Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Berita

10 Poin Penting dalam Talaqqi Akbar Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi di Masjid Istiqlal Jakarta

Avatar photo
167
×

10 Poin Penting dalam Talaqqi Akbar Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi di Masjid Istiqlal Jakarta

Share this article
Maulana Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi di Masjid Istiqlal, Jakarta.
Maulana Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Maulana Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi, Mahaguru Ulama Mazhab Syafi’i di Al-Azhar dan Mesir mengisi pengajian umum dalam Talaqqi Akbar di Masjid Istiqlal pada Jumat malam bakda Isya, 7 Februari 2025.

Talaqqi Akbar yang dihadiri oleh ribuan jamaah, diawali dengan pembacaan kitab Majmu’ Ast-Ta’lifat, Bab Kasyful Ghummah fi Taqlid Al-Aimmah, karangan murid kinasih Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi di Mesir, bernama Muhammad As-Sa’dani Al-Azhari.

Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi menyampaikan beberapa permasalahan penting seputar hadis Nabi tentang agama adalah berbuat kebaikan secara tulus, mazhab fikih, imam mazhab yang empat dan keharusan mengikuti mereka, serta kewajiban membekali diri dengan ilmu sebelum kita melakukan ibadah, sebab ibadah tanpa ilmu tidaklah sah.

Berikut poin-poin penting yang disampaikan oleh Syekh Abdul Aziz Asy-Syahawi dalam Talaqqi Akbar tersebut:

  1. Agama Islam adalah berbuat kebaikan, yang ditujukan kepada Allah, Rasulullah, Kitabullah, pemimpin kaum muslimin dan sesama umat Islam. Berbuat baik kepada Allah, diwujudkan dengan mengesakan dan tidak menyekutukan-Nya. Berbuat baik kepada Rasulullah diwujudkan dengan menaati dan mencintainya. Berbuat baik kepada al-Quran diwujudkan dengan mengamalkan kandungan maknanya.
  2. Selanjutnya, berbuat baik kepada pemimpin adalah dengan mematuhi dan menasihatinya dengan baik. Berbuat baik kepada sesama muslim adalah mencintai apa-apa yang baik mereka sebagaimana mencintai hal tersebut untuk diri sendiri.
  3. Allah swt. sangat menyayangi umat Islam dengan adanya imam mazhab yang empat: Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Asy-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hanbal. Mereka semua berada dalam petunjuk karena dalam diri mereka terdapat sifat-sifat mulia. Mereka tipikal ulama yang zuhud dalam dunia, memenuhi hak-hak Allah dan sesama, tekun dalam beribadah, bahkan waktu malam mereka lebih sering dipakai untuk ilmu dan ibadah daripada untuk tidur dan istirahat.
  4. Dengan ketokohan, kealiman dan kezuhudan mereka , maka wajib bagi kita dan umat muslim lainnya untuk mengikuti salah satu dari mereka dalam kaitannya dengan tuntunan beribadah dan beragama.
  5. Mazhab dan ijtihad para imam mazhab telah diterima oleh umat sedari dahulu dan diikuti umat Islam hingga sekarang. Mazhab mereka tercatat dengan baik, dikaji dan disyarah oleh ulama-ulama pengikut mazhab yang sempat sehingga kita bisa menunaikan ibadah secara mudah berkat panduan-panduan dari mereka.
  6. Kita dan umat Islam lainnya tidak boleh keluar dari mazhab mereka. Keempat imam mazhab ini telah mengkaji al-Quran dan sunnah dengan teliti dan hati-hati, dan kita pun bisa memahami al-Quran dengan merujuk pada pemahaman mereka.
  7. Segala sesuatu yang wajib ditunaikan dari ibadah-ibadah yang diperintahkan dalam agama kita, maka wajib pula mempelajari dan mengetahuinya.
  8. Ada tiga fardu ain yang harus ditunaikan oleh setiap orang dalam kapasitasnya sebagai orang muslim dan mukmin. Pertama, dia harus belajar ilmu fikih sebab dengan ilmu inilah ia akan bisa beribadah dengan benar. Kedua, belajar ilmu akidah di mana dengan ilmu ini ia bisa meluruskan akidahnya supaya terbebas dari taklid, dan supaya keyakinan dan keimanan kita berangkat dari ilmu, tidak ikut-ikutan. Ketiga, belajar ilmu untuk membersihkan hatinya dengan cara belajar tasawuf.
  9. Ilmu tasawuf seperti layaknya ilmu-ilmu keislaman lainnya. Jika ada ilmu tasawuf yang bertentangan dengan syariat, maka kaum sufi akan menjadi orang pertama yang menolak dan menentangnya dengan sangat keras.
  10. Sekarang ada sebagian kalangan yang memilih menggunakan fikih dalil dan enggan berpegangan pada fikih mazhab. Menurut Syekh Syahawi, ada kemungkinan mereka tidak membaca al-Quran dengan benar. Orang-orang yang menyerukan agar meninggalkan fikih mazhab dan kitab-kitab fikih, tidak menyadari posisi dirinya sebab tanpa kehadiran para imam mazhab kita sendiri tidak bisa memahami al-Quran dengan benar. Selayaknya orang yang berangkat ke tanah suci untuk haji dan umrah, tidak dapat melakukan ibadah suci jika tidak ada mursyid yang membimbingnya.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.