Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Perempuan Hebat Zaman Rasul Yang Berani Memperjuangkan Hak-haknya

Avatar photo
27
×

Perempuan Hebat Zaman Rasul Yang Berani Memperjuangkan Hak-haknya

Share this article

Ada banyak kisah perempuan hebat yang bisa memberikan energi positif dalam kehidupan saat ini. Mereka adalah perempuan-perempuan yang namanya kekal dalam sejarah. Bukan hanya memberikan pengaruh untuk orang-orang terdekatnya saja, namun juga untuk umat manusia seluruhnya tanpa terkecuali.

Sayyidah Khadijah misalnya. Pada generasi pertama Islam, beliaulah perempuan pertama yang mendanai pergerakan penyebaran Islam. Tanpanya, Islam tidak akan sampai kepada kita sekarang ini.

Dalam Al-Quran, ada satu surat penuh yang menceritakan tentang seorang wanita, Khaulah binti Tsa’labah. Surat itu bernama Al-Mujadilah yang berarti perempuan yang mendebat. Sayangnya, banyak yang kemudian menganggap penamaan surat ini adalah untuk menggambarkan watak perempuan yang cerewet, suka mengadu dan mengeluh.

Dulu, ketika Khaulah dijatuhi dzihar oleh suaminya, dia langsung mendatangi Rasulullah Saw. Dzihar adalah sang suami menyamakan istrinya dengan sang Ibu yang berkonsekuensi haramnya berhubungan suami istri. Dia mengadu, “Ya Rasullah, suamiku bersumpah dzihar kepadaku.”

Rasulullah menjawab, “Ya sudah, kamu sekarang haram bagi suamimu.”

“Akan tetapi wahai Rasulullah, suamiku tidak mentalakku, bagaimana aku haram darinya?” bantah Khaulah.

“Kamu haram baginya sekarang,” jawab Rasulullah kedua kalinya.

Baca juga: Mendudukkan Perempuan dalam Islam dengan Adil

Khaulah terus mendebat. Dia kemudian berkata, “Wahai Rasul, Islam menghapus hukum-hukum jahiliyyah bukan? Aku tidak mau pisah dari suamiku.”

Rasul menjawab, “Demi Allah, tidak diwahyukan kepadaku selain itu.”

Khaulah lantas bertanya, “Apakah Allah SWT. mewahyukan segalanya kepadamu dan melupakan hal ini?”

Rasul kemudian terdiam. Saat beliau terdiam, Khaulah berkata dengan nada kesal, “Aku akan langsung mengadu kepada Allah, bukan kepada Rasul-Nya. Allah yang akan memenuhi hak saya.”

Ketika itu, Allah memberikan keputusan-Nya dengan menurunkan wahyu berupa surat Al-Mujadilah dan memberikan hak kepada Khaulah.

قد سمع الله قول التي تجادلك في زوجها وتشتكي إلى الله …. السورة

Itulah Khaulah, seorang wanita yang menuntut haknya karena merasa didzalimi, akhirnya Allah memberikan haknya. Berkat  Khaulah, turunlah hukum khusus tentang sumpah dzihar. Nama Khaulah akan tetap kekal sampai kapan pun sebagaimana kekalnya hukum dzihar. Seolah, Khaulah mengatakan kepada para perempuan, “Jika kalian ingin mendapatkan hak kalian, maka suarakanlah. Boleh jadi malah kalian akan mendapatkan melebihi yang seharusnya.”

Baca juga: Melihat Aurat Perempuan Menjadi Penyebab Suul Khatimah

Dulu, ada juga seorang perempuan bernama Ummu Sulaim yang datang kepada Rasulullah Saw menuntut haknya. “Wahai Rasul, kenapa kami para perempuan tidak disebutkan dalam Al-Quran sebagaimana laki-laki?” tanya dia.

Sebenarnya, Ummu Sulaim pun paham bahwa jika disebutkan lafadz mudzakkar (untuk laki-laki) dalam Al-Quran dan Hadits, itu maksudnya mencakup laki-laki dan perempuan, sebagaimana kaidah bahasa Arab demikian. Namun, Ummu Sulaim tetap tidak suka dengan hal itu dan menyampaikan kepada Rasulullah Saw.

Rasulullah pun terdiam. Akhirnya turunlah ayat panjang yang menyebutkan para perempuan sekalipun disebutkan lafadz mudzkkar untuk laki-laki;

إن المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات والقانتين والقانتات والصادقين والصادقات والصابرين والصابرات والخاشعين والخاشعات ….. الآية

Dulu, para sahabat perempuan tidak diam ketika merasa direndahkan sekalipun tentang julukan. Asma binti Umais ketika hijrah ke Habasyah, dia tinggal setahun di sana. Setelah kembali, dia hijrah ke Madinah menyusul yang lain.

Setelah sampai Madinah, Sayyidina Umar sudah ada di sana. Saat menemuinya, beliau meledek dengan mengatakan, “Kami mendahuluimu berhijrah wahai perempuan Habasyah.”

Asma sangat sedih mendengar ucapan itu dan dua menjawab, “Ya, kalian mendahuluiku dan Rasul pun bersama kalian memberi makan yang lapar dan mengajari ilmu ini dan itu.”

Tidak lama kemudian, Asma menemui Rasulullah Saw dan menceritakan apa yang terjadi. Rasul menjawab, “Tenang wahai Asma, sesungguhnya kalian adalah pemilik dua hijrah (hijrah ke Habasyah dan Madinah).” Sejak saat itu, Asma binti Umais dipanggil Asma Dzatu Hijratain, Asma yang berhijrah dua kali.

Baca juga: Ibnu Jubair Melihat Para Perempuan Kristen Berhijab di Palermo

Itulah beberapa contoh perempuan yang namanya kekal hingga sekarang. Ini belum termasuk istri-istri Nabi, belum pula surat-surat lain dalam Al-Quran yang membicarakan khusus tentang perempuan. Seperti surat An-Nisa’, Maryam, dan lain-lain.

Merekalah perempuan-perempuan yang berhak untuk kita teladani dan kita ambil kekuatan sebagai prinsip hidup. Merekalah para perempuan hebat yang berani memperjuangkan hak mereka dalam hidup. Merekalah perempuan-perempuan hebat yang namanya harum sampai kapan pun.

Kontributor

  • Ahmad Saiful Millah

    Asal Cilacap Jawa Tengah. Alumni YPPP Al-Hikmah 2 Sirampog, Brebes. Menyelesaikan S1 di Universitas Al-Azhar dan sekarang sedang menempuh program magister S2 di universitas yang sama, Fakultas Syariah Wal Qanun, Jurusan Siyasah Syar'iyyah. Aktif menjadi imam dan khatib Masjid Sekolah Indonesia Cairo dan Pembina Umum Rumah Syariah Mesir