Scroll untuk baca artikel
SanadMedia
Pendaftaran Kampus Sanad
Buku

Bedah Pemikiran KH Hasyim Asy’ari dalam Kitab Risalah Ahlissunnah wal Jama’ah

Avatar photo
36
×

Bedah Pemikiran KH Hasyim Asy’ari dalam Kitab Risalah Ahlissunnah wal Jama’ah

Share this article

Peradaban Islam akan terus berkembang mengikuti zaman dan
keadaan. Dari perkembangan tersebut para ulama ti
ada henti mengupayakan sebuah ijtihad agar Islam
tetap relevan dengan keadaan. Meski para ulama mutaqaddimin telah begitu banyak
menulis kitab untuk mengurai dan menjawab berbagai persoalan yang terjadi,
tentu era selanjutnya akan tidak sama dengan era sebelumnya dan perlu akan
adanya rujukan dan bahan bacaan baru untuk menyelesaikan persoalan umat Islam.

Rais Akbar Nahdlatul Ulama Hadratussyekh KH
Hasyim Asy’ari
merupakan salah satu cendekiawan muslim yang menulis banyak kitab.
Di antara kitab karangan beliau ada yang menjelaskan tentang cara hidup dalam
lingkungan masyarakat, ada juga tentang pedoman dalam rumah
tangga, dan ada juga yang membahas tentang akidah dan tradisi yang terjadi di
Nusantara.

Di antara kitab Mbah Hasyim Asy’ari yang menjelaskan tentang
akidah secara luas dan juga membahas tradisi secara ringkas adalah kitab
Risalah
Ahlussunnah wal Jama’ah
. Kitab
ini menjelaskan tentang akidah; tentang kelompok yang
selamat (an-najiyah), dan kelompok yang salah dalam memahami akidah. Tidak hanya
itu, KH Hasyim Asy’ari juga mengurai beberapa kesalahan-kesalahan kelompok yang
salah dijadikan tokoh, dengan dalil dan hujjah yang kuat, serta penjelasan yang
akurat.

Tentang Risalah Ahlissunnah wal Jama’ah

Kitab kecil setebal 36 halaman ini secara khusus membahas
tentang seputar akidah disertai dengan dalil argumentati
f serta menyinggung
topik di luar akidah seperti tidak bolehnya mengajak pada kesalahan. Sebagaimana
kitab-kitab sejenis pada umumnya, kitab ini berisikan hadist-hadist Nabi seputar
akidah, serta argumentasi ilmiah tentang penolakan terhadap akidah yang tidak
sesuai dengan pemahaman Ahlussunnah wal Jama’ah.

KH Ishom Hadziq dalam pengantar kitab Risalah Ahlussunnah
wal Jamaah
dengan tegas menyampaikan bahwa kebanyakan orang Islam saat ini sangat
membutuhkan penjelasan perihal akidah yang benar. Karena sudah tidak bisa
dibedakan antara seorang tokoh dan orang biasa, tidak bisa ditentukan mana yang
benar dan mana yang salah, serta begitu percaya dirinya orang bodoh
mengeluarkan fatwa padahal sama sekali tidak mempunyai ilmu yang cukup dalam
menjelaskan agama.

Oleh sebab itu, KH Hasyim Asy’ari menulis kitab Risalah
Ahlussunnah wal Jamaah
, dengan penjelasan yang akurat dan sarat akan makna,
jauh dari pemahaman salah dan penyelewengan agama. Dengan harapan,
mudah-mudahan umat Islam menjauhi dari upaya-upaya penyelewengan Islam dalam
perihal Akidah yang disampaikan oleh orang bodoh yang merasa pintar. Dengan demikian,
umat Islam akan sesua
i dalam ucapan, tindakan, dan keyakinannya dengan apa yang
disampaikan oleh Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam.

Sebenarnya tidak ada penyebutan secara eksplisit perihal
latar belakang penulisan kitab tersebut, namun secara implisit terkandung dalam
tujuan penulisannya yaitu supaya bisa menjadi pedoman bagi umat Islam agar
tidak salah dalam menentukan akidah.

