Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Ibadah

Pengertian haji akbar dan cara menggapainya menurut Syekh Nuruddin Itr

Avatar photo
51
×

Pengertian haji akbar dan cara menggapainya menurut Syekh Nuruddin Itr

Share this article

Tulisan ini akan mengulas mengenai haji akbar dan cara menggapainya yang diringkas dari tulisan Syekh Nuruddin Atr.

Tersebut dalam al-Quran redaksi “yaumal hajjil akbari” (pada hari haji akbar) sebagaimana tiap lisan orang-orang meredaksikan dengan sifat haji akbar ketika hari Arafah bertepatan dengan hari Jumat, hingga hal itu diimajinasikan banyak orang bahwa makna itulah yang dimaksud al-Quran, sebagaimana sebagian orang yang lain menuduh bahwa pelabelan Haji Akbar itu batil (salah). 

Lantas apa yang dimaksud “yaumal hajjil akbar” itu? Dan kenapa haji itu disifati dengan akbar dalam al-Quran? Dan apa karena inikah yang diketahui orang-orang ada kaitan dengan ayat al-Quran itu? Jika tidak, lantas apakah ada sumber (hadis) yang sahih dan dapat dijadikan pedoman tentangnya?

Asalnya adalah al-Quran.

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebelum ini, mau tidak mau dan sebelum membahas yang lain harus kembali kepada sumber asal, lalu dengan sifat “haji akbar” ini dan mengetahui dilalahnya dan apakah dilalah itu dapat digunakan sebagai dasar yang populer di masyarakat atau tidak? Dan apa justifikasinya, kalau begitu?

Bahwa sumber utama generalisasi ini adalah al-Quran surah al-Taubah: 3. Allah berfirman:

وَأَذَٰنٌ مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦٓ إِلَى ٱلنَّاسِ يَوْمَ ٱلْحَجِّ ٱلْأَكْبَرِ أَنَّ ٱللَّهَ بَرِىٓءٌ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ ۙ وَرَسُولُهُۥ

Apa maksud âdzân di situ?

Âdzân di situ maksudnya adalah al-I’lâm (pemberitahuan). Nabi ﷺ mengutus Sayyidina Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu untuk menyampaikan pada orang-orang mencakup empat perkara:

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu:

بَعَثَنِي أبُو بَكْرٍ رضي الله عنه ، فِيمَن يُؤَذِّنُ يَوْمَ النَّحْرِ بِمِنًى: «لاَ يَحُجُّ بَعْدَ العامِ مُشْرِكٌ، ولاَ يَطُوفُ بِالبَيْتِ عُرْيانٌ، ويَوْمُ الحَجِّ الأكْبَرِ يَوْمُ النَّحْرِ»، وإنَّما قِيلَ الأكْبَرُ مِن أجْلِ قَوْلِ النّاسِ: الحَجُّ الأصْغَرُ، فَنَبَذَ أبُو بَكْرٍ إلى النّاسِ فِي ذَلِكَ العامِ، فَلَمْ يَحُجَّ عامَ حَجَّةِ الوَداعِ الَّذِي حَجَّ فِيهِ النَّبِيُّ ﷺ مُشْرِكٌ

Abu Bakr Radhiyallahu ‘anhu mengutusku sebagai salah seorang yang menyampaikan pengumuman pada hari Nahar (tanggal sepuluh Dzul Hijjah) di Mina: “Tidak boleh berhaji orang musyrik setelah tahun ini, dan tidak boleh melakukan thawaf di Baitullah dalam keadaan telanjang dan haji akbar adalah hari Nahar”. Dan disebut haji akbar hanyalah karena adanya pernyataan orang-orang tentang haji ashghar (kecil) maka Abu Bakr mengumumkan kepada masyarakat pada musim haji tahun itu bahwa (haji akbar) adalah saat orang-orang musyrik tidak berhaji pada haji wada’ yang ketika itu Nabi ﷺ melaksanakannya. (HR. Al-Bukhari).

Al-Imam al-Thabari menafsirkan pemberitahuan ini dengan riwayat dari Abi Ja’far Muhammad bin Ali bin al-Husain bin Ali Radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Ketika surah Baraah diturunkan pada Rasulillah ﷺ dan beliau saat itu mengutus Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu untuk mengurusi haji, lalu dikatakan: Ya Rasulallah! Andainya Anda mengutus pada Abu Bakar?

Rasulullah ﷺ pun menjawab: Tidak memenuhi urusanku kecuali seseorang dari Ahli Baitku. Kemudian beliau memanggil Ali. Lantas, beliau bersabda: 

Pergilah dengan membawa kisah surah Baraah ini. Dan beritahulah orang-orang pada hari nahr ketika mereka berkumpul di Mina bahwa orang kafir tak akan masuk surga, tidak boleh orang musyrik berhaji setelah tahun ini, tidak boleh orang telanjang thawaf di Baitullah, dan sesiapa yang mempunyai perjanjian dengan Rasulillah ﷺ, maka perjanjian itu tetap berlaku hingga masanya.

