Scroll untuk baca artikel
Ramadhan kilatan
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Antara Ibnu Aqil dan Al-Makudi dalam Menjelaskan Matan Alfiyah

Avatar photo
47
×

Antara Ibnu Aqil dan Al-Makudi dalam Menjelaskan Matan Alfiyah

Share this article
Kitab Syarah Al-Makudi atas Alfiyah Ibnu Malik.
Kitab Syarah Al-Makudi atas Alfiyah Ibnu Malik.

Entah mengapa, saya pribadi saat ada orang yang bertanya kitab Syarah Alfiyah yang paling cocok bagi pemula ditingkat Alfiyah, saya akan condong menjawab kalau itu Syarah Al-Makudi. Meski saya pribadi lebih awal tahu dan lebih awal mengaji Ibnu Aqil dari pada al-Makudi.

Penilaian ini bukan lahir secara spontan dan tidak juga menjadi sebuah penilaian yang pasti. Tapi Syarah Al-Makudi ini setidaknya menyinggung dua hal yang penting saat mensyarah.

Pertama, Makudi memberikan isyarat-isyarat dari lafadz yang ditulis oleh Ibnu Malik. Ia tidak hanya sebatas mengurai makna bait, tapi juga memberikan point-point penting yang bisa diambil dari susunan kata, atau pilihan kata yang dipakai oleh Ibnu Malik. Isyarat-isyarat ini, jika tidak diberi tanbih, mungkin akan luput dari pembaca.

Kedua, Al-Makudi konsisten untuk mengi’rab matan Alfiyah. Ini sangat penting bagi orang yang baru memulai mengaji Alfiyah hingga ia faham betul bagaimana lafadz di Alfiyah itu tersusun. Terlebih, Alfiyah adalah sebuah nazham yang sering kali terjadi takdim dan takhir dalam susunan katanya. Dengan mengetahui i’rab setidaknya ta’alluq huruf jar dan zharaf sudah bisa terbaca. Kalau tidak, maknanya akan sangat samar.

Sebagai catatan tambahan, saat membaca Syarah Al-Makudi atas Alfiyah, sangat bagus sekali jika ditambah juga dengan membaca Tamrin Thullab Syaikh Khalid Al-Azhari.

Kitab Tamrin Thullab ini, merupakan i’rab matan Alfiyah. Tapi sebagaimana buku i’rab pada umumnya, ia tidak hanya sebatas menentukan mana fa’il mana maf’ul, lalu berhenti dan cukup di situ. Tidak. Tapi kitab Tamrin ini menyajikan kritikan di banyak tempat terhadap i’rab al-Makudi di syarahnya.

Setidaknya, saat membaca kitab Tamrin Thullab, anda akan menemukan nukilan-nukilan dari I’rab al-Makudi, kadang Syaikh Khalid setuju dan sering dikritisi. Juga nukilan dari Syarah al-Syatibi, Syarah paling luas atas matan Alfiyah. Dan nukilan dari Syarah al-Hawari. Kitab Tamrin Thullab ini sangat penting bagi orang yang membaca Al-Makudi secara khusus, dan bagi orang yang mengaji Alfiyah secara umum.

Kembali ke al-Makudi. Jika al-Makudi sudah menyinggung dua hal pada matan Alfiyah, datang Ibnu Hamdun yang menuliskan Hasyiah atas kitab ini. Hasyiah yang tidak sulit, tapi isinya penuh dengan ta’lilat nahwiyah. Mengapa isim ghair munsharif harus dijarkan dgn fathah? Kenapa tidak dengan lainnya? Ibnu Hamdun akan memberikan alasan. Bahkan ta’lilat nahwiyah ini sudah ditulis menjadi tesis di salah satu Universitas di Sudan.

Ini tentang Syarah Al-Makudi.

Adapun Ibnu Aqil, bahasa yang digunakan mudah. Seringkali di banyak masalah, Ibnu Aqil akan memberikan pengantar sebelum to the point menjelaskan maksud dari matan Alfiyah. Dari sisi bahasa yang mudah, dan pengantar sebelum menuju masalah yang dimaksud, ini memang akan membantu pemula untuk memahaminya.

Tapi Ibnu Aqil seringkali menyertakan khilaf yang sangat banyak, tidak hanya Bashrah dan Kufah secara umum, tapi kadang diperinci bahwa ada perorangan dari ulama Bashrah yang menyelisihi mazhabnya. Begitu juga di Kufah. Khilaf seperti ini, bagi orang yang pertama kali mengaji Alfiyah akan membuat gambaran masalah matan jadi berantakan. Alih-alih ingat masalah yang disampaikan di bait, fokusnya malah buyar di masalah khilaf.

Dari khilaf yang sangat banyak ini, muncullah bait-bait syiir yang dijadikan dalil bagi setiap pendapat. Akhirnya yang terjadi setelah bahas khilaf, mau tidak mau bahas syiir yang menjadi syahid. Saat bahas syiir yang menjadi syahid, tentu terkadang akan melebar dari lafadz yang menjadi syahid, dst.

Berbeda dengan Al-Makudi, di sana Bait-bait yang menjadi syahid datang seperlunya. Hanya dibeberapa masalah yang memang disinggung oleh Alfiyah itu sendiri. Khilaf juga bahkan sangat jarang dimunculkan. Hingga dengan baca Al-Makudi pemahaman terhadap matan lebih terfokuskan.

Ala Kulli hal, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Tulisan ini hanya sebatas mengungkapkan pandangan pribadi yang bisa dikritik, dan bisa berubah sewaktu-waktu.

Kontributor

  • Fahrizal Fadil

    Mahasiswa Indonesia di Mesir, asal dari Aceh. Saat ini menempuh studi di Universitas Al-Azhar, Fakultas Bahasa dan Sastra Arab. Aktif menulis di Pena Azhary. Suka kopi dan diskusi kitab-kitab turats.