Pandangan KH Hasyim Asy’ari terhadap Kelompok di Nusantara

Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari memandang bahwa pada mulanya
masyarakat Nusantara sepakat untuk berpedoman mengikuti Imam As-Syafi’i dalam
permasalahan fikih, mengikuti Imam Abu Hasan al-Asy’ari dalam masalah akidah,
dan mengikuti Imam Al-Ghazali dalam masalah tasawuf. Kesepakatan itu terus
mengakar kuat di bumi Nusantara.

Namun, setelah tahun 1330 H mulai muncul kelompok-kelompok
yang menggerogoti kesepakatan itu.
Banyak masyarakat Nusantara yang mulai tidak meyakini akan
kebenaran yang sudah mengakar disebabkan kelompok baru yang mulai bermunculan.

Pertama, Salafiyun (bukan salafi-wahabi) yang masih
berpedoman terhadap ajaran terdahulu sesuai keyakinan pada awalnya, mencintai
ahlu bait Rasulullah, para ulama dan orang shaleh, mengambil berkah dari mereka,
ziarah kubur, dan meyakini adanya syafaat, manfaatnya mendoakan mayat, dan
meyakini tawasul.

Kedua, kelompok yang mengikuti pemahaman
Muhammad Rasid Ridh
a, dan berpedoman pada bid’ah yang disampaikan oleh Abdul
Wahab an-Najdi, Ibnu Taimiyah dan muridnya Ibnul Qayyim al-Jauziyah. Kelompok
ini mulai mengharamkan apa yang diyakini kesunnahannya oleh masyarakat
Nusantara, seperti melakukan ziar
ah. Kelompok kedua ini menurut pandangan
KH Hasyim Asy’ari telah menjadi penyakit bagi masyarakat Nusantara.
Mereka telah
menggerogoti sebuah kebenaran dan menggantinya dengan kesalahan, maka kewajiban
bagi masyarakat Nusantara ialah menghindari dari pemahaman seperti ini. Mereka
bagaikan orang yang terkena penyakit judam, wajib dihindari agar tidak tertular
dari penyakit bahanyanya, mereka telah mempermainkan Islam dan tidak layak
untuk diikuti.

Ketiga, kelompok Rafidiyun, yaitu orang-orang yang membenci sahabat Abu Bakar as-Siddiq
radiyallahu ‘anhu, dan mencintai Sayyidina Ali karramallahu wajhah.
Sebagian dari mereka ada yang terjerumus pada kufur dan zindiq disebabkan
pemahamannya yang salah. Kelompok ini menurut KH Hasyim Asy’ari juga tidak
boleh untuk diikuti dan wajib dihindari.

Keempat, kelompok Ibahiyun, yaitu
orang-orang yang mempunyai pemahaman bahwa jika seorang hamba telah sampai pada
puncak spiritualitas dan memilih iman daripada kufur, maka gugur darinya semua
perintah dan larangan, serta tidak menjadikannya ahli neraka sebab melakukan
dosa besar
. Bahkan ada yang menganggap bahwa kewajiban ibadah telah gugur
darinya. Kelompok ini sudah terjerumus pada kekafiran dan tidak boleh diikuti.
Pada
hakikatnya kelompok ini adalah orang bodoh yang tersesat, tidak mempunyai guru
yang bisa meluruskan pemahaman salahnya.

Kelompok kedua, ketiga, dan keempat tidak boleh diikuti
menurut pandangan KH Hasyim Asy’ari. Masyarak
at Nusantara harus waspada dan hati-hati
terhadap kelompok tersebut. Mereka lebih berbahaya dari orang-orang yang jelas
kafir dan ahli bid’ah.
Mereka menyamar untuk mengajak memeluk agama Islam padahal
kenyatannya mereka justru merusak Islam
. Mereka menyebarkan paham-paham salah
penuh kebencian. Tentu semua ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam pada
kenyataannya.

Bab yang Disampaikan Lengkap

Secara global, kitab kecil yang memiliki 10 bab ini lebih
pada penjelasan tentang tradisi yang sudah mengakar di Nusantara. Pada awalnya
membahas tentang esensi sunnah dan bid’ah. Tidak hanya itu, dalam kitab itu
mengurai tentang pelbagai bid’ah yang bisa dianggap baik dan tidak.

