Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Kisah

Rahasia Keistimewaan Shalawat Dalail Al-Khairat

Avatar photo
66
×

Rahasia Keistimewaan Shalawat Dalail Al-Khairat

Share this article

Air mata Sayidina Ubay bin Ka’ab RA seketika menetes
mendengar kabar tiada tara menggembirakan untuknya dari lisan seorang yang
paling jujur tutur katanya, “Wahai Ubay, Allah menyebut namamu, Dia
memerintahkanku untuk membacakan Al-Quran
untukmu?”

Air mata haru Ubay jatuh mengetahui bahwa ijazah membaca
Al-Quran dia terima langsung dari Sang Pemilik Kalam. Sehingga riwayat Al-Quran
yang melalui jalurnya menjadi salah satu yang paling terkenal hingga saat ini.
Apa
rahasia keberuntungan Ubay bin Ka’ab mendapatkan kemuliaan
amat besar ini di tengah keberadaan sahabat-sahabat lain yang mulia?

Di Mesir banyak qurra’ yang sangat mutqin hafalan Al-Quran
dan tajwidnya, serta indah suara lantunannya. Tetapi mengapa yang paling
diterima secara luas adalah: Syekh Muhammad Shiddiq Al-Minsyawi, Syekh Abdul
Bashit Abdul Shamad, Syekh Mahmud Khalil Al-Hushari dan Syekh Mahmud Ali
Al-Banna? Kira-kira apa
rahasianya?

Sebagai tambahan permisalan, dalam syarah-syarah untuk Kitab Shahih
Imam Muslim
. Banyak yang mensyarah kitab ini dengan sangat bagus, misalnya
Imam Al-Maziri, Al-Qadhi ‘Iyadh, Imam Al-Qurtubi, dari kalangan muta’akhirin
yang menurut Syekh Zahid Al-Kautsari sangat komprehensif, ada juga syarah milik
Syekh Syibbir Al-Utsmani berjudul Fathu Al-Mulhim. Tetapi mengapa yang
justru paling terkenal dan beredar luas adalah syarh milik Imam A
n-Nawawi, yang padahal bisa dikatakan hanya syarah sederhana.
Apa
rahasia Imam Al-Nawawi?

Kembali ke teka-teki keistimewaan yang didapatkan Sayidina
Ubay, apa rahasianya?

Apabila kita renungkan dan kawinkan riwayat ini dengan bukti-bukti
dari riwayat lain, kita menjumpai, pada suatu riwayat Ubay pernah mendatangi
Nabi SAW dan bertanya, “Ya Rasulullah, berapa persen saya alokasikan untuk bershalawat
untukmu dalam sehari?”

Nabi SAW hanya menjawab, “Semampu yang kau bisa.”

Ubay bertanya, “Bagaimana kalau sepertiganya?”

“Itu bagus. Jika lebih banyak, akan lebih bagus.”

“Bagaimana kalau setengahnya?

“Itu bagus. Jika lebih banyak, akan lebih bagus.”

“Bagaimana kalau dua pertiganya?”

“Itu bagus. Jika lebih banyak, akan lebih bagus.”

“Baiklah, duhai Rasulallah. Akan
kujadikan lisan ini sepanjang hari untuk bershalawat kepadamu.”

Begitulah komitmen Sayidina Ubay yang disampaikan di hadapan
Nabi SAW. Dalam artian, dalam dzikir dan doanya, Ubay tak pernah meminta kepada
Allah untuk diri pribadi, semuanya adalah permintaan untuk menyampaikan
shalawat kepada Nabi SAW.

Keranjingan Ubay dalam bershalawat
inilah yang kemungkinan besar menjadi
rahasia
ia mendapatkan kemuliaan
yang tiada tara, menjadi ulama spesialis Al-Quran dari kalangan sahabat.

Ini pula nampaknya yang menjadikan seorang Imam
Al-Juzuli
, nama dan karyanya begitu terkenal di kalangan umat Islam. Kita
semua akrab dengan Kitab Dalâil al-Khairât berisi kumpulan shalawat yang
beliau susun. Kitabnya ini dibaca dari masa ke masa dan di berbagai tempat di
dunia.

Syekh Yusuf An-Nabahani menceritakan
sebab Sidi Al-Juzuli menyusun Dalâil al-Khairât:

Suatu hari ketika waktu shalat tiba, Al-Juzuli hendak
mengambil air wudhu. Dia mendatangi sebuah sumur. Ternyata ia menemukan sumur
tersebut tengah kering. Ia pun kebingungan hendak mencari air ke mana.
Kebingungannya itu pecah ketika tiba-tiba dia mendengar seorang bocah perempuan
lewat dan bertanya kepadanya, “Siapa anda?”

“Saya adalah Juzuli.”

“Oh, jadi anda yang dipuji-puji orang-orang dengan bermacam
kebaikan. Tetapi saat ini anda tidak bisa berbuat apa-apa untuk mendapatkan
air?” Bocah itu mendengus mencibir, lalu meludah ke dalam sumur tersebut dan
seketika sumur itu penuh oleh air sampai meluap.

Setelah Syekh Al-Juzuli selesai berwudhu dengan air sumur
itu, dia berkata kepada bocah, “Demi Allah, beritahu aku, mengapa kamu bisa
mencapai martabah ini?”

Bocah itu menjawab, “Dengan banyaknya aku bershalawat kepada
seorang yang apabila berjalan di tanah yang tidak bertuan, maka semua binatang
buas akan menjadi jinak padanya dan berjejer berjalan di belakangnya.”

Mendengar jawaban itu, Imam Al-Juzuli bersumpah akan menyusun
sebuah kitab kumpulan shalawat
untuk Nabi
SAW dan akan banyak mengamalkannya setiap hari. Walhasil,
terlahirlah Kitab Dalail al-Khairat ini.

~Ringkasan dari penyampaian Maulana Syekh Abdullah Izzuddin
Al-Azhari di Acara Pengijazahan Shalawat Dalâil al-Khairât tadi malam (Malam
Jumat, 13 Sya’ban 1442 H di Griya KSW, Hay 10, Nasr City Kairo Mesir).

 

Kontributor

  • Zeyn Ruslan

    Bernama lengkap Muhammad Zainuddin Ruslan. Asal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pernah belajar di Pondok Pesantren Darul Kamal NW Kembang Kerang dan telah menyelesaikan studi S1 di Universitas Al-Azhar Kairo Mesir.