Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Esensi dan Makna Doa dalam Islam

Avatar photo
31
×

Esensi dan Makna Doa dalam Islam

Share this article

Sudah jelas doa
merupakan salah satu ritual ibadah sekaligus sarana syiar bagi agama manapun.
Dengan hanya melihat cara mereka berdoa saja, kita bisa langsung tahu agama
yang mereka anut tanpa harus bertanya terlebih dahulu.

Pada satu kesempatan, saya pernah ditegur oleh salah satu
habib waktu sedang berkunjung kekediamannya, gara-gara menggabungkan kedua
jari-jari tangan saya. Beliau bilang bahwa hal yang saya lakukan adalah
cara berdoa
orang Nasrani.

Hal serupa terulang lagi ketika saya dan beberapa teman
sowan ke salah satu syekh di Maroko. Beliau juga mengatakan hal yang sama,
bahwa itu adalah ritual doa bagi penganut Masihiyah (Nasrani).

Bagi agama Islam, berdoa dikategorikan sebagai taklif syariat
dalam ibadah. Ditambah lagi dengan hampir setiap ibadah yang ada di Islam
mengandung unsur doa di dalamnya. Bahkan dengan jelas, Nabi Muhammad saw.
mengatakan dalam hadits riiwayat an-Nu’man bin Basyir:

إن الدعاء هو
العبادة

“Sesungguhnya
doa
adalah ibadah
.”

Ini menunjukkan bahwa berdoa
kepada Allah swt. adalah sumber ibadah. Sebab, apabila angan-angan manusia
terputus dari selain Allah, lalu dia menampakkan kelemahan dan hanya berdoa
kepada Allah, serta hatinya tidak berpaling kepada selain-Nya, maka berarti ia
telah mengakui bahwa Allah swt. memiliki kesempurnaan dan mengabulkan doa, dan
sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi dekat, serta Maha Kuasa atas segala
sesuatu.

Inilah hakekat
ibadah
dan esensi tauhid
.

Adapun sabda Nabi, “Doa
adalah inti atau esensi ibadah,” artinya doa adalah substansi dan ruh
ibadah. Ibadah tidak akan bisa tegak tanpanya. Sebagaimana manusia tidak akan
bisa tegak tanpa otak. 

Dengan begitu sudah jelas bahwa doa menunjukan bahwa ngumawulo
atau ubudiyah (menghambakan diri) mempunyai derajat yang tinggi di hadapan
Allah swt. Untuk itu sebagai umat muslim kita dianjurkan untuk selalu berdoa,
kapanpun, dan di manapun kita berada.

Sebagaimana yang diperintahkan Allah swt dalam Al-Qur’an surat al-A’raf ayat 55.

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ
الْمُعْتَدِينَ

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan
berendah diri dan suara yang lembut.”

Selain itu, maksud teragung dari berdoa
adalah sebagai sarana dikabulkannya hajat kita, membawa kebaikan, serta
menolak
keburukan
. Sebagaimana firman Allah swt.

“Bukankah Dia (Allah) yang
memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan, apabila dia berdoa kepada-Nya,
dan menghilangkan kesusahan.”
(Q.S.an-Naml: 62)

Lantas, kenapa masih saja banyak orang
mengeluh doanya tidak dikabulkan, padahal sudah rajin berdoa?

Imam az-Zahid Ibrahim
bin Adham
rahimahumullah
juga pernah ditanya hal yang sama. Ketika beberapa orang mengadu kepada beliau,
bahwa mereka tidak berhenti berdoa kepada Allah swt., namun masih saja belum dikabulkan-Nya.
Kemudian beliau menjawab:

“Kalian tahu Tuhan, tapi tidak
taat kepada-Nya. Kalian tahu Rasulullah, tapi tidak mengikuti sunnahnya. Kalian
tahu Al-Qur’an, tapi tidak mau mempelajarinya. Setiap hari kalian memakan
nikmat-Nya, tapi tidak tahu cara mensyukurinya. Kalian tahu surga, tapi tidak
mencarinya. Kalian tahu neraka, tapi malah berlari ke arahnya. Kalian tahu setan,
malah berteman denganya. Kalian tahu mati, tapi tidak bersiap menghadapinya.
Kalian melihat saudaramu di kubur, tapi tidak mengambil pelajaran darinya.
Kalian tidak peduli dengan aib sendiri, malah sibuk dengan aib orang lain.”

 

Kontributor

  • Noer Shoim

    Asal Ngabang, kota kecil di Kalimantan Barat. Pernah nyantri Ponpes Ihya Ulumaddin, Kesugihan Cilacap dan Sarang Rembang. Usai menyelesaikan sarjana di Maroko, sekarang menjadi mahasiswa Master Studi Islam di Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya.