Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Artikel

Syekh Ali Jum’ah: Tajalli Allah di Balik 240 Asmaul Husna

Avatar photo
537
×

Syekh Ali Jum’ah: Tajalli Allah di Balik 240 Asmaul Husna

Share this article
Asmaul Husna membantu kita keluar dari kebingungan dan keresahan.
Asmaul Husna membantu kita keluar dari kebingungan dan keresahan.

Mengenal dan memahami Asmaul Husna merupakan kunci untuk menjalani kehidupan dengan ridha dan tenang. Asmaul Husna membantu kita keluar dari kebingungan dan keresahan.

Menurut Ulama besar Al-Azhar, Syekh Ali Jum’ah, terdapat 240 Asmaul Husna (nama-nama terbaik) Allah yang disebutkan dalam Al-Quran dan Hadis. Sebanyak 153 nama dalam Al-Quran dan Asm164 dalam hadis.

Setiap nama mencerminkan sifat Allah yang Maha Sempurna.

Makna Asmaul Husna dan Manifestasinya dalam Kehidupan

Mantan Mufti Agung Mesir itu menyatakan bahwa Asmaul Husna bukan sekadar nama, melainkan cerminan sifat-sifat Allah yang berpengaruh dalam kehidupan manusia.

Dalam Islam, konsep tajalli ilahi (manifestasi Ilahi) mengajarkan bahwa Allah berada di balik segala sesuatu. Sebagaimana firman-Nya:

فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ

“Allah Maha Berbuat atas apa yang Dia kehendaki).” (QS. Al-Buruj: 16)

لَا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, tetapi merekalah yang akan ditanya).” (QS. Al-Anbiya: 23)

Setiap ciptaan Allah mengandung tanda keesaan-Nya. Dengan memahami Asmaul Husna, seorang Muslim dapat menghadirkan kesadaran akan keberadaan Allah dalam setiap aspek kehidupan, baik dalam diam maupun bergerak.

Klasifikasi Asmaul Husna

Setiap nama dari Asmaul Husna, menurut Syekh Ali, merepresentasikan sistem nilai yang dijalani oleh orang-orang beriman, di antaranya:

1. Asmaul Jamal (Nama-nama Keindahan): Menunjukkan kasih sayang dan kelembutan Allah, seperti Ar-Rahman (Maha Pengasih), Ar-Rahim (Maha Penyayang), Al-Ghafur (Maha Pengampun), Ar-Rauf (Maha Lembut).

2. Asmaul Jalal (Nama-nama Keagungan): Mencerminkan kebesaran dan keperkasaan Allah, seperti Al-Jabbar (Maha Perkasa), Al-Azim (Maha Agung), Syadidul Mihal (Maha Keras Hukuman-Nya).

3. Asmaul Kamal (Nama-nama Kesempurnaan): Menunjukkan kesempurnaan sifat Allah, seperti Al-Awwal (Maha Awal), Al-Akhir (Maha Akhir), Adh-Dharr (Maha Memberi Mudharat), An-Nafi’ (Maha Memberi Manfaat), As-Sami’ (Maha Mendengar), Al-Basir (Maha Melihat).

Selain itu, ada pula Asmaul Husna yang berpasangan, seperti:

– Al-Awwal & Al-Akhir (Maha Awal dan Maha Akhir)
– Adh-Dharr & An-Nafi’ (Maha Memberi Mudharat dan Maha Memberi Manfaat)
– Az-Zahir & Al-Batin (Maha Nyata dan Maha Tersembunyi)

Pasangan nama ini menunjukkan keseimbangan dan kesempurnaan sifat Allah SWT.

Tahapan Menuju Ketenangan Melalui Asmaul Husna

Syekh Ali Jum’ah menjelaskan bahwa memahami dan mengamalkan Asmaul Husna membawa manusia melalui tiga tahapan spiritual:

1. Takhalli (Membersihkan Diri): Menyucikan hati dari sifat buruk seperti dengki, sombong, dan riya’.

2. Tahalli (Menghiasi Diri): Mengisi hati dengan sifat baik sesuai Asmaul Husna, seperti kasih sayang, keikhlasan, dan ketakwaan.

3. Tajalli (Manifestasi Ilahi): Menghadirkan cahaya dan rahmat Allah dalam kehidupan, sehingga mencapai ketenangan dan ridha-Nya.

Menurut Syekh Ali Jum’ah, Tajalli Ilahi membuat seseorang senantiasa menghadirkan Allah dalam segala hal—dalam setiap diam dan geraknya.

Ketika membaca kitab Al-Hikam karya Imam Ibnu Athaillah as-Sakandari, akan ditemukan bahwa seluruh hikmahnya berlandaskan pada makna ini: bahwa tidak ada daya dan kekuatan pada diri kita, melainkan daya dan kekuatan itu milik Allah, dan dengan Allah. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah, dan segala urusan berada di tangan-Nya.

Meskipun demikian, bergantung kepada sebab adalah syirik, sementara meninggalkan sebab adalah kebodohan. Ketika Rasulullah SAW hendak keluar menuju perang Uhud, beliau mengenakan dua lapis baju besi. Ini adalah bentuk pengambilan sebab, untuk mengajarkan kita metode terbaik dalam berinteraksi dengan alam ciptaan Allah.

Selain itu, Rasulullah SAW mengajarkan bahwa seorang mukmin, meskipun mengambil sebab, ia tetap tidak bergantung kepadanya.

Ketika seseorang menghayati Asmaul Husna, ia akan keluar dari kebingungan menuju ketenangan, sebagaimana firman Allah:

أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ

“Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang).” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Jika seorang mukmin memahami dan mengamalkan Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari, ia tidak akan merasakan kebingungan dalam menjalani hidupnya sebab hatinya sudah diliputi keridhaan kepada-Nya.

Kontributor

  • Abdul Majid

    Guru ngaji, menerjemah kitab-kitab Arab Islam, penikmat musik klasik dan lantunan sholawat, tinggal di Majalengka. Penulis dapat dihubungi di IG: @amajid13.