Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Kala Seorang yang Saleh Tidak Mengetahui Kewaliannya

Avatar photo
22
×

Kala Seorang yang Saleh Tidak Mengetahui Kewaliannya

Share this article

Syeikh Abu Abdillah bin Khafif adalah seorang Waliyullah dari golongan Abdal, di mana beliau tidak mengetahui derajat agungnya itu. Beliau baru menyadari tentang derajatnya tersebut kala melakukan perjalanan keliling daerah-daerah berharap agar Allah swt. mentakdirkan beliau bertemu dengan Wali-walinya Allah dari golongan Abdal.

Dalam Raudh al-Rayyâhin fî Hikâyah al-shâlihîn, Syeikh Abdullah As’ad al-Yafi’i menceritakan bahwa Syeikh Abu Abdillah bin Khafif kala berkeliling ingin berjumpa dengan para Wali Badal telah merasa lelah akibat lamanya beliau berkeliling namun tidak juga ditakdirkan berjumpa dengan para Wali Badal, akhirnya beliau kembali ke wilayah Estakhr Persia (Iran). Di wilayah tersebut beliau masuk di perkumpulan orang-orang Sufi, di situ beliau melihat ada sembilan Masyayikh dan di hadapan mereka ada hidangan makanan.

Di antara kesembilan Masyayikh tersebut, Syeikh Abu Abdillah bin Khafif mengenali beberapa di antaranya, yaitu Syeikh al-Hasan bin Abi Sa’ad dan Syeikh Abul Azhar bin Hayyan. Syeikh Abu Abdillah bin Khafif berhenti sejenak memandang para Masyayikh tersebut kemudian beliau berwudlu dan selepas beliau berwudlu para Masyayikh tersebut mempersilahkan beliau bergabung. Beliau akhirnya duduk dengan para Masyayikh tersebut, bersama-sama makan hidangan yang ada kemudian istirahat mengambil tempat masing-masing.

Kala itu Syeikh Abu Abdillah bin Khafif tertidur sejenak dan bermimpi bertemu baginda Nabi saw. yang berkata pada beliau:

يا ابن خفيف، من كنت تطلبهم وترجو مجالسهم، هم هؤلاء في هذا البلد وانت منهم

“Wahai Ibnu Khafif, orang yang kamu ingin tuju dan kamu harap dapat berkumpul dengan mereka itu, ya merekalah orang-orangnya (Para Wali Abdal) Wilayah ini, dan kamu juga termasuk bagian dari pada mereka”

Mimpi ini membuat nafsu Syeikh Abu Abdillah bin Khafif mendorong beliau agar apa yang beliau alami dalam mimpi tersebut disampaikan kepada para Masyikh di situ agar dapat respect. Namun beliau tidak kunjung juga menuruti nafsunya hingga saat Siang datang, Syeikh al-Hasan bin Abi Sa’ad menemui beliau dan berkata; “Wahai Abu Abdillah, Ceritakan pada mereka tentang kejadian dalam mimpimu tadi”. Maka Syeikh Abu Abdillah bin Khafif pun mengabarkan mimpi beliau tersebut pada para Masyayikh yang ada di situ dan selepas itu mereka berpencar menyebar ke berbagai wilayah setelah mendengar kabar itu.

Pada cerita yang lain, ada seseorang yang saleh melakukan perjalanan berharap juga dapat berjumpa dengan para wali Badal. Kala itu sudah sore dan dia berniat istirahat mengambil tempat di pesisir pantai kota Basrah agar mudah mengambil air wudlu. Di tempat itu dia melihat ada sepuluh orang yang berkumpul duduk di sajadahnya masing-masing namun tidak ada teko air atau bekal perjalanan kesufian nampak pada kesepuluh orang tersebut.

Kala mereka melihat kedatangan orang saleh itu, mereka berdiri dan mempersilahkannya bergabung dengan mereka lalu mereka kembali sibuk duduk di tempatnya masing-masing dan tidak melihat satu sama lainnya hingga terbenamnya Matahari. Maka berdirilah salah satu di antara kesepuluh orang tersebut dan masuk menyelami laut, entah bagaimana cara dia bernapas di dalam laut namun yang dilihat oleh orang yang saleh itu bahwa orang yang masuk laut tadi berhasil kembali dengan membawa sebelas hidangan ikan yang sudah dipanggang baik.

Ikan-ikan itu kemudian dihaturkan pada setiap orang di situ dengan rata untuk dimakan dan dia sendiri (orang yang masuk laut) juga makan namun dengan ukuran ikan yang lebih besar dari pada yang lain. Mereka acuh tak acuh dengan keadaan satu sama lainnya, sibuk diam di atas sajadahnya masing-masing hingga datanglah waktu Subuh.

Salah satu di antara orang sepuluh tadi adzan lalu mereka shalat serentak secara berjamaah di atas sajadah mereka masing-masing. Orang saleh yang baru bergabung dengan kesepuluh orang tersebut melihat bahwa setelah shalat jamaah, kesepuluh orang itu menuju laut dan berjalan di atas air. Namun orang yang masuk Laut kemarin (yang menghidangkan ikan dan makan ikan lebih besar dari pada lainnya) tenggelam tidak dapat berjalan di atas air. Atas kejadian ini, kesembilan orang yang lain menoleh padanya dan berkata:

يا فلان من خاننا فليس منا

“Wahai Fulan, orang yang mengkhianati kita bukanlah termasuk golongan kita”

Kejadian ini hanya mampu dilihat oleh orang yang saleh itu dari tepi pantai, ia akhirnya hanya bisa mengemasi barang-barangnya untuk pergi dan membiarkan orang yang telah dianggap berkhianat tadi menyesal dan meratap sendiri di tempat itu.

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.