Nama lengkapnya ialah Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Hakam bin Abi Al-Ash bin Umayah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf bin Qusay bin Kilab. Umar bin Abdul Aziz lahir di Hulwan, sebuah desa yang menjadi bagian dari negara Mesir, pada tahun 61 H/ 681 M. Ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim, merupakan cucu dari Khalifah Umar bin Khattab.
Umar bin Abdul Aziz terkenal sebagai khalifah arif dan bijaksana. Ia seorang pemimpin yang adil terhadap rakyatnya, sifatnya zuhud terhadap dunia. Hal itu membuatnya memperoleh julukan “Khulafaur rasyidin” kelima setelah Ali bin Abi Thalib.
Bahkan, sifat adil Umar bin Abdul Aziz dikatakan sudah jauh di hari diramalkan oleh kakeknya, Umar bin Khattab. At-Turmudzi dalam kitab Tarikhnya menyebutkan bahwa Umar bin Khattab pernah berkata bahwa nantinya dari keturunannya akan ada seorang laki-laki yang di wajahnya terdapat luka yang memenuhi bumi (dalam pemerintahannya) dengan keadilan. (As-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa hal 203).
Umar bin Abdul Aziz oleh Imam ad-Dzahabi dalam “Siyar a’lam an-Nubala” Juz V hal 115 mengutip perkataan Isma’il Al-Khutabi adalah seorang yang putih kulitnya, lembut wajahnya, tampan, kurus, jenggotnya bagus, kedua matanya dalam dan di dahinya terdapat bekas (luka) sepatu kuda. Oleh karenanya ia dinamakan juga dengan “Asyaj bani Umayyah”, orang yang terluka dari Bani Umayyah.
Baca juga: Menepis Isu Nepotisme Khalifah Utsman bin Affan
Luka di wajah Umar bin Abdul Aziz tersebut sendiri dikisahkan merupakan luka yang ia peroleh ketika masuk ke kandang kuda milik ayahnya pada saat ia muda. Ia terkena tendangan kuda hingga melukainya. Ayahnya kemudian mengusap darah dari wajahnya sembari berkata, “Jika engkau memang Asyaj bani Umayyah, maka engkau adalah orang yang berbahagia.”
Umar bin Abdul Aziz tergolong pemuda yang cerdas. Dia telah mengkhatamkan serta menghafal al-Qur’an sejak kecil. Setelah menghafal al-Qur’an, ia kemudian dikirim oleh ayahnya ke Madinah untuk mempelajari ilmu adab. Ia sempat pula berselisih dengan Ubaidillah bin Abdullah, gurunya saat itu. Setelah ayahnya wafat, ia diminta oleh Abdul Malik bin Marwan (Khalifah saat itu) untuk pergi ke Damaskus dan kemudian dinikahkan dengan putrinya, Fatimah.
Umar bin Abdul Aziz terkenal zuhud sejak kecil. Dikisahkan oleh Dhammam bin Ismail dari Abi Qubail bahwa dia sudah menangis, memikirkan kematian sedari remaja. Ibunya yang penasaran mengirim surat dan mempertanyakan mengapa anaknya menangis. “Aku mengingat kematian, Ibu,” jawab Umar yang saat itu telah menghafal al-Qur’an, sehingga kemudian ibunya juga menangis setelah kabar tersebut sampai kepadanya. (Anas Ahmad Kurzun, Riyadh al-Ulama, hal 15).
Dikisahkan pula bahwa ketika menjabat sebagai khalifah, ia mengumpulkan para ahli fikih setiap malam untuk saling mengingatkan kematian, hari kiamat, akhirat dan mereka menangis bersama.
Baca juga: Nasehat Hasan Al-Bashri kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Bahkan saking adil dan zuhudnya Umar saat menjabat khalifah, Aun bin Ma’mar menyebutkan bahwa pernah suatu ketika Umar menemui istrinya hanya untuk meminta uang untuk membeli anggur.
Istrinya heran dan berkata, “Engkau adalah Amirul mukminin, apakah engkau tidak mempunyai satu dirham pun untuk membeli anggur?”
Umar menjawab, “Ini lebih ringan untukku dari pada mengatasi belenggu besok di Jahannam.” (As-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, hal 208).
Baca juga: Sertifikasi Pengajar di Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Di antara nasihat-nasihat Umar bin Abdul Aziz ialah sebagai berikut:
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata dalam khutbahnya:
“Wahai umat manusia, sungguh kalian tidak tercipta untuk bermain-main, dan tidak akan dibiarkan begitu saja (nantinya). Sungguh rugi dan celaka seorang hamba yang telah dikeluarkan oleh Allah dari rahmatnya yang menyeluruh dan surganya yang seluas langit dan bumi.
Sungguh rasa aman besok, diperuntukkan untuk orang-orang yang takut dan bertakwa kepada Allah. Ia yang menjual sesuatu yang sedikit juga rusak (dunia) dengan yang banyak lagi kekal (akhirat), kesialan dengan kebahagiaan.
Bukankah kalian setiap hari menghantarkan mereka yang telah terputus talinya serta angannya (mati) kemudian kalian letakkan ia ke dalam tanah, tanpa tempat sandaran. Telah terputus baginya sebab-sebab, berpisah dengan para kekasih dan menghadap hisab.”
Umar bin Abdul Aziz wafat pada hari Jum’at akhir Rajab tahun 101 H. Ia menjabat sebagai khalifah selama 2 tahun 5/6 bulan. Sama seperti masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq. Yang disangka masyarakat ia menjabat selama bertahun-tahun karena keadilan dan kemoderatan yang dijunjung dalam pemerintahannya.
Demikian, seklumit biografi serta nasihat dari Umar bin Abdul Aziz, khalifah bani Umayyah yang terkenal akan keadilan serta kezuhudannya sehingga ia diberi julukan Khalifah ar-Rasyid yang kelima. Wallahu a’lam
Referensi:
1. Muhammad bin Ahmad ad-Dzahabi, Siyar a’lam an-Nubala, Juz 5, 1982, Beirut: Muassasah ar-Risalah.
2. Abdurrahman Al-Suyuthi, Tarikh al-Khulafa, 2011, Jakarta: Daar al-Kutub al-Islamiyah.
3. Anas Ahmad Kurzun, Riyadh al-Ulama, 2018, Daar Nur al-Maktabat.