Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Imam Istanbul, ‘Sang Ayah’ bagi Pecandu Narkoba

Avatar photo
23
×

Imam Istanbul, ‘Sang Ayah’ bagi Pecandu Narkoba

Share this article

Ini adalah cerita seorang
imam yang berasal dari Turki yang membawa banyak pecandu narkoba kembali dari
tepi jurang kehidupan.

“Jumlah pecandu narkoba di
area ini jauh lebih banyak dibanding tempat lainnya. Selepas waktu sholat, saya
pulang ke rumah dengan sangat gugup.
Suatu hari, mereka mencegat
saya, memintai saya uang, dan saya berikan.
Ketika saya sampai dirumah,
saya berbincang dengan istri tentang apa yang kiranya dapat kami lakukan untuk
orang-orang ini. Gaji saya tidak bakal cukup jika saya memberikannya tiap kali
mereka meminta,” cerita Imam Emin Kir kepada TRT
World
.

Kir dikenal dengan sebutan
Baba (bapak, red.) mantan para pecandu narkoba yang sekarang sama-sama mengurus
masjid dan memberi dukungan kepada banyak orang dengan kondisi yang sama. Dia
telah memberikan uluran tangan kepada mereka yang membutuhkan, menyediakan
akomodasi bagi para tunawisma dan membantu para pecandu narkoba pulih selama
lebih dari 15 tahun di Instanbul.

Kir adalam Imam Masjid Kaab
di Instanbul, bertempat di komplek bersejarah, Balat. Dia telah membantu lebih
dari 30 pecandu narkoba untuk bertahan hidup ketika kehilangan arti dari hidup
mereka. Setiap hari dia menawarkan sup dan teh di masjid untuk para tunawisma.

“Ketika ada orang yang
datang kemari, kami tidak menanyakan tentang apa agama mereka, siapa mereka.
Mereka adalah manusia layaknya kita semua, kita harus menunjukan kasih sayang,”
kata Emin Kir.

“Ini (masjid, red.) adalah
rumah Allah SWT. Semua hal baik bisa dilakukan di sini karena masjid adalah
tempat yang merangkul orang-orang dari semua lapisan masyarakat.”

Pada tahun 2006, Kir
diangkat sebagai imam Masjid Kaab yang terletak di sisi barat Golden Horn di
Istanbul.

Setelah mengemban tugas di
sana, dia dikejutkan oleh banyaknya orang yang menggunakan narkoba dan
mengonsumsi alkohol di sekitar tempat ibadah. Kir memutuskan cara terbaik untuk
menangani situasi ini adalah melalui kasih sayang.

“Suatu hari mereka mencegat
saya lagi, salah satunya bernama Ramadhan. Saya mengatakan kepada mereka bahwa
saya akan membuatkan sup untuk mereka di masjid dan mereka setuju untuk
bergabung dengan saya.”

Kir meyakinkan masyarakat
untuk bersatu dan mendukung untuk menyediakan sup, makanan, dan teh bagi para pecandu.

Kir menemukan cara terbaik
untuk membantu para korban melawan setan mereka adalah melalui belas kasih. Dia
mulai menangani kebutuhan pengguna narkoba dengan syarat mereka tidak akan
membawa narkoba ke masjid.

Bantuannya tidak terhenti
hanya pada pecandu, tetapi dia juga membantu masyarakat menyelesaikan perbedaan
satu sama lain.

Dia juga menyediakan
makanan, tempat berteduh, kamar mandi dan pakaian untuk para tunawisma.

“Setelah beberapa waktu,
Ramadhan mulai tinggal bersamaku di masjid. Saya membangun kamar sederhana
untuk Ramadhan. Kami sarapan bersama setiap pagi untuk membantunya melunakan
hatinya dan kemudian dia mulai memanggil saya ayah,” cerita Kir kembali.

“Aku tidak pernah mengacuhkannya
sama sekali. Sampai akhirnya dia berhenti menggunakan narkoba.

