على الْمُصَلِّينَ فَإِنْ كان فِيهِمْ غَيْرُ مُمَيِّزِينَ لَا يُؤْمَنُ تَنْجِيسُهُمْ أو تَقْذِيرُهُمْ له حَرُمَ على الْمُعَلِّمِ إدْخَالُهُمْ (الفتاوى الفقهية الكبرى: ج 1 / ص 61)

Artinya: “Semua ini (hukum memasukkan shobi ke masjid) apabila anak-anak yang belajar tersebut tamyiz, sehingga aman dari menajisi dan mengotori masjid dan tidak ada unsur mengganggu orang-orang shalat (jemaah lain). Namun, jika terdapat selain shobi tamyiz yang dapat menajisi dan mengotori masjid, maka haram bagi pengajar (lelaki) tersebut memasukkannya.” ( lihta  al-Fatawā al-Fiqhīyyah al-Kubrā juz 1 halaman 61 [maktabah syamilah])

Antara Makruh atau Haram

Dua syarat ini, harus tidak mengganggu dan mengotori masjid, jika tidak terpenuhi maka hukumnya bisa haram atau makruh. Seperti penjelasan Imam Ibnu hajar yang menyatakan haram, ini apabila ada dugaan kuat akan mengotori atau menajisi masjid, jika tidak ada dugaan kuat, maka hukumnya hanya sebatas makruh. Perincian ini dijelaskan oleh Syekh Zakariya an-Anshari dalam kitab Asnā al-Matālib Syarh Raudha at-Thālib juz 1 halaman 186. Redaksinya sebagaimana berikut:

وَالْمَذْكُورُونَ إنْ غَلَبَ تَنْجِيسُهُمْ لِلْمَسْجِدِ حَرُمَ تَمْكِينُهُمْ من دُخُولِهِ وَإِلَّا كُرِهَ (أسنى المطالب في شرح روض الطالب : ج 1 / ص 186)

Artinya: “Penjelasan tersebut (hukum mencegah shobi masuk masjid) apabila ada dugaan kuat akan menajisi masjid maka membiarkannya hukumnya haram, tapi kalau tidak ada dugaan kuat hanya sebatas makruh.”

Senada dengan perincian ini, yakni apa yang sampaikan Syekh Tarmasi dalam masalah mengganggu. Hukum haram yang dinyatakan Imam Ibnu Hajar tersebut apabila sangat mengganggu, tapi jika tidak sangat maka hukumnya hanya makruh, tidak sampai haram.

Walhasil, boleh membawa anak ke masjid, bahkan dianjurkan, sebagai pembelajaran dan pembiasaan. Namun, syarat-syarat yang sudah diuraikan harus menjadi perhatian, jangan sampai abai tanpa memerhatikan karena berefek hukum haram.

Semoga bermanfaat. Wallāhu `A’lam.

Daftar Rujukan:

  • Ibnu Ziyad. Ghāyah Talkhīshil-Muād min Fatāwā Ibnu Ziyād. Maktabah Syamilah;
  • Ibnu Hajar al-Haitami. al-Fatawā al-Fiqhīyyah al-Kubrā. Maktabah Syamilah;
  • Zakariya an-Anshari. Asnā al-Matālib Syarh Raudha at-Thālib. Maktabah Syamilah; dan
  • Abu Hamid al-Ghazali. Ihyā’ Ulūmiddīn. Maktabah Syamilah; dan
  • Lain-lain.

Kontributor

  • Syifaul Qulub Amin

    Alumni Pondok Pesantren Nurul Cholil, Demangan Barat, Bangkalan, Madura. Sekarang aktif menjadi kontributor sekaligus editor di Website PCNU Bangkalan. Penyuka tumpukan buku dan kitab gundul. Lagi fakus menulis buku dan merambuti kitab gundul (menerjemah).