Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

4 Hikmah Nabi Muhammad Lahir pada Bulan Rabiul Awal

Avatar photo
12
×

4 Hikmah Nabi Muhammad Lahir pada Bulan Rabiul Awal

Share this article

Syekh Abdullah bin Al-Hajj menyebut 4 alasan di balik kelahiran Nabi Muhammad Saw pada bulan Rabiul Awal.

Dalam kitab Al-Madkhal beliau berkata:

“Jika seandainya ada orang yang bertanya: Apa hikmah di balik hari lahir Rasulullah Saw. jatuh pada hari Senin bulan Rabiul Awal? Kenapa tidak lahir pada bulan Ramadhan bulan Al-Quran diturunkan dan bulan adanya Lailatul Qadar? Kenapa juga tidak lahir di bulan-bulan haram? Kenapa tidak pada malam pertengahan bulan Sya’ban atau hari Jumat?”

Ada 4 jawaban menurut Syekh Abdullah bin Al-Hajj.

Pertama, ada riwayat hadits Shahih Muslim riwayat Abi Hurairah bahwa Allah menciptakan pohon dan tumbuhan pada hari Senin. Di sini ada isyarat.

Sebagaimana pohon menghasilkan buah dan sayur-sayuran yang menjadi makanan pokok bagi makhluk hidup, bahkan di antaranya bisa dijadikan obat, juga dengan melihat hijaunya pepohonan hati menjadi tenang dan gembira, dan hikmah lain dibalik adanya pepohonan.

Begitu juga dengan kelahiran Nabi Muhammad Saw pada hari Senin menjadi sebab bahagianya alam semesta. Beliaulah sumber keberkahan dan cahaya bagi jiwa manusia. Kelahiran beliau membuat jiwa dan ruh menjadi tenang dan tentram.

Baca juga:

5 Pemberian Allah untuk Umat Nabi Muhammad

3 Tujuan Perayaan Maulid Nabi Menurut Syekh Ramadhan Al-Buthi

Kedua, lahirnya Rasulullah Saw pada bulan Rabiul Awal juga memiliki isyarat yang sangat jelas bagi yang paham makna di balik kata Rabi’. Di dalam kata tersebut terkandung optimistisme (tafaul) dan kabar gembira bagi umat Nabi Muhammad Saw.

Syekh Abu Abdurrahman Al-Shaqli berkata, “Setiap manusia akan mendapatkan bagian dari namanya.”

Sebagaimana nama akan memberikan pengaruh pada orang yang dinamai, begitu juga yang lainnya. Misalnya bulan Rabi’ yang berarti bulan semi. Konon dulu bangsa Arab sangat senang mencari inspirasi pada bulan ini, karena cuaca yang tidak begitu ekstrim dan relatif tenang.

Pada bulan Rabiul Awal, Allah juga mengeluarkan lebih banyak hasil tanah; tumbuh-tumbuhan tumbuh lebih subur dari bulan lainnya. Rezeki yang Allah berikan ini menjadi penopang kehidupan manusia dan hewan lainnya.

Begitu juga dengan kelahiran Nabi Muhammad di bulan Rabiul Awal merupakan isyarat bahwa pembaharuan umat manusia akan segera dimulai. Kelahiran beliau juga menjadi penopang sehatnya jiwa manusia, karena terisi dengan cahaya keimanan setelah lama ditutup dengan gelapnya kesesatan.

Bulan Rabiul Awal yang mengeluarkan lebih banyak makanan pokok menjadi isyarat seandainya makanan itu tidak tumbuh, maka manusia akan tersiksa dalam kelaparan. Begitu juga seandainya Nabi Muhammad tidak ada di antara mereka, maka azab akan turun.

Allah berfirman:

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad)  berada di antara mereka.” (QS. Al-Anfal 33)

Ketiga, kandungan syariat Nabi Muhammad Saw. menunjukkan kesamaan dengan bulan Rabiul Awal.

Pada bulan tersebut cuaca sedang seimbang. Tidak terlalu dingin juga tidak sangat panas. Ada di tengah-tengah. Waktu malam dan siangnya juga seimbang, tidak ada yang lebih panjang. Kondisi tubuh manusia juga pada saat bulan itu sangat bugar karena cuaca yang seimbang.

Begitu juga isyarat Nabi Muhammad Saw yang menunjukkan keseimbangan dan menguatkan hubungan manusia dengan tubuhnya.

Keempat, Allah Mahabijaksana. Dia menghendaki bahwa Rasulullah Saw yang akan membuat waktu dan tempat menjadi mulia. Bukan sebaliknya.

Semua waktu dan tempat yang berkaitan dengan Nabi Muhammad Saw menjadi mulia; waktu lahirnya, tempat lahirnya, pakaiannya, tempat tidurnya, segala yang berkaitan dengannya.

Baca juga: Mereka yang Terakhir Wafat dari Kalangan Sahabat dan Tabi’in

Seandainya Rasulullah Saw lahir pada waktu yang telah disebutkan di awal, seperti bulan Ramadhan, atau Hari jumat yang mana waktu-waktu tersebut sudah dianggap mulia oleh orang-orang, maka ditakutkan nanti orang akan mengira bahwa kemuliaan Rasulullah karena lahir di waktu tersebut. Padahal tidak. Sebab kemuliaan Rasulullah adalah asli, tidak ada kaitannya dengan waktu dan tempat.

Kitab Al-Madkhal (2/ 26-29) dinukil oleh Sayyid Muhammad bin Alawi bin Abbas Al-Maliki dalam kitab Al-‘Ilam bi Fatawa Aimmah Al-Islam Haula Maulidia ‘Alaihi Al-Shalatu wa Al-Salam hal 385.

13 Rabiul Awal 1443 H.

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.