Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Tokoh

Faia Younan: Antara musik dan tanah air

Avatar photo
40
×

Faia Younan: Antara musik dan tanah air

Share this article

Dia adalah seorang diva, aktivis, dan penyanyi muda asal Suriah yang telah menginspirasi jutaan orang. Faia Younan, begitu namanya, merupakan salah satu suara baru dari Levant atau Syam—meliputi Lebanon, Suriah, Yordania, Israel, dan Palestina.

Faia Younan lahir di sebuah desa bernama al-Malikiyah, dekat perbatasan Timur Laut Suriah. Karena alasan tertentu keluarganya pernah pindah ke Damaskus. Dan tak berselang lama, mereka kembali lagi ke Aleppo saat usianya menginjak empat tahun.

Begitu sulit menyebutkan titik awal Faia Younan mulai bernyanyi. Sepanjang waktu, ia kenang dirinya kerap bernyanyi di mana pun saja. Di rumah, di sekolah, di jalanan, di bus, di rangkaian acara perayaan, saat-saat macet  atau pun kala temu keluarga.

Pada usia sebelas tahun, Faia bersama keluarganya mengimbit dari ikon kota budaya; Aleppo, Suriah  menuju ke Swedia. Lagu-lagu oriental yang  telah dipelajari turut serta ia kemas rapi di koper hatinya paling dalam.

Baca juga: Secangkir Kopi Presiden Emmanuel Macron bersama Fairouz

Saat diwawancara  Diala Aschkar, dalam memoarnya ia mengenang masa kecilnya tentang ibukota Suriah itu: 

“Aku menganggap diriku sebagai bocah perempuan Aleppo. Ia telah memberiku begitu banyak hal. Ini adalah kota yang sangat berbudaya, punya minat dalam musik, seni, olahraga dan tentu saja makanan dengan keragamannya yang kaya.”

Faia bersyukur tumbuh besar di lingkungan keluarga yang keranjingan bernyanyi. Ayahnya sendiri, Jean Younan, sangat hobi mendendangkan lagu-lagu dari Wadih el-Safi, penyanyi Lebanon. Sementara ibunya, laila Guirguis Gomaa, biasa bersenandung sebelum ia tidur.

Dalam beberapa hal Faia kecil adalah bocah pemalu. Ia cerdas, cergas dan tangkas. Unggul dalam pelajaran dan berprestasi di beberapa ajang perlombaan. Tetapi perihal bernyanyi, ia begitu lantang dan seolah rasa malunya menciut seketika itu juga.

Bagi Faia, menyanyi adalah jalan sunyi dalam mengontrol chaos, menimang luka dan menyembukan kesedihan. Irit kata, bernyanyi adalah healing terbaik melawan stress, amarah dan trauma. Ia merasa aman dengan musik.

Baca juga: Mengenal Eissa dan Nagm, Musisi Mesir yang Dicintai Kaum Demonstran

Rampung  Sekolah Menengah Atas, Faia meneruskan jenjang pendidikan Ilmu Sosial di Universitas Glasgow. Segera setelah lulus, ia mulai turun gunung berpartisipasi aktif di berbagai acara kebudayaan di Stockholm.

Pamornya mulai diperhitungkan masa ketika merilis video di Youtube pada tahun 2014. Bersama Rihan Younan, tak lain saudarinya sendiri, ia jadi tandem duet maut, sahut menyahut dan  seling menyeling  melengkingkan lagu “Li Biladiy” atau “To Our Countries”.

Tentang lagu itu, ia banyak berbicara tentang ratapan duka dunia Arab yang tengah dilanda perang. Sebagaimana yang terjadi di Aleppo-Syria, Bagdad-Iraq, Beirut-Lebanon, dan Yerussalem-Palestina.

Baca juga: Pengaruh Musik pada Psikologi Manusia dalam Pandangan Al-Ghazali

Gelegar suaranya dengan dibumbui monolog  Rihan membikin hati setiap pendengar berdarah-darah. Kata demi kata dalam lagu itu mewakili perasaan semua korban perang yang lebih didasari atas nama agama, politik, dan kepentingan. Karena pada akhirnya yang ditumbalkan adalah nyawa-nyawa tak bersalah, anak kecil, perempuan, dan kemanusiaan.

Keputusannya kembali ke Levant setelah tinggal di Swedia bertahun-tahun menghasilkan jawaban. Identitas dan separuh bagian dirinya yang raib ia temukan kembali di Beirut. Terutama melalui jaringan pertemanan dengan sesama musisi dan penyair.

Lewat musik Faia coba menaikkan budaya dan keindahan alam negerinya ke permukaan. Waktu berjalan, suaranya menjadi inspirasi bagi banyak orang di seluruh dunia. Gayung pun bersambut.

Contohnya album “Tales of the Heart” (2019)  yang berhasil merengkuh kesuksesan fenomenal dan menciptakan tagar trend di banyak media sosial. Lagu tersebut adalah sketsa yang menampilkan karakter Arab yang gemar berjuang, mencintai, mendambakan harapan , dan hari yang lebih baik.

Baca juga: Orphaned Land, Grup Musik Metal Kontroversial dari Israel

Lagu-lagunya menjadi buah bibir. Bahkan, usai merilis lagu “Ghanni” yang bermakna “Bernyanyilah”, banyak orang mengirim pesan bahwa lagu itu membantu mereka melewati periode-periode yang sulit.

Selama kurun setahun terakhir, Faia sudah banyak menggelar pertunjukan maupun konser di berbagai tempat. Konsernya yang terselenggara di Damaskus (Gedung Opera), Beirut (Aula Unesco, aula pertemuan AUB, aula USJ), Dubai (aula AUD) dan Amman (teater Odeon) merupakan capaian keberhasilan terpenting dalam sejarah hidupnya.

Segala usia, pusparagam kelompok, dan latar belakang  banyak menaruh hati kepada perempuan kelahiran 1992 ini. Ia masuk dalam daftar seniman muda kenamaan yang mempresentasikan seni untuk tujuan nilai-nilai budaya, sosial dan kemanusiaan.

04 Maret 2022, Faia merilis lagu terbarunya berjudul “Kun ‘Asyiqon” atau “Be a Lover”.

Oh ya, sekali lagi, selamat memperingati hari perempuan sedunia. Make love, not War.

 

Disarikan dari beberapa sumber: 

-Interview with Faia Younan A Voice of the Levant

-How Syrian singer Faia Younan found a ‘missing part’ of herself in Beirut

-كيف بدأ كل شيء

 

Kontributor