Melalui kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, KH
Hasyim Asy’ari
juga menjelaskan tentang tradisi-tradisi yang ada di
Nusantara, mulai dari yang sesuai dengan Ahlussunnah wal Jamaah dan tidak,
serta menjelaskan awal munculnya ahli bid’ah di
Nusantara.

Dalam kitab tersebut, beliau membahas esensi bid’ah. Beberapa bid’ah
disampaikan secara detail dan kompreh
ensif. Misalnya pendapat Syaikh Zarruq
membagi bid’ah menjadi tiga bagian; yaitu: bid’ah yang jelas, bid’ah yang
disandarkan, dan bid’ah yang diperselisihkan.

Bid’ah yang jelas adalah suatu pekerjaan yang ditetapkan
tanpa mempunyai dasar hukum. Bid’ah yang disandarkan adalah bid’ah yang
mempunyai landasan hukum dan dapat diterima oleh masyarakat. Sedangkan yang
terakhir adalah bid’ah yang masih ada dalam ranah perdebatan; yaitu bid’ah yang
berpijak pada dua dalil atau saling tarik menarik. (hlm 4).

Kitab Risalah Ahlussunnah wal Jamaah terdiri dari 10
pasal. Pasal pertama menjelakan tentang esensi dari kata sunnah dan bid’ah;
mulai dari tinjauan secara etimologi, dan tinjauan secara terminolog
i, dilengkapi
dengan berbagai contoh dari keduanya.

Pasal kedua membahas tentang pedoman masyarakat jawa (baca:
Nusantara) terhadap akidah Ahlussunnah wal Jamaah, dan menjelaskan awal
munculnya bid’ah dan menyebarnya di tanah Jawa, serta membahas tentang
macam-macam kelompok ahli bid’ah yang ada di sana.

Pasal ketiga membahas tentang garis kebenaran bersama ulama
salaf, menjelaskan tentang maksud as-sawadul a’dzom, serta pentingnya
berpedoman pada salah satu mazhab 4.

Pasal keempat membahas tentang wajibnya mengikuti para ulama
mujtahid bagi orang-orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk ijtihad.

Pasal kelima membahas tentang kewajiban berhati-hati dalam
mencari guru dan mengambil ilmu darinya, serta takut terhadap fitnah ahli
bid’ah, orang munafi
k, dan tokoh-tokoh yang tersesat.

Pasal keenam membahas tentang hadist-hadist dan atsar tentang
diangkatnya ilmu, maraknya kebodohan, serta penjelasan bahwa akhir zaman adalah
buruk, dan lebih menariknya juga membahas tentang agama yang hanya dimiliki
oleh kalangan khusus.

Pasal ketujuh membahas tentang dosa mengajak terhadap
kesesatan dan mengajak pada pekerjaan yang buruk.

Pasal kedelapan membahas tentang terjadinya perpecahan umat Nabi
Muhammad sallallahu ‘alaihi waallam menjadi 73 (tujuh puluh tiga)
golongan, serta kelompok-kelompok sesat dan kelompok yang selamat yaitu Ahlussunnah
wal Jama’ah
.

Pasal kesembilan membahas tentang tanda-tanda hari hari
kiamat sudah dekat.

Pasal kesepuluh membahas tentang hadist-hadist yang berkaitan
dengan keadaan orang meninggal dunia mampu mendengar, berbicara, mengetahui
orang yang memandikan, m
engkafani, dan memakamkannya. Serta membahas tentang
kembalinya ruh ke
dalam jasad setelah mati.

Identitas Kitab

Judul : Risalah Ahlissunnah wal Jamaah fi Hadist
al-Mawta wa Asyrat al-Saa’ah wa Bayani Mafhumi al-Sunnah wal Bid’ah.
Penulis : Haratussyekh KH Hasyim Asy’ari.
Tebal : 36 halaman
Penerbit : Al-Hikmah Printing Tepa’nah Barat Durjan Kokop
Bangkalan Jawa Timur

Tahun : 2019

Kontributor

  • Sunnatullah

    Pegiat Bahtsul Masail dan Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Bangkalan Madura.