Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Islam menghendaki kemudahan bagi pemeluknya

Avatar photo
46
×

Islam menghendaki kemudahan bagi pemeluknya

Share this article

Islam sebagai agama tidaklah menghendaki kesulitan bagi pemeluknya. Prinsip-prinsipnya dibangun atas dasar kemudahan dan toleransi. Aturan-aturan syariat yang diberlakukan tidak bermaksud menyulitkan pemeluknya, akan tetapi aturan tersebut diberlakukan dalam rangka mengatur hubungan seorang hamba dengan penciptanya dan hubungannya dengan sesamanya. Jika kita membaca nash al-Quran dan hadis, maka kita akan menjumpai spirit Islam sesungguhnya adalah untuk membuat nyaman para pemeluknya.

Namun, tidak sedikit kita menjumpai para muballigh menyampaikan agama Islam jauh dari prinsip-prinsip kemudahan ini. Wajah Islam seakan tampak mengerikan dan malah membuat orang-orang lari dari agama.

Hal ini pula yang membuat orang-orang di luar Islam kemudian berpandangan buruk terhadap Islam bahkan fobia terhadap agama Islam. Perilaku umat muslim sendiri yang terlalu berlebihan dalam beragama terkadang membuat citra Islam buruk di mata orang lain.

Hal semacam ini sesungguhnya telah diperingatkan oleh Rasulullah Saw. Dalam kitab Shahih al-Bukhori, diriwayatkan bahwa suatu ketika Sahabat Muadz bin Jabal shalat Isya’  bersama kaumnya. Dalam shalat, Muadz bin Jabal membaca surah al-Baqarah. Kita tentu sudah tahu bahwa membaca surah al-Baqarah membutuhkan waktu sekitar lebih dari satu jam. Bayangkan saja betapa lamanya shalat yang dilakukan Muadz bin Jabal bersama kaumnya. Di tengah shalat sedang berlangsung, salah seorang jamaah berpaling dari jamaah dan meninggalkan jamaah shalat Isya’ tersebut. Seusai shalat, Muadz bin Jabal tampak seakan-akan mencela salah seorang yang berpaling dari jamaah tadi.

Sampailah berita itu kepada Rasulullah Saw. Ia kemudian bersabda kepada Muadz: “Fattanun, Fattanun, Fattanun.” Kata Fattanun adalah bentuk shigat mubalaghah, berasal dari kata al-fitnah. Dalam konteks ini, Al-Fitnah menurut Syekh al-Azhar Imam Ahmad at-Thayyib adalah membuat lari manusia dari melaksanakan kewajiban-kewajibannya dan membuat mereka berani meninggalkan ibadah lantaran telah dibuat berat dalam ibadahnya.

Rasulullah Saw. kemudian memerintahkan Muadz untuk membaca surah yang tidak terlalu panjang ketika mengimami shalat di tengah kaumnya. Bacalah surah ad-Dhuha, al-‘A’la, al-‘alaq, atau surah al-Lail. Di sini ada teladan yang bisa kita ambil, yaitu bahwa sekalipun Rasulullah Saw. menegur Muadz yang terlalu lama dalam shalatnya, beliau memberikan nasihat dan pelajaran. Bukan hanya sekadar menegur, tapi ia juga memberikan nasihat dan pelajaran.

Para pensyarah Hadis membenarkan apa yang dilakukan oleh salah seorang jamaah yang berpaling dari jamaah tersebut. Alasan yang mereka kemukakan adalah bahwa meringankan dalam shalat adalah hukum syar’i yang diperintahkan oleh Rasulullah Saw. Menyalahinya merupakan bentuk kemaksiatan. Menyalahi pelaku maksiat dalam hal ini diperbolehkan. Maka oleh karena itu, tidak ada ketaatan kepada imam yang memperlama shalatnya, sebab perbuatan tersebut adalah bagian dari maksiat. (La Tho’ata li Makhuluq fi Ma’shiyatil Khalik).

Setidaknya, ada dua hal yang sebenarnya ingin ditegaskan di sini.

Pertama, agar pemeluk agama Islam semakin bertambah kecintaannya terhadap agama Islam dan bahwa prinsip-prinsip agama yang dipeluknya ingin mewujudkan kebahagian di dunia maupun di akhirat dan bahwa syariatnya akan mengantarkan para pemeluknya berada dalam kemudahan dalam beragama.

Kedua, agar orang yang di luar Islam menjadi sadar bahwa agama Islam tidak seperti yang digambarkan oleh para musuhnya, yaitu agama yang menyulitkan pemeluknya. Sebaliknya, Islam adalah agama yang penuh kedamaian dan penuh dengan toleransi serta menebarkan kasih sayang di tengah umatnya.

Allah Swt. berifrman dalam surah al-Baqarah ayat 185:

يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”

Dalam sebuah Hadis disebutkan:

عن أَبِي هريرة أن النَّبيّ ﷺ قَالَ: إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، ولنْ يشادَّ الدِّينُ إلاَّ غَلَبه. (رواه البخاري)

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya agama itu mudah, dan tidaklah orang yang memberatkan agama kecuali ia akan dikalahkan oleh agama itu sendiri. (HR. Al-Bukhari)

Demikianlah, sesungguhnya Islam itu mudah dan menghendaki kemudahan bagi pemeluknya. Oleh karenanya, tidak sepatutnya kita berlebihan dalam menjalankan agama ini sehingga malah terjerumus dalam kesulitan dalam beragama dan membuat citra Islam di mata orang lain menjadi buruk.

Kontributor

  • Hamim Maftuh Elmy

    Mahasantri Ma'had Aly Salafiyah Syafi'iyah Situbondo. Sekarang tengah melanjutkan studi di Universitas al-Azhar Kairo Mesir.