Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Berikut Bacaan untuk Peziarah Agar Menyatu Secara Ruhani

Avatar photo
27
×

Berikut Bacaan untuk Peziarah Agar Menyatu Secara Ruhani

Share this article

Dalam kitab Tanwîr al-Qulûb, tepatnya pada pasal Adâb al-Murîd fī Khâshshah Nafsihi, dipaparkan tentang bagaimana semestinya seorang Murid (salik tarekat) berperilaku dalam kesehariannya.

Mulai dari menghindari pergaulan jelek yang dapat melalaikan zikir pada Allah swt., meluangkan waktu bersendiri untuk zikir khusus yang diajarkan Mursyidnya dengan tanpa menambah dan mengurangi hingga menuntut dirinya agar selalu melaksanakan sunnah nabawiyah secara kaffah.

Pada bab itu juga, Syeikh Muhammad Amin al-Kurdi menyampaikan tentang cara bagaimana seorang Murid dapat sambung secara ruhaniyah dengan waliyullah yang ia ziarahi kuburnya.

Pertama, Murid tersebut kala datang masuk ke pesarehan waliyullah, haruslah memulai dengan ucapan salam pada sahib kubur. Lalu dia mengambil posisi berdiri mengarah pada wajah sahib kubur (membelakangi arah kiblat).

Kemudian ia memulai dengan membaca al-Fatihah sekali, dilanjutkan membaca surah al-Ikhlas sebelas kali serta Ayat Kursi sekali untuk dihadiahkan pada sahib kubur. Setelahnya, ia ambil posisi duduk dan menenangkan diri, menjauhkan panca indranya dari segala hal yang ada di sekitarnya, membayangkan pada dirinya ada sebuah cahaya.

Cahaya tersebut harus fokus dia jaga dalam kalbunya hingga ia merasakan kehadiran cahaya atau hâl dari sahib kubur. Untuk mencapai keadaan ini, seyogianya seorang Murid mengawali dengan menyatukan jiwanya dengan Syeikh Mursyidnya, meminta pertolongan dan menjadikan jiwa Mursyidnya sebagai perantara antara dia dan sahib kubur yang diziarahinya.

Syeikh Muhammad Amin kemudian menanggapi tentang perilaku peziarah yang mencium batu nisan, tembok atau kain cungkup kuburan seorang wali. Menurut beliau, hal demikian tidak masalah selagi niatnya untuk tabarrukan dan hanya sebuah ekspresi cinta pada waliyullah, sosok hamba saleh yang mampu dekat pada Allah swt. dan dicintai olehNya hingga mendapat derajat tinggi di masa hidupnya.

Yang pasti dan harus diyakini oleh peziarah adalah bahwa Allah swt. adalah satu-satunya Dzat Pencipta yang berkehendak pada segala hal yang terjadi.

 

Kontributor

  • Bakhrul Huda

    Kord. Akademik Ma'had Jami'ah UINSA Surabaya dan Tim Aswaja Center Sidoarjo.