Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kisah Syekh Abdul Aziz al-Syahawi puluhan tahun membaca al-Quran tanpa melihat mushaf

Avatar photo
35
×

Kisah Syekh Abdul Aziz al-Syahawi puluhan tahun membaca al-Quran tanpa melihat mushaf

Share this article

Dalam suatu kesempatan Maulana Syekh Abdul Aziz al-Syahawi memasuki sebuah toko buku dan membeli mushaf dengan riwayat ad-Duri.

Lalu salah satu murid beliau dari Mesir bertanya, “Wahai guru mulia, bukankah engkau hafal al-Quran dengan semua riwayatnya?”

Jawab beliau dengan santai, “Iya alhamdulillah, aku membeli mushaf agar rumah dan keluargaku mendapatkan keberkahannya.”

Saya masih ingat ketika ngaji kepada beliau kitab Salalim al Fudhola’ karya Syekh Nawawi Banten. Dalam pertengahan bahasan kitab, beliau menimpali dengan pertanyaan, “Mana yang lebih baik, membaca al-Quran dengan melihat mushaf atau tanpa melihat mushaf?”

Lalu saya menjawab, “Sampai saat ini yang saya ketahui, sesuai keadaan sang pembaca wahai guru. Jika dirasa lebih bisa mentadabburi dengan melihat maka melihat mushaf lebih baik baginya, dan jika tidak maka menggunakan hafalanya itu lebih baik.”

Lalu beliau meneruskan:

قال الإمام النووي في الأذكار : إن كان القارئ من حفظه يحصل له من التدبر والتفكر وجمع القلب أكثر، فالقراءة من الحفظ أفضل، وإن كان متساويين فمن المصحف أفضل. )وهو مراد السلف(

“Andaikan qari’ (pembaca Al-Quran) dari membaca al-Quran dengan hafalannya lebih mampu membuat dirinya menghayati dan memahami isi kandungan Al-Quran dari membaca mushaf, maka membaca Al-Quran dengan hafalannya itu lebih utama. Berbeda apabila tingkat ketenangan dan penghayatan terhadap isi kandungan Al-Quran itu relatif seimbang (antara melihat dan tanpa melihat mushaf) maka skala prioritasnya adalah pendapat yang mengatakan membaca Al-Quran sambil melihat mushaf jauh lebih utama. Inilah pendapat yang dikehendaki ulama salaf.”

Kemudian beliau melanjutkan dengan berkata: Banyak ulama berpendapat bahwa membaca al-Quran dengan melihat mushaf itu lebih baik, karena seperti yang kita tahu bahwa melihat mushaf itu adalah obat, dan ibadah. Akan tetapi di sini ada rincianya :

1. Untuk penghafal al-Quran : yang lebih baik baginya adalah membaca al-Quran tanpa melihat mushaf. Ketika hafalanya sudah mutqin (sangat kuat), ia bisa mentadabburinya dan ini adalah cara jitu untuk mengulang hafalannya.

2. Yang belum hafal al-Quran : melihat mushaf lebih baik baginya, di samping pahala membaca al-Quran yang sangat agung, melihat dan memegang mushaf itu juga mengandung pahala besar.

Imam Nawawi berkata:

القراءة من المصحف أفضل من القراءة عن ظهر القلب، لأن النظر في المصحف عبادة مطلوبة

Membaca Al-Quran seraya melihat mushaf lebih utama dibanding membaca Al-Quran tanpa melihat mushaf, karena membaca dengan melihat mushaf adalah suatu ibadah yang dianjurkan.

3. Bagi yang belum bisa membaca al-Qur’an, maka baginya agar berusaha untuk selalu belajar membaca al-Quran dengan cara bertalaqqi secara musyafahah dengan bertatap muka langsung dengan sang guru, karena hal itu sangat berpengaruh dalam bagusnya pengucapan makhraj (tempat keluar huruf) dan penerapan hukum tajwid dalam membacanya. Juga diselingi dengan memperbanyak mendengar bacaan al-Quran entah dari rekaman atau bacaan langsung dari pembaca. Di sini beliau merekomendasikan bacaan Syekh Mahmud Kholil al Hussary.

Dan beliau melengkapi, sesungguhnya tujuan utama membaca al-Quran adalah tadabbur, maka dimana kamu menemukannya itu adalah porsimu. Sekiranya bagi yang sudah hafal dan mutqin bisa mentadabburinya tanpa melihat mushaf itu lebih baik baginya. Bagi yang belum hafal maka melihat lebih baik dengan berusaha untuk selalu mentadabburi isi al-Quran.

Di akhir beliau menutup dengan bercerita: Lebih dari 55 tahun aku tidak pernah membuka mushaf, dan apabila aku membaca al-Quran dengan melihat mushaf maka bacaanku tidak karuan dan selalu salah. Alhamdulillah Allah telah memberiku salah satu nikmat yang sangat agung yaitu menghafal kalam-Nya.

أعاننا الله على القيام بحق القرآن الكريم

Kontributor

  • Ade Rizal Kuncoro

    Dari Madiun Jawa Timur. Alumni PP Hamalatul Qur'an Jogoroto Jombang. Sekarang menjadi mahasiswa Universitas al-Azhar Fakultas Ushuluddin Jurusan Hadits.