Lalu, Ali keluar dengan mengendarai unta Rasulillah ﷺ yang bernama al-‘Adhbâ’ hingga berjumpa Abu Bakar di jalan. Ketika Abu Bakar melihat beliau, Abu Bakar bertanya:
Kamu sebagai amir (pimpinan haji) atau sebagai anggota rombongan?

Ali menjawab: Bahkan sebagai anggota rombongan. Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan. Lantas Abu Bakar memimpin jamaah haji, sementara Bangsa Arab saat itu di tahun itu berada pada tempat-tempat haji seperti biasa di masa jahiliah.

Hingga ketika hari nahr (10 Dzulhijjah), Ali bin Abi Thalib berdiri, lalu memberitahukan pada manusia dengan amanat yang diperintahkan Rasulullah ﷺ, lalu beliau berkata:
Wahai manusia! Orang kafir takkan masuk surga, tidak boleh orang musyrik berhaji setelah tahun ini, tidak boleh thawaf di Baitullah orang yang telanjang, dan sesiapa yang mempunyai perjanjian dengan Rasulillah ﷺ, maka perjanjian itu tetap berlaku hingga masanya.

Sehingga orang musyrik tidak berhaji setelah tahun itu dan orang yang telanjang tidak thawaf di Baitullah . Kemudian, keduanya mendatangi Rasulullah ﷺ. Sehingga hal ini merupakan putus-hubungan diantaranya dari orang musyrik yang melakukan perjanjian di tahun itu dan orang yang melakukan perjanjian terbatas hingga waktu tertentu.

Demikian riwayat-riwayat ini saling menopang dan dengan detail menjelasakan kata âdzân dengan empat perkara, hingga tidak ada keraguan akan ke-tsubutan-nya. Karenanya, inilah âdzân dari Allah dan Rasul-Nya kepada

 manusia pada hari haji akbar.

Apa maksud yaumal hajjil akbar, kalau begitu?

Adapun yaumal hajjil akbar tersebut dalam al-Quran telah kita temukan tafsirnya dalam HR. Al-Bukhari yaitu hari nahr, dan terdapat pula beberapa riwayat selain itu hingga ada lima pendapat, yaitu (1) Hari Arafah, (2) Hari Nahr dalam arti Idul Adha, (3) Keseluruhan hari-hari Haji, (4) Thawaf Ifadhah, (5) Hari ketika Rasulullah ﷺ melaksanakan haji.

Tahqiq (penelitian lebih mendalam) dalam pendapat-pendapat ini: Pendapat ke-4 ditakwilkan pada pendapat kedua dan ketiga. Pendapat ke-5 adalah pendapat lemah dari sisi pendapat itu sebagai tafsir dari ayat al-Quran itu.

Adapun pendapat no. 1, 2, dan 3 maka berdasar pada dalil shahih naql dan berdasar pada akal yang maqbul.

Lalu, apa itu haji akbar? (1) Haji yang telah diketahui sebagai kebalikan dari umroh. Disifati akbar karena keistimewaannya dari umroh yang disebut sebagai Haji ashghar, (2) Haji Qiran, (3) Bertemunya hari Arafah pada hari Jumat.

Tetapi, manakah yang tepat pengertian haji akbar terkait ayat al-Quran di atas?

No. 1 yaitu haji yang telah diketahui sebagai kebalikan dari umroh, karena: (1) Dalil-dalil di atas tentang tafsir yaumal hajjil akbar dan penjelasan terkait kekuatan dalil tersebut bahwa hari Arafah, hari nahr, dan hari-hari nahr mengharuskan bahwa yang dimaksud haji akbar dalam ayat itu adalah haji kebalikan umroh karena ketiadaan kekhususan qiran.

(2) Tafsir ayat bahwa haji akbar adalah bertemunya hari Arafah dengan hari Jumat atau saat Rasulullah ﷺ berhaji adalah jauh dari kenyataan saat ayat itu diturunkan. Karena ayat itu diturunkan sebelum Nabi berhaji, tetapi Abu Bakar yang diperintahkan berhaji dan saat itu hari Arafah tidak bertemu di hari Jumat.

(3) Tersebut dalam hadis bahwa umroh disebut sebagai haji ashghar, sehingga menguatkan bahwa maksud haji akbar dalam ayat itu adalah ibadah haji yang biasa diketahui dengan manasik yang lebih dari ibadah umrah.

Haji mabrur itulah haji akbar sebenarnya. Sebagaimana dawuh Rasulullah ﷺ:
Tak ada balasan bagi haji mabrur kecuali surga.
 

Kontributor

  • Nur Hasim

    Asal Madiun Jawa Timur. Menyelesaikan studi di Institut Agama Islam Banten dan sekarang melanjutkan di Qatar.