Suatu hari dia meminta saya
mencarikan dia pekerjaan, kami menemukan pekerjaan da dia mulai menghasilkan
uang sendiri.

Tiga belas tahun kemudian,
pada 2019, dia meminta saya untuk mengirimnya pulang ke kampung halamannya,
Nigde. Sekarang dia bekerja, tidak kecanduan lagi. Kami berbicara setiap
minggu, dia masih mengunjungi saya ketika dia berkunjung ke Istanbul,” tambah
Kir.

Terinspirasi dari kisah Ramadhan
yang mendapat kehidupan baru, pada tahun 2019, sang Imam, Emin Kir, memutuskan
untuk membantu lebih banyak orang. Aksi ini didukung oleh gubernur setempat,
mufti, dan para dermawan.

“Dalam dua tahun terakhir,
kami telah mengulurkan bantuan kepada lebih dari 30 orang untuk membantu para pecandu
narkoba. Kami banyak mengambil pelajaran dari para mantan pecandu. Orang yang
kami tolong juga pada akhirnya membantu kami dalam merangkul para pecandu
lainnya, karena tentunya hanya mantan pecandu yang lebih bisa memahami sesama.”

Boris, mantan pecandu yang
berumur 24 tahun menggambarkan Imam Kir sebagai ayahnya.

“Pria ini meraih tangan saya,
dia membantu saya. Saya telah sembuh dari narkoba, mendapatkan pekerjaan dan
membangun hidup saya, saya bisa menghasilkan uang sendiri sekarang,” tutur Boris.

Menurut Imam Kir, jika kehidupan
orang-orang seperti mereka tidak kita sentuh jiwanya, mereka tidak akan
bergerak ke arah manapun.

“Beberapa orang mengkritik
saya. Mereka bilang, beberapa dari pecandu itu memiliki catatan kriminal yang
panjang. Saya tidak bisa melihat latar belakang seseorang yang meminta bantuan
saya. Agama saya memerintahkan saya untuk siap mengulurkan tangan jika
dibutuhkan,” kata Imam itu.

“Nabi kita yang terkasih bersabda
bahwa agama adalah ketulusan. Maka beriman berarti tulus kepada semua orang,
tersenyum kepada mereka, berbelas kasihan dan sanggup memenangkan hati seseorang.

Inilah yang terjadi di masjid
kami.

Orang-orang ini memanggilku
Ayah. Mereka hidup kembali. Mereka mengatakan alhamdulillah. Apakah ada
kebahagiaan yang lebih besar dari ini?” senyum merekah di bibir Kir saat
bercerita.

Imam Istanbul itu
melanjutkan lagi, “Saya telah bekerja di Turki selama 35 tahun, saya dibayar
oleh negara, jadi mengapa saya tidak melakukan hal-hal yang lebih untuk negara
saya?

Menjadi seorang imam tidak
hanya tentang memimpin sholat, tetapi juga untuk membantu anak-anak ini dan
menyentuh kehidupan orang-orang. Saya telah membesarkan anak-anak saya sendiri
berkat negara, dan sekarang saya berusaha berguna bagi negara saya.”

Kir menuturkan tentang
rencananya di masa yang mendatang. Beliau ingin membangun desa yang aktif dengan
berbagai kegiatan agar para pecandu tersebut bisa disibukkan dengan menyalurkan
energinya ke arah yang positif.

“Saya ingin membuka lokakarya
berdasarkan bakat para pecandu di desa. Kecanduan narkoba tidak hanya bisa
diobati dengan obat-obatan. Begitulah cara saya menyelamatkan Ramazan dan
lainnya, saya memberi mereka berbagai kegiatan positif, dan perlahan tapi pasti
membantu mereka menyingkirkan kecanduan,” tutup Imam Emin Kir.

Kontributor

  • Sultan Nurfadel

    Seorang mahasiswa Al-Azhar jurusan Akidah dan Filsafat. Warga Sunda yang mengaku sebagai calon presiden